Masih ada yang nunggu kelanjutan Mr Hero vs Mrs Zero nggak? Yuk ah pada merapat.
Padahal tadi baru posting cerbung Stay With Me, Please! ~ 03 sih, tapi mumpung ini cepet siap nulisnya jadi sempet deh posting hari ini. Buat part sebelumnya klik disini saja ya. Happy reading...
Olive merebahkan kepalanya diatas meja setelah mengganti bajunya, ia mengurungkan niatnya untuk langsung pulang karena tubuhnya yang terasa lelah hari ini. Bukan hanya itu, ia bahkan mengabaikan rasa lapar yang ia rasakan. Mungkin cacing diperutnya sudah berontak karena kelamaan tidak diisi, Olive mengingat kalau terakhir kali gadis itu makan saat jam istirahat pertama sekitar jam 10 tadi pagi. Dan belum mendapat asupan makanan lagi setelah kini jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Padahal kegiatannya sejak tadi menguras banyak tenaga, Olive menutup matanya menikmati waktu istirahatnya.
Ia berfikir sesaat apa yang membuatnya tidak bertenaga seperti ini, memang beberapa hari ini waktu yang ia butuhkan untuk dirinya sendiri hampir tidak ada. Terhitung sejak gadis itu memutuskan untuk menjadi sebelah kaki Arial dan membantu pria itu disekolah, Arial sendiri tidak pernah memintanya untuk melakukan sesuatu yang memberatkan namun hal itu malah semakin membuat Olive merasa merasa bersalah, seperti hari pertamanya saat ia menghampiri Arial, pria itu hanya memintanya untuk duduk disampingnya dan menemaninya mengobrol, namun Olive merasa hal itu tidak benar-benar membantu.
Jadi Olive yang berinsiatif sendiri untuk melakukan tugas membantu Arial, seperti berlari mengejar pria itu saat pertama kali datang kesekolah dan dengan sigap membawakan tas Arial, lalu membantu pria itu berjalan kekelasnya, Olive juga dengan cepat mencari buku-buku diperpustakaan yang disenangi pria itu agar tidak bosan karena tidak bisa kemana-mana, seperti teman-temannya yang lain sibuk bermain basket atau bermain footsal diluar, sekolah memang tidak ada pelajaran setelah ujian, namun tetap banyak yang datang kesekolah.
Olive juga selalu menyiapkan cemilan serta air mineral untuk Arial setiap gadis itu datang, kemudian ia akan berinsiatif mencari makan siang saat Arial terlihat memegang perutnya, Olive tidak tau kenapa pria itu tidak meminta bantuannya, tapi untunglah ia cukup cepat tanggap dan memberikan apa yang seharusnya pria itu butuhkan. Olive merasa kalau semua yang ia lakukan harus bisa membuat Arial senang, dan sepertinya berhasil karena Arial tidak pernah tidak tersenyum dengan apapun yang ia lakukan. Bahkan meskipun Olive dengan cepat mengambil alih sendok ditangannya saat Arial kesusahan makan dengan tangan kanannya yang masih terluka, Arial menerima semua perlakukan baik yang Olive lakukan sehingga membuat gadis itu merasa lebih baik.
Hal yang tidak diterima pria itu hanya saat Olive menginginkan untuk mengantar Arial pulang, dan pria itu mengganti dengan membiarkan Olive yang
diantarkan hingga ketoko bukunya. Meskipun dengan sedikit berat hati Olive akhirnya setuju saja, menyetujui niat baik pria itu yang mengatakan merasa tidak enak karena Olive terus membantunya.
Karena waktu yang ia habiskan lebih banyak untuk memastikan Arial tetap baik-baik saja, membuat Olive kurang perhatian pada sekitarnya, termasuk jam makan yang seharusnya ia lakukan. Bahkan gadis itu jarang memegang hanphonenya, tidak mau Arial berfikir kalau ia keasikan main hanphone saat bersama pria itu, karena hal itu jugalah Olive hanya bisa menjawab pesan David disela-sela waktu yang ia miliki. Sejujurnya gadis itu juga merasa bersalah, namun ia hanya ingin membuat Arial cepat sembuh dan terbebas dari rasa bersalah.
Awalnya sikap David yang sedikit protektif sedikit menggangunya, namun karena ia mengabaikannya membuat pria itu mungkin akan mengerti, Olive tidak bisa mengatakan sejujurnya karena takut David akan salah paham, mengingat hubungan keduanya terlihat tidak baik. Olive lebih memilih untuk menghindar dari pada nanti terus merasa bersalah pada Arial.
Selain itu pekerjaannya ditoko buku malah jadi semakin sibuk karena hanya sendirian. Selain menjadi kasir ia juga harus mengatur buku-buku diraknya, hal ini dikarenakan Neza yang sedang dirawat dirumah sakit, pria itu mengalami kecelakaan dan sedang koma. Olive tidak tau seberapa parah luka yang diterima Neza karena ia hanya menjenguk pada hari pertama, untung saja saat itu Arial yang kebetulan sedang mengantarnya bisa menemaninya kerumah sakit.
“Huffh,...” Olive menghembuskan nafasnya seolah mengeluh dan berharap tenaganya kembali terisi, namun tetap saja rasa semangat itu menguap entah kemana. Tangannya merogoh kesaku jaket yang dikenakannya dan mengambil ponselnya, gadis itu mengecek pesan masuk dan tidak mendapatkan apapun, kemudian beralih pada nama David yang tertera disana.
“Kenapa kak? Kok nggak semangat gitu,” teguran dari Desi membuat Olive menarik kepalanya yang tadi terbaring dimeja, gadis itu segera meltakkan ponselnya diatas meja dan tersenyum kearah Desi, salah satu karyawan toko yang bekerja bagian malam bersama dengan Rita.
“Nggak papa, Cuma kecapean aja ini. Abis sendirian ditoko dari tadi, lagi sepi ya...” ucap Olive sambil melirik kesamping kanan dan kirinya, Desi mengangguk dan duduk disamping Olive.
“Pasti capek banget ya kak ngurus toko buku sendirian, aku denger kak Neza masih belum siuman,” ucap Desi sedikit prihatin.
“Iya, lumayan. Tapi aku nggak apa-apa kok. Kita doain aja ya semoga Neza cepet siuman dan sehat kembali,” balas Olive sambil tersenyum menyemangati.
“Iya kak, pasti. Ngomong-ngomong kakak belum pulang karena memang kecapean atau nunggu jemputan?” tanya Desi kemudian.
“Kecapean aja kok,” jawab Olive “Memangnya siapa yang bisa jemput sih cewek jombol gini,” lanjutnya dan pasang wajah sedih yang dibuat-buat, Desi langsung mencibir mendengarnya.
“Kirean cowok diluar itu nungguin kakak, udah dari tadi soalnya duduk diatas motornya dan sekekali ngelirik ketoko,” balasan dari Desi membuat Olive berdiri dengan refleks dan segera melongok ketempat parkir, dan senyuman langsung bertengger dibibirnya, entah kenapa tenaganya seolah terisi kembali.
“Eh aku balik duluan ya,” ucap Olive sambil menatap kearah Desi, gadis itu masih menatap bingung atas perubahan sikap Olive yang tiba-tiba, dan sebelum ia menjawab Olive sudah lebih dulu ngacir keluar meninggalkannya, namun saat sudah sampai dipintu ia kembali berbalik dan mendekat kearah Desi, bukan untuk mendengar jawaban dari gadis itu namun hanya mengambil ponselnya yang tadi tergeletak diatas meja lalu nyengir kuda karena kelupaan dan kali ini beneran beranjak pergi.
“Kenapa kak Olive?” tanya Rita sambil menghampiri kearah Desi yang masih terduduk dikursinya.
“Nggak tau, tadi aja galau ngecek pesannya mulu. Ehh sekarang malah kesenengan begitu ngeliat cowok diluar, pacarnya ya?” Desi balik bertanya sambil menatap kearah parkiran dimana Olive yang sudah berdiri disamping pria yang sedari tadi menunggu disana. Rita membalas dengan gelengan dan mengangkat sebelah bahunya tanda tidak tau, lalu keduanya kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Hei, kok nggak bilang nunggu disini?” tanya Olive saat dirinya sudah menghampiri David diparkiran, pria itu terlihat masih sama seperti terakhir kali ia lihat, bahkan Olive tidak bisa menyembunyikan senyuman yang terus bertengger dibibirnya saat melihat pria itu menunggu diluar.
“Takut kalau gangguin kamu,” balas David terdengar serius, Olive mengabaikan nada suara David yang tidak seperti biasanya, ia terlalu bahagia saat akhirnya bisa menemui pria itu setelah berhari-hari tidak bisa bercanda bersama.
“Ya nggak mungkinlah ngeganggu, jadi udah dari tadi disini?” tanya Olive masih dengan senyumannya. David hanya membalas dengan anggukan kemudian pria itu mengulurkan helm kearahnya, lalu menaiki motornya, tanpa disuruh dua kali Olive segera menerima helm yang disodorkan David kemudian ikut naik keboncengan motor pria itu.
“Mau kemana?” tanya Olive sedikit berteriak karena posisinya dijalanan dan menggunakan helm, David tidak menjawabnya meski gadis itu tau kalau David mendengar pertannyaannya, tidak mau berfikiran buruk Olive memilih ikut diam dan membiarkan pria itu membawanya.
David menghentikan motornya dikafe gajah mungkur yang tak jauh dari rumahnya, Olive mengikuti dan duduk disalah satu kursi saat David memesan makanan, perutnya kembali berbunyi tanda kelaparan, Olive bersyukur karena David membawanya untuk makan malam dulu, semangkok bakso bisa membuat perutnya bertahan hingga pagi nanti.
“Terimakasih,” ucap Olive saat David menyodorkan semangkok bakso yang masih mengepul kedepannya, pria itu hanya terdiam dan duduk didepan Olive setelah meletakkan bakso didepan mejanya, kemudian menyodorkan kecap serta saos kearah Olive, gadis itu menerima dan menabahkan kedalam mangkok baksonya.
David mengambil kecap yang sama setelah Olive selesai mengisi mangkoknya, kemudian ia beralih pada saos serta cabe untuk melengkapi makanannya, Olive kembali tersenyum melihat perhatian kecil yang David berikan untuknya, bahkan pria itu jelas mendahulukannya untuk hal-hal kecil seperti ini. Olive mulai merasa kalau David memang sudah membuatnya terpesona, gadis itu semakin tersenyum lebar saat David meraih tissue dan mengelap sendok juga garpu kemudian meletakkannya diatas mangkok Olive.
“Aku baru tau kalo kamu ternyata perhatian banget,” ucap Olive yang kali ini tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya, kemudian gadis itu meraih sendok dan garpu yang tadi diletakkan David dan mulai mengaduk bakso dimangkoknya.
David menghentikan adukan bakso yang ia lakukan dan menatap kearah gadis didepannya, tampak Olive sedang mencicipi kuah bakso miliknya kemudian menambahkan sedikit lagi saos lalu kembali mengaduknya, pria itu menghembuskan nafasnya pelan dan metetakkan sendoknya kembali diatas mangkok dan menautkan jari tangan kanan dan kirinya.
Fikirannya mulai berkenala sesaat, sudah beberapa hari ini ia menahan rasa rindu pada gadis didepannya ini. Memaksakan diri untuk menjemputnya kali ini dan menurunkan harga dirinya ketaraf lebiih rendah, sengaja mengumpulkan kekesalannya untuk menumpahkan pada Olive saat menemukannya, namun sekarang seolah kemarahan itu menguap dari tubuhnya.
“Aku kangen,” ucap David tiba-tiba dan membuat Olive menghentikan kunyahannya, gadis itu menoleh cepat kearah David seolah ingin memastikan lagi kalimat yang baru saja didengarnya. Tepat saat Olive mengalihkan tatapannya ke David, pria itu sengaja mengalihkan perhatiannya pada mangkok baksonya.
David melanjutkan mengaduk baksonya kembali dan mencicipi makanannya, membiarkan Olive menatapnya dengan fikirannya sendiri, David tidak ingin menegaskan ucapannya atau menariknya kembali. Entah kenapa jantungnya seolah berontak ingin keluar dari rongganya, ia merasa sedikit sulit bernafas, namun bukan dalam artian yang buruk. David merasakan kegembiraan yang sedikit demi sedikit mengalir menjalari tubuhnya. Sadar kalau reaksi Olive kali ini jelas tidak menolaknya.
David mulai merasa kepercayaan dirinya bertambah...
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 27
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Padahal tadi baru posting cerbung Stay With Me, Please! ~ 03 sih, tapi mumpung ini cepet siap nulisnya jadi sempet deh posting hari ini. Buat part sebelumnya klik disini saja ya. Happy reading...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 26 |
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive merebahkan kepalanya diatas meja setelah mengganti bajunya, ia mengurungkan niatnya untuk langsung pulang karena tubuhnya yang terasa lelah hari ini. Bukan hanya itu, ia bahkan mengabaikan rasa lapar yang ia rasakan. Mungkin cacing diperutnya sudah berontak karena kelamaan tidak diisi, Olive mengingat kalau terakhir kali gadis itu makan saat jam istirahat pertama sekitar jam 10 tadi pagi. Dan belum mendapat asupan makanan lagi setelah kini jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Padahal kegiatannya sejak tadi menguras banyak tenaga, Olive menutup matanya menikmati waktu istirahatnya.
Ia berfikir sesaat apa yang membuatnya tidak bertenaga seperti ini, memang beberapa hari ini waktu yang ia butuhkan untuk dirinya sendiri hampir tidak ada. Terhitung sejak gadis itu memutuskan untuk menjadi sebelah kaki Arial dan membantu pria itu disekolah, Arial sendiri tidak pernah memintanya untuk melakukan sesuatu yang memberatkan namun hal itu malah semakin membuat Olive merasa merasa bersalah, seperti hari pertamanya saat ia menghampiri Arial, pria itu hanya memintanya untuk duduk disampingnya dan menemaninya mengobrol, namun Olive merasa hal itu tidak benar-benar membantu.
Jadi Olive yang berinsiatif sendiri untuk melakukan tugas membantu Arial, seperti berlari mengejar pria itu saat pertama kali datang kesekolah dan dengan sigap membawakan tas Arial, lalu membantu pria itu berjalan kekelasnya, Olive juga dengan cepat mencari buku-buku diperpustakaan yang disenangi pria itu agar tidak bosan karena tidak bisa kemana-mana, seperti teman-temannya yang lain sibuk bermain basket atau bermain footsal diluar, sekolah memang tidak ada pelajaran setelah ujian, namun tetap banyak yang datang kesekolah.
Olive juga selalu menyiapkan cemilan serta air mineral untuk Arial setiap gadis itu datang, kemudian ia akan berinsiatif mencari makan siang saat Arial terlihat memegang perutnya, Olive tidak tau kenapa pria itu tidak meminta bantuannya, tapi untunglah ia cukup cepat tanggap dan memberikan apa yang seharusnya pria itu butuhkan. Olive merasa kalau semua yang ia lakukan harus bisa membuat Arial senang, dan sepertinya berhasil karena Arial tidak pernah tidak tersenyum dengan apapun yang ia lakukan. Bahkan meskipun Olive dengan cepat mengambil alih sendok ditangannya saat Arial kesusahan makan dengan tangan kanannya yang masih terluka, Arial menerima semua perlakukan baik yang Olive lakukan sehingga membuat gadis itu merasa lebih baik.
Hal yang tidak diterima pria itu hanya saat Olive menginginkan untuk mengantar Arial pulang, dan pria itu mengganti dengan membiarkan Olive yang
diantarkan hingga ketoko bukunya. Meskipun dengan sedikit berat hati Olive akhirnya setuju saja, menyetujui niat baik pria itu yang mengatakan merasa tidak enak karena Olive terus membantunya.
Karena waktu yang ia habiskan lebih banyak untuk memastikan Arial tetap baik-baik saja, membuat Olive kurang perhatian pada sekitarnya, termasuk jam makan yang seharusnya ia lakukan. Bahkan gadis itu jarang memegang hanphonenya, tidak mau Arial berfikir kalau ia keasikan main hanphone saat bersama pria itu, karena hal itu jugalah Olive hanya bisa menjawab pesan David disela-sela waktu yang ia miliki. Sejujurnya gadis itu juga merasa bersalah, namun ia hanya ingin membuat Arial cepat sembuh dan terbebas dari rasa bersalah.
Awalnya sikap David yang sedikit protektif sedikit menggangunya, namun karena ia mengabaikannya membuat pria itu mungkin akan mengerti, Olive tidak bisa mengatakan sejujurnya karena takut David akan salah paham, mengingat hubungan keduanya terlihat tidak baik. Olive lebih memilih untuk menghindar dari pada nanti terus merasa bersalah pada Arial.
Selain itu pekerjaannya ditoko buku malah jadi semakin sibuk karena hanya sendirian. Selain menjadi kasir ia juga harus mengatur buku-buku diraknya, hal ini dikarenakan Neza yang sedang dirawat dirumah sakit, pria itu mengalami kecelakaan dan sedang koma. Olive tidak tau seberapa parah luka yang diterima Neza karena ia hanya menjenguk pada hari pertama, untung saja saat itu Arial yang kebetulan sedang mengantarnya bisa menemaninya kerumah sakit.
“Huffh,...” Olive menghembuskan nafasnya seolah mengeluh dan berharap tenaganya kembali terisi, namun tetap saja rasa semangat itu menguap entah kemana. Tangannya merogoh kesaku jaket yang dikenakannya dan mengambil ponselnya, gadis itu mengecek pesan masuk dan tidak mendapatkan apapun, kemudian beralih pada nama David yang tertera disana.
“Kenapa kak? Kok nggak semangat gitu,” teguran dari Desi membuat Olive menarik kepalanya yang tadi terbaring dimeja, gadis itu segera meltakkan ponselnya diatas meja dan tersenyum kearah Desi, salah satu karyawan toko yang bekerja bagian malam bersama dengan Rita.
“Nggak papa, Cuma kecapean aja ini. Abis sendirian ditoko dari tadi, lagi sepi ya...” ucap Olive sambil melirik kesamping kanan dan kirinya, Desi mengangguk dan duduk disamping Olive.
“Pasti capek banget ya kak ngurus toko buku sendirian, aku denger kak Neza masih belum siuman,” ucap Desi sedikit prihatin.
“Iya, lumayan. Tapi aku nggak apa-apa kok. Kita doain aja ya semoga Neza cepet siuman dan sehat kembali,” balas Olive sambil tersenyum menyemangati.
“Iya kak, pasti. Ngomong-ngomong kakak belum pulang karena memang kecapean atau nunggu jemputan?” tanya Desi kemudian.
“Kecapean aja kok,” jawab Olive “Memangnya siapa yang bisa jemput sih cewek jombol gini,” lanjutnya dan pasang wajah sedih yang dibuat-buat, Desi langsung mencibir mendengarnya.
“Kirean cowok diluar itu nungguin kakak, udah dari tadi soalnya duduk diatas motornya dan sekekali ngelirik ketoko,” balasan dari Desi membuat Olive berdiri dengan refleks dan segera melongok ketempat parkir, dan senyuman langsung bertengger dibibirnya, entah kenapa tenaganya seolah terisi kembali.
“Eh aku balik duluan ya,” ucap Olive sambil menatap kearah Desi, gadis itu masih menatap bingung atas perubahan sikap Olive yang tiba-tiba, dan sebelum ia menjawab Olive sudah lebih dulu ngacir keluar meninggalkannya, namun saat sudah sampai dipintu ia kembali berbalik dan mendekat kearah Desi, bukan untuk mendengar jawaban dari gadis itu namun hanya mengambil ponselnya yang tadi tergeletak diatas meja lalu nyengir kuda karena kelupaan dan kali ini beneran beranjak pergi.
“Kenapa kak Olive?” tanya Rita sambil menghampiri kearah Desi yang masih terduduk dikursinya.
“Nggak tau, tadi aja galau ngecek pesannya mulu. Ehh sekarang malah kesenengan begitu ngeliat cowok diluar, pacarnya ya?” Desi balik bertanya sambil menatap kearah parkiran dimana Olive yang sudah berdiri disamping pria yang sedari tadi menunggu disana. Rita membalas dengan gelengan dan mengangkat sebelah bahunya tanda tidak tau, lalu keduanya kembali melanjutkan pekerjaannya.
Mr Hero vs Mrs Zero
“Hei, kok nggak bilang nunggu disini?” tanya Olive saat dirinya sudah menghampiri David diparkiran, pria itu terlihat masih sama seperti terakhir kali ia lihat, bahkan Olive tidak bisa menyembunyikan senyuman yang terus bertengger dibibirnya saat melihat pria itu menunggu diluar.
“Takut kalau gangguin kamu,” balas David terdengar serius, Olive mengabaikan nada suara David yang tidak seperti biasanya, ia terlalu bahagia saat akhirnya bisa menemui pria itu setelah berhari-hari tidak bisa bercanda bersama.
“Ya nggak mungkinlah ngeganggu, jadi udah dari tadi disini?” tanya Olive masih dengan senyumannya. David hanya membalas dengan anggukan kemudian pria itu mengulurkan helm kearahnya, lalu menaiki motornya, tanpa disuruh dua kali Olive segera menerima helm yang disodorkan David kemudian ikut naik keboncengan motor pria itu.
“Mau kemana?” tanya Olive sedikit berteriak karena posisinya dijalanan dan menggunakan helm, David tidak menjawabnya meski gadis itu tau kalau David mendengar pertannyaannya, tidak mau berfikiran buruk Olive memilih ikut diam dan membiarkan pria itu membawanya.
David menghentikan motornya dikafe gajah mungkur yang tak jauh dari rumahnya, Olive mengikuti dan duduk disalah satu kursi saat David memesan makanan, perutnya kembali berbunyi tanda kelaparan, Olive bersyukur karena David membawanya untuk makan malam dulu, semangkok bakso bisa membuat perutnya bertahan hingga pagi nanti.
“Terimakasih,” ucap Olive saat David menyodorkan semangkok bakso yang masih mengepul kedepannya, pria itu hanya terdiam dan duduk didepan Olive setelah meletakkan bakso didepan mejanya, kemudian menyodorkan kecap serta saos kearah Olive, gadis itu menerima dan menabahkan kedalam mangkok baksonya.
David mengambil kecap yang sama setelah Olive selesai mengisi mangkoknya, kemudian ia beralih pada saos serta cabe untuk melengkapi makanannya, Olive kembali tersenyum melihat perhatian kecil yang David berikan untuknya, bahkan pria itu jelas mendahulukannya untuk hal-hal kecil seperti ini. Olive mulai merasa kalau David memang sudah membuatnya terpesona, gadis itu semakin tersenyum lebar saat David meraih tissue dan mengelap sendok juga garpu kemudian meletakkannya diatas mangkok Olive.
“Aku baru tau kalo kamu ternyata perhatian banget,” ucap Olive yang kali ini tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya, kemudian gadis itu meraih sendok dan garpu yang tadi diletakkan David dan mulai mengaduk bakso dimangkoknya.
David menghentikan adukan bakso yang ia lakukan dan menatap kearah gadis didepannya, tampak Olive sedang mencicipi kuah bakso miliknya kemudian menambahkan sedikit lagi saos lalu kembali mengaduknya, pria itu menghembuskan nafasnya pelan dan metetakkan sendoknya kembali diatas mangkok dan menautkan jari tangan kanan dan kirinya.
Fikirannya mulai berkenala sesaat, sudah beberapa hari ini ia menahan rasa rindu pada gadis didepannya ini. Memaksakan diri untuk menjemputnya kali ini dan menurunkan harga dirinya ketaraf lebiih rendah, sengaja mengumpulkan kekesalannya untuk menumpahkan pada Olive saat menemukannya, namun sekarang seolah kemarahan itu menguap dari tubuhnya.
“Aku kangen,” ucap David tiba-tiba dan membuat Olive menghentikan kunyahannya, gadis itu menoleh cepat kearah David seolah ingin memastikan lagi kalimat yang baru saja didengarnya. Tepat saat Olive mengalihkan tatapannya ke David, pria itu sengaja mengalihkan perhatiannya pada mangkok baksonya.
David melanjutkan mengaduk baksonya kembali dan mencicipi makanannya, membiarkan Olive menatapnya dengan fikirannya sendiri, David tidak ingin menegaskan ucapannya atau menariknya kembali. Entah kenapa jantungnya seolah berontak ingin keluar dari rongganya, ia merasa sedikit sulit bernafas, namun bukan dalam artian yang buruk. David merasakan kegembiraan yang sedikit demi sedikit mengalir menjalari tubuhnya. Sadar kalau reaksi Olive kali ini jelas tidak menolaknya.
David mulai merasa kepercayaan dirinya bertambah...
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 27
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 26
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.511 Word
- Serial : Part 26
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar