Prok prok prok... Ayo mari kita bertepuk tangan bersama, akhirnya ketemu yang namanya Ending juga ini cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero nya. Seperti yang admin janjikan sebelumnya kalau memang ini cerbung nggak lebih dari 30 part.
Nahh untuk yang mau lanjut yuk monggo dilirik gimana sih ending dari ini cerbung satu. Dan jangan lupa, tetep lirik part sebelumnya ya, klik aja disini. Happy reading...
David mengacak-acak rambutnya frustasi saat lagi-lagi nomor yang ia hubungi hanya berakhir dengan jawaban Operator. Menandakan kalau gadis itu sengaja mengabaikannya, David kembali mencoba menghubungi setelah 34 kali panggilan tidak terjawab, dan kali ini hasilnya masih sama.
“Oke, kalau ini yang kamu inginkan,” ucap David akhirnya dan dengan cepat memasukkan ponselnya kedalam saku. Pria itu keluar dari toko buku kearah parkir setelah kembali memastikan kalau Olive tidak berada disana, hanya ada pria paruh baya yang duduk dikasir, David tidak mengenali pria itu dan memilih untuk tidak bertanya, sementara Neza juga tidak terlihat disana.
Dengan cepat David memasang helmnya dan mengendarai motor meninggalkan parkiran, tujuannya jelas. Rumah Olive. Gadis itu harus didatangi baru bisa diajak bicara, David jelas tidak ingin menunggu hari esok untuk menemui Olive setelah yakin kalau kali ini Olive mungkin bisa kembali padanya.
“Olivenya ada tante?” tanya David setelah ia mengetuk pintu rumah Olive dan mendapati mamanya Olive yang menyambutnya, wanita separuh baya itu tersenyum.
“Ehh ada nak David, sudah lama nggak main kesini ya. Olive nya ada kok dikamar, sebentar masuk saja dulu. Tante panggilin anaknya ya,” ucap Mama Olive mempersilahkan tamunya masuk, David mengangguk sopan kemudian melangkah masuk kerumah Olive, duduk disalah satu sofa yang berada diruang tamu setelah sang empunya rumah melangkah pergi untuk memanggilkan anaknya.
Olive hampir terlelap dari tidurnya saat ketukan dipintu kamarnya terdengar, untuk kesekian kalinya lagi-lagi tidurnya terganggu. Dengan langkah ogah-ogahan gadis itu melangkah kearah pintu dan membukanya, mendapati sang Mama yang menjadi tersangka kali ini menggagalkan rencana tidur siangnya.
“Kenapa Ma?” tanya Olive.
“Ada temenmu tuh didepan,” jawab sang Mama yang membuat sebelah alis Olive terangkat, berfikir siapa kira-kira yang berkunjung kerumahnya. Apa mungkin Devi tau kalau ia sedang berlibur, namun seingatnya ia tidak mengatakan apapun.
Penasaran dengan teman yang dimaksud mamanya membuat Olive melangkah kearah ruang tamu, sementara mamanya sendiri melangkah kearah dapur. Olive terus melangkah perlahan. Namun saat kakinya sudah mencapai pintu pembatas ruang tamunya, langkahnya terhenti begitu matanya beradu pada mata David yang memang sedang menatap kearahnya.
Gadis itu langsung membulatkan matanya kaget, dan berdehem sekadar untuk menenangkan hatinya yang langsung berulah, perlahan ia melangkah dan duduk dikursi yang tak jauh dari pria itu berharap kalau detak jantungnya tidak terdengar lawan bicaranya, Olive juga berharap kalau matanya tidak bengkak karena menangis. Menyesali diri kenapa tidak memastikan lagi penampilannya tadi saat keluar kamar, tapi sedikit bersyukur saat mengingat setidaknya ia sudah mandi tadi.
Untuk beberapa saat, tidak ada yang bersuara sampai mamanya datang dari balik pintu membawa minuman. David mengucapkan terimakasih dan kembali terdiam saat wanita paruh baya itu kembali meninggalkannya hanya bersama Olive. Entah kenapa atmosfer disekitarnya mendadak terasa lebih panas, suasana terasa lebih canggung saat David dan Olive hanya bertukar pandangan, tidak tau harus berkata apa.
“Ehem, aku ganggu ya?” tanya David akhirnya berusaha untuk mencairkan suasana, Olive hanya membalas dengan gelengan dan menunduk tanpa berani menatapnya “Emm, kedatangan aku kesini untuk minta maaf,” ucapnya kemudian dan kali ini membuat Olive mengangkat kepalanya untuk menatap David.
“Maaf untuk apa yang sudah aku lakukan,” lanjut David lagi saat Olive belum mengatakan apapun, ia menyentuh tengkuknya karena makin gugup “Sikapku keterlaluan ya,” tanya David, berharap bisa mengakhiri pembicaraan satu sisi seperti ini.
“Sedikit,” jawab Olive akhirnya, dan kali ini sepertinya ia sudah mulai tidak terlalu gugup lagi membiarkan David yang masih menatapnya dengan raut bersalah “Kamu membentakku didepan Nita,” lanjut Olive terdengar mengadu, David memperbaiki posisi duduknya dengan gelisah.
“Aku tidak bermaksud,” balas David “Kamu tau, aku sedang dalam keadaan kacau tadi. Aku sadar kalau itu memang keteralaluan, makanya aku datang untuk meminta maaf,” lanjutnya terdengar tulus.
Olive menatap kearah pria itu dengan pandangan menilai, dalam hati ia merasa lega. Lega saat akhirnya mendapati David yang mendatanginya, mungkin ia sedikit punya harapan kalau hubungannya akan kembali baik bersama pria ini, namun mendengar pria itu yang meminta maaf padanya juga membuatnya kembali mengingat rasa sakit yang tadi ia rasakan dan rasa kesal masih tersisa dihatinya.
“Kamu datang hanya untuk itu,?” tanya Olive.
“Tidak,” jawab David cepat, pria itu kemudian menatap kearah Olive seolah ingin mengatakan sesuatu, namun ia juga terlihat sedikit cemas sambil melirik kearah pintu perbatasan rumah Olive, gadis itu ikut menatap kearah yang sama. Menyadari kalau mungkin pembicaraannya akan didengar oleh ibunya bukanlah sesuatu yang bagus.
“Kita bisa lanjut bicara diluar?” tanya Olive setelah kembali menatap kearah David, pria itu mengangguk setuju. Kemudian keduanya melangkah keluar rumah, Olive membiarkan David melangkah lebih dulu dan mengekor dibelakang dengan menenteng gelas minuman ditangannya. Keduanya memilih duduk digazebo didepan rumah Olive.
“Jadi, apa lagi yang membuatmu kesini?” tanya Olive setelah beberapa saat terdiam, David membuka tasnya dan mengeluarkan bingkisan yang tadi diberikan Olive, membuka kotaknya dan mengeluarkan sampul tangan yang ada didalamnya.
“Ini, kamu yang membuatnya?” tanya David sambil menunjuk huruf D yang terdapat disana, perlahan Olive mengangguk “Emm aku kesini juga untuk menanyakan tentang ini,” lanjutnya sambil mengeluarkan secarik kertas bertulisan ’Maaf’ yang berada dalam bingkisannya.
“Eee ituu...” Olive terdengar gugup dan sedikit ragu, tidak tau harus menjawab apa.
“Kamu minta maaf untuk apa?” tanya David sambil menyodorkan kertas ditangannya pada Olive yang kini gantian menyentuh tengkuknya, salah tingkah.
“Emm, iituu... Aku minta maaf sudah menyakitimu,” jawab Olive akhirnya dan kali ini ia menatap kearah David yang masih menatap kearahnya “Maaf sudah memakimu sebelumnya,” lanjutnya kemudian.
“Hanya itu?” gantian David yang membuat Olive makin salah tingkah, gadis itu terlihat ragu untuk menjawab “Kamu hanya minta maaf karena sudah memakiku?” ulangnya dan kali ini membuat Olive menggeleng.
Gadis itu menunduk karena tidak berani menatap kearah David kemudian kembali bersuara “Maaf juga sudah mengatakan tidak menyukaimu?” lanjutnya lirih.
“Itu bohong?” tanya David lagi sambil ikut menundukkan wajahnya untuk melihat wajah gadis itu, namun Olive malah semakin menunduk, meski begitu ia tetap menangguk membenarkan “Jadi maksudnya kamu menyukaiku?” tanyanya kemudian dan kali ini disertai dengan senyum terkulum. Olive yang mendengar kesimpulan David menjadi semakin salah tingkah dan tidak berani mengangkat wajahnya.
Senyum pria itu semakin lebar melihat kegelisahan gadis didepannya, David menjadi gemes sendiri dan memberanikan diri menyentuh tangan Olive yang kini sedang ditautkan karena menahan gugup “Katakan padaku,” pinta David sambil melepas tautan kedua tangan Olive perlahan “Kamu menyukaiku?” tanyanya lagi dan kali ini menarik tangan Olive kearahnya lalu menggenggam tangan itu seolah meminta kekuatan, membuat Olive mengangkat wajahnya dan kini matanya bertatapan dengan David.
Deg. Jantungnya seakan berhenti berdetak, tapi kemudian malah bertingkah tak terkendali. Olive mati-matian menahan diri untuk tidak kabur sekarang, entah kenapa rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan didalam perutnya, sesuatu yang membuatnya merasa panas dingin, menatap wajah David yang kini sedang menatapnya dengan tulus, ia yakin kalau David jelas sedang sama gugupnya.
“Aku...” Olive mendengar suaranya sendiri yang terdengar bergetar, memaki dalam hati kenapa harus merasa segugup ini hanya karena didepan David, pria yang sebelumnya akan dengan gampang ia omeli “Ehem, maksudnya aku...” ulangnya lagi dengan terbata, David masih menunggu kelanjutan ucapannya, dan kali ini Olive menghembuskan nafasnya lebih panjang sengaja untuk mencari oksigen lebih banyak lagi, ia tidak mau pingsan saat ini.
“Tidak membencimu,” putus Olive akhirnya. Kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya, tidak kuat jika harus menatap pria itu lebih lama, David terlihat sedikit kecewa saat akhirnya Olive hanya mengatakan penjelasannya sampai disitu.
“Aku cinta kamu,” ucap David sambil memainkan tangan Olive ditangannya, tidak menyangka mendapat pengakuan seperti itu membuat Olive lantas menatap kembali kearah David “Maksudku masih,” lanjut pria itu pelan namun terdengar tegas, Olive terdiam karena jantungnya kembali berulah.
Olive melepas tangannya dari genggaman David, kemudian ia mengalihkan tatapannya kedepan membuat pria itu menatap penuh tanya kearahnya. Ketakutan kali ini mulai terlihat dari mata pria itu, mungkinkah pendapatnya salah kalau mungkin Olive sudah menyukainya?
Olive menghembuskan nafasnya lebih panjang “Kamu baik,” ucap Olive memulai kalimatnya “Menyenangkan, ganteng juga, yaaa walau kadang juga ngeselin. Tapi sejauh ini aku nyaman,” lanjut gadis itu dengan tatapan menerawang seolah mengingat moment yang telah mereka lalui.
“Kamu nggak lagi bikin prolog buat nolak aku lagi kan?” tembak David langsung, bahkan pria itu jelas tidak menutupi nada terluka dari ucapannya, kalimat itu jelas membuat Olive tersenyum. Ia kemudian mendesah, berharap agar detak jantungnya lebih bisa dikendalikan. Perlahan kembali menatap kearah David, pria yang kini sedang terlihat benar-benar menanti jawabannya. Pria yang kini terlihat benar-benar berharap padanya, Olive menyukai mata yang sedang ditatapnya kini.
Gadis itu tersenyum “Ayo, kita coba lebih mengenal lebih jauh,” ucapnya kemudian.
“Ah ayolah Olive, kamu tau seberapa lama aku suka sama kamu,” ucap David “Kamu bisa mempertimbangkan aku untuk... Eh apa tadi?” lanjutnya yang seolah tersadar jawaban dari Olive sebelumnya “Itu maksudnya aku diterimakan?” tanya David lagi seolah ingin memperjelaskan, membuat Olive tersenyum lebih lebar.
Gadis itu mengangguk “Iya memangnya aku butuh apalagi?” tanya Olive yang seperti juga ditujukan pada dirinya sendiri “Sudah kubilang kamu baik, nyenengin dan jelas bikin nyaman kan? Setauku itu yang memang dibutuhkan orang saat ingin melanjutkan hubungan,” lanjutnya senang dan membuat David makin gemes, baru sadar kalau Olive sedang mengerjainya.
“Aish, kamu jelas-jelas tadi bertingkah seolah gadis yang sedang ingin menolak pria yang menembaknya,” keluh David terdengar manja “Belagak muji-muji baik endingnya Cuma ‘kamu terlalu baik buat aku’ jelas aja aku hampir kehabisan nafas sangking takutnya,” lanjutnya lagi dan kali ini berhasil membuat Olive tertawa.
“Aku nggak berbelit-belit, kalo emang nggak suka ya enggak. Nggak harus muji-muji dulu kemudian ngejatuhkan kok,” ucap Olive setelah tawanya mulai mereda.
“Benar, aku juga kenal gadis seperti itu sebelumnya,” kata David yang membuat sebelah alis Olive terangkat, dan menatap David penuh kecurigaan apa-apaan ini baru juga hubungannya menjadi lebih baik, pria itu mulai membicarakan gadis lain? “Kamu tau, dia melabrakku dikeramaian,” bisik David dengan senyum terkulum “Nggak perduli dengan keadaan sekitar dan dimana dia berada, tuh cewek bilang aku brengsek saat dia tidak menyukainya,” David mengakhiri ceritanya dan membuat Olive membulatkan matanya kaget, sadar kalau pria itu baru saja membalas menggodanya, refleks tangannya memukul bahu David dan bukannya marah pria itu malah tertawa senang.
“Nggak lucu,” keluh Olive mulai cemberut.
“Hahaha, emang enggak,” balas David “Aku hampir ngancurin toko sangking keselnya tau,” lanjutnya kemudian “Merasa hampir menjadi pria paling tidak diinginkan sedunia,”
“Halah lebay, nggak dinginkan sedunia gimana. Aku yakin cewek yang mau sama kamu juga masih banyak yang ngantre,” balas Olive masih cemberut, David mendekatkan wajahnya kearah Olive lagi kemudian berbisik.
“Karena kamukan duniaku,” bisiknya pelan, dan kali ini membuat Olive menatap kearahnya, membuat jarak diatara keduanya mulai menipis. Lagi, untuk kesekian kalinya tatapan keduanya terkunci, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Perlahan David mendekatkan tubuhnya dan memisahkan jarak diatara keduanya, bibirnya mendarat dipipi kanan Olive setelah lama terdiam. Hanya sapuan sekilas namun mampu membuat pipi Olive memerah karena ulah tiba-tiba pria itu. David menjauhkan tubuhnya dan berdehem sesaat.
“Jangan salahkan aku,” kata David “Karena aku tidak akan meminta maaf,” ucapnya kemudian “Kamu tau, aku cowok beneran,” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum senang. Setidaknya Olive tidak langsung memukulnya, menandakan kalau gadis itu jelas tidak menolak.
“Mencuri itu dilarang,” balas Olive dan kali ini membuat sebelah alis David mengangkat, tapi kemudian pria itu mendekatkan pipinya.
“Kamu boleh mengambilnya kembali,” kata David masih menyodorkan sebelah pipinya “Seberapa banyakpun yang kamu mau,” lanjutnya masih menunggu.
Namun bukannya ciuman, gadis itu malah memukul bahu David lebih keras dan menggembungkan pipinya kesal, David kembali tertawa gemes. Dan rasa bahagia perlahan menjalar kedalam tubuhnya, kelegaan mulai ia rasakan kini. Semakin yakin kalau ia jelas mencintai gadisnya lebih besar dari sebelumnya.
“Terimakasih,” bisik David “Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mengenalku lebih jauh,” lanjutnya “Aku akan berjuang lebih besar lagi untuk membuatmu tidak menyesal sudah memutuskan untuk menjadi kekasihku,” David melirik kearah Olive yang kini menatapnya, kemudian keduanya tersenyum.
Admin dateng dari balik tumpukan berkas-berkas dan berteriak “Bubar,... mulai mules gue nulisnya,”
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 30 Ending...
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Nahh untuk yang mau lanjut yuk monggo dilirik gimana sih ending dari ini cerbung satu. Dan jangan lupa, tetep lirik part sebelumnya ya, klik aja disini. Happy reading...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 30 {END} |
Mr Hero vs Mrs Zero
David mengacak-acak rambutnya frustasi saat lagi-lagi nomor yang ia hubungi hanya berakhir dengan jawaban Operator. Menandakan kalau gadis itu sengaja mengabaikannya, David kembali mencoba menghubungi setelah 34 kali panggilan tidak terjawab, dan kali ini hasilnya masih sama.
“Oke, kalau ini yang kamu inginkan,” ucap David akhirnya dan dengan cepat memasukkan ponselnya kedalam saku. Pria itu keluar dari toko buku kearah parkir setelah kembali memastikan kalau Olive tidak berada disana, hanya ada pria paruh baya yang duduk dikasir, David tidak mengenali pria itu dan memilih untuk tidak bertanya, sementara Neza juga tidak terlihat disana.
Dengan cepat David memasang helmnya dan mengendarai motor meninggalkan parkiran, tujuannya jelas. Rumah Olive. Gadis itu harus didatangi baru bisa diajak bicara, David jelas tidak ingin menunggu hari esok untuk menemui Olive setelah yakin kalau kali ini Olive mungkin bisa kembali padanya.
“Olivenya ada tante?” tanya David setelah ia mengetuk pintu rumah Olive dan mendapati mamanya Olive yang menyambutnya, wanita separuh baya itu tersenyum.
“Ehh ada nak David, sudah lama nggak main kesini ya. Olive nya ada kok dikamar, sebentar masuk saja dulu. Tante panggilin anaknya ya,” ucap Mama Olive mempersilahkan tamunya masuk, David mengangguk sopan kemudian melangkah masuk kerumah Olive, duduk disalah satu sofa yang berada diruang tamu setelah sang empunya rumah melangkah pergi untuk memanggilkan anaknya.
Olive hampir terlelap dari tidurnya saat ketukan dipintu kamarnya terdengar, untuk kesekian kalinya lagi-lagi tidurnya terganggu. Dengan langkah ogah-ogahan gadis itu melangkah kearah pintu dan membukanya, mendapati sang Mama yang menjadi tersangka kali ini menggagalkan rencana tidur siangnya.
“Kenapa Ma?” tanya Olive.
“Ada temenmu tuh didepan,” jawab sang Mama yang membuat sebelah alis Olive terangkat, berfikir siapa kira-kira yang berkunjung kerumahnya. Apa mungkin Devi tau kalau ia sedang berlibur, namun seingatnya ia tidak mengatakan apapun.
Penasaran dengan teman yang dimaksud mamanya membuat Olive melangkah kearah ruang tamu, sementara mamanya sendiri melangkah kearah dapur. Olive terus melangkah perlahan. Namun saat kakinya sudah mencapai pintu pembatas ruang tamunya, langkahnya terhenti begitu matanya beradu pada mata David yang memang sedang menatap kearahnya.
Gadis itu langsung membulatkan matanya kaget, dan berdehem sekadar untuk menenangkan hatinya yang langsung berulah, perlahan ia melangkah dan duduk dikursi yang tak jauh dari pria itu berharap kalau detak jantungnya tidak terdengar lawan bicaranya, Olive juga berharap kalau matanya tidak bengkak karena menangis. Menyesali diri kenapa tidak memastikan lagi penampilannya tadi saat keluar kamar, tapi sedikit bersyukur saat mengingat setidaknya ia sudah mandi tadi.
Untuk beberapa saat, tidak ada yang bersuara sampai mamanya datang dari balik pintu membawa minuman. David mengucapkan terimakasih dan kembali terdiam saat wanita paruh baya itu kembali meninggalkannya hanya bersama Olive. Entah kenapa atmosfer disekitarnya mendadak terasa lebih panas, suasana terasa lebih canggung saat David dan Olive hanya bertukar pandangan, tidak tau harus berkata apa.
“Ehem, aku ganggu ya?” tanya David akhirnya berusaha untuk mencairkan suasana, Olive hanya membalas dengan gelengan dan menunduk tanpa berani menatapnya “Emm, kedatangan aku kesini untuk minta maaf,” ucapnya kemudian dan kali ini membuat Olive mengangkat kepalanya untuk menatap David.
“Maaf untuk apa yang sudah aku lakukan,” lanjut David lagi saat Olive belum mengatakan apapun, ia menyentuh tengkuknya karena makin gugup “Sikapku keterlaluan ya,” tanya David, berharap bisa mengakhiri pembicaraan satu sisi seperti ini.
“Sedikit,” jawab Olive akhirnya, dan kali ini sepertinya ia sudah mulai tidak terlalu gugup lagi membiarkan David yang masih menatapnya dengan raut bersalah “Kamu membentakku didepan Nita,” lanjut Olive terdengar mengadu, David memperbaiki posisi duduknya dengan gelisah.
“Aku tidak bermaksud,” balas David “Kamu tau, aku sedang dalam keadaan kacau tadi. Aku sadar kalau itu memang keteralaluan, makanya aku datang untuk meminta maaf,” lanjutnya terdengar tulus.
Olive menatap kearah pria itu dengan pandangan menilai, dalam hati ia merasa lega. Lega saat akhirnya mendapati David yang mendatanginya, mungkin ia sedikit punya harapan kalau hubungannya akan kembali baik bersama pria ini, namun mendengar pria itu yang meminta maaf padanya juga membuatnya kembali mengingat rasa sakit yang tadi ia rasakan dan rasa kesal masih tersisa dihatinya.
“Kamu datang hanya untuk itu,?” tanya Olive.
“Tidak,” jawab David cepat, pria itu kemudian menatap kearah Olive seolah ingin mengatakan sesuatu, namun ia juga terlihat sedikit cemas sambil melirik kearah pintu perbatasan rumah Olive, gadis itu ikut menatap kearah yang sama. Menyadari kalau mungkin pembicaraannya akan didengar oleh ibunya bukanlah sesuatu yang bagus.
“Kita bisa lanjut bicara diluar?” tanya Olive setelah kembali menatap kearah David, pria itu mengangguk setuju. Kemudian keduanya melangkah keluar rumah, Olive membiarkan David melangkah lebih dulu dan mengekor dibelakang dengan menenteng gelas minuman ditangannya. Keduanya memilih duduk digazebo didepan rumah Olive.
“Jadi, apa lagi yang membuatmu kesini?” tanya Olive setelah beberapa saat terdiam, David membuka tasnya dan mengeluarkan bingkisan yang tadi diberikan Olive, membuka kotaknya dan mengeluarkan sampul tangan yang ada didalamnya.
“Ini, kamu yang membuatnya?” tanya David sambil menunjuk huruf D yang terdapat disana, perlahan Olive mengangguk “Emm aku kesini juga untuk menanyakan tentang ini,” lanjutnya sambil mengeluarkan secarik kertas bertulisan ’Maaf’ yang berada dalam bingkisannya.
“Eee ituu...” Olive terdengar gugup dan sedikit ragu, tidak tau harus menjawab apa.
“Kamu minta maaf untuk apa?” tanya David sambil menyodorkan kertas ditangannya pada Olive yang kini gantian menyentuh tengkuknya, salah tingkah.
“Emm, iituu... Aku minta maaf sudah menyakitimu,” jawab Olive akhirnya dan kali ini ia menatap kearah David yang masih menatap kearahnya “Maaf sudah memakimu sebelumnya,” lanjutnya kemudian.
“Hanya itu?” gantian David yang membuat Olive makin salah tingkah, gadis itu terlihat ragu untuk menjawab “Kamu hanya minta maaf karena sudah memakiku?” ulangnya dan kali ini membuat Olive menggeleng.
Gadis itu menunduk karena tidak berani menatap kearah David kemudian kembali bersuara “Maaf juga sudah mengatakan tidak menyukaimu?” lanjutnya lirih.
“Itu bohong?” tanya David lagi sambil ikut menundukkan wajahnya untuk melihat wajah gadis itu, namun Olive malah semakin menunduk, meski begitu ia tetap menangguk membenarkan “Jadi maksudnya kamu menyukaiku?” tanyanya kemudian dan kali ini disertai dengan senyum terkulum. Olive yang mendengar kesimpulan David menjadi semakin salah tingkah dan tidak berani mengangkat wajahnya.
Senyum pria itu semakin lebar melihat kegelisahan gadis didepannya, David menjadi gemes sendiri dan memberanikan diri menyentuh tangan Olive yang kini sedang ditautkan karena menahan gugup “Katakan padaku,” pinta David sambil melepas tautan kedua tangan Olive perlahan “Kamu menyukaiku?” tanyanya lagi dan kali ini menarik tangan Olive kearahnya lalu menggenggam tangan itu seolah meminta kekuatan, membuat Olive mengangkat wajahnya dan kini matanya bertatapan dengan David.
Deg. Jantungnya seakan berhenti berdetak, tapi kemudian malah bertingkah tak terkendali. Olive mati-matian menahan diri untuk tidak kabur sekarang, entah kenapa rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan didalam perutnya, sesuatu yang membuatnya merasa panas dingin, menatap wajah David yang kini sedang menatapnya dengan tulus, ia yakin kalau David jelas sedang sama gugupnya.
“Aku...” Olive mendengar suaranya sendiri yang terdengar bergetar, memaki dalam hati kenapa harus merasa segugup ini hanya karena didepan David, pria yang sebelumnya akan dengan gampang ia omeli “Ehem, maksudnya aku...” ulangnya lagi dengan terbata, David masih menunggu kelanjutan ucapannya, dan kali ini Olive menghembuskan nafasnya lebih panjang sengaja untuk mencari oksigen lebih banyak lagi, ia tidak mau pingsan saat ini.
“Tidak membencimu,” putus Olive akhirnya. Kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya, tidak kuat jika harus menatap pria itu lebih lama, David terlihat sedikit kecewa saat akhirnya Olive hanya mengatakan penjelasannya sampai disitu.
“Aku cinta kamu,” ucap David sambil memainkan tangan Olive ditangannya, tidak menyangka mendapat pengakuan seperti itu membuat Olive lantas menatap kembali kearah David “Maksudku masih,” lanjut pria itu pelan namun terdengar tegas, Olive terdiam karena jantungnya kembali berulah.
Olive melepas tangannya dari genggaman David, kemudian ia mengalihkan tatapannya kedepan membuat pria itu menatap penuh tanya kearahnya. Ketakutan kali ini mulai terlihat dari mata pria itu, mungkinkah pendapatnya salah kalau mungkin Olive sudah menyukainya?
Olive menghembuskan nafasnya lebih panjang “Kamu baik,” ucap Olive memulai kalimatnya “Menyenangkan, ganteng juga, yaaa walau kadang juga ngeselin. Tapi sejauh ini aku nyaman,” lanjut gadis itu dengan tatapan menerawang seolah mengingat moment yang telah mereka lalui.
“Kamu nggak lagi bikin prolog buat nolak aku lagi kan?” tembak David langsung, bahkan pria itu jelas tidak menutupi nada terluka dari ucapannya, kalimat itu jelas membuat Olive tersenyum. Ia kemudian mendesah, berharap agar detak jantungnya lebih bisa dikendalikan. Perlahan kembali menatap kearah David, pria yang kini sedang terlihat benar-benar menanti jawabannya. Pria yang kini terlihat benar-benar berharap padanya, Olive menyukai mata yang sedang ditatapnya kini.
Gadis itu tersenyum “Ayo, kita coba lebih mengenal lebih jauh,” ucapnya kemudian.
“Ah ayolah Olive, kamu tau seberapa lama aku suka sama kamu,” ucap David “Kamu bisa mempertimbangkan aku untuk... Eh apa tadi?” lanjutnya yang seolah tersadar jawaban dari Olive sebelumnya “Itu maksudnya aku diterimakan?” tanya David lagi seolah ingin memperjelaskan, membuat Olive tersenyum lebih lebar.
Gadis itu mengangguk “Iya memangnya aku butuh apalagi?” tanya Olive yang seperti juga ditujukan pada dirinya sendiri “Sudah kubilang kamu baik, nyenengin dan jelas bikin nyaman kan? Setauku itu yang memang dibutuhkan orang saat ingin melanjutkan hubungan,” lanjutnya senang dan membuat David makin gemes, baru sadar kalau Olive sedang mengerjainya.
“Aish, kamu jelas-jelas tadi bertingkah seolah gadis yang sedang ingin menolak pria yang menembaknya,” keluh David terdengar manja “Belagak muji-muji baik endingnya Cuma ‘kamu terlalu baik buat aku’ jelas aja aku hampir kehabisan nafas sangking takutnya,” lanjutnya lagi dan kali ini berhasil membuat Olive tertawa.
“Aku nggak berbelit-belit, kalo emang nggak suka ya enggak. Nggak harus muji-muji dulu kemudian ngejatuhkan kok,” ucap Olive setelah tawanya mulai mereda.
“Benar, aku juga kenal gadis seperti itu sebelumnya,” kata David yang membuat sebelah alis Olive terangkat, dan menatap David penuh kecurigaan apa-apaan ini baru juga hubungannya menjadi lebih baik, pria itu mulai membicarakan gadis lain? “Kamu tau, dia melabrakku dikeramaian,” bisik David dengan senyum terkulum “Nggak perduli dengan keadaan sekitar dan dimana dia berada, tuh cewek bilang aku brengsek saat dia tidak menyukainya,” David mengakhiri ceritanya dan membuat Olive membulatkan matanya kaget, sadar kalau pria itu baru saja membalas menggodanya, refleks tangannya memukul bahu David dan bukannya marah pria itu malah tertawa senang.
“Nggak lucu,” keluh Olive mulai cemberut.
“Hahaha, emang enggak,” balas David “Aku hampir ngancurin toko sangking keselnya tau,” lanjutnya kemudian “Merasa hampir menjadi pria paling tidak diinginkan sedunia,”
“Halah lebay, nggak dinginkan sedunia gimana. Aku yakin cewek yang mau sama kamu juga masih banyak yang ngantre,” balas Olive masih cemberut, David mendekatkan wajahnya kearah Olive lagi kemudian berbisik.
“Karena kamukan duniaku,” bisiknya pelan, dan kali ini membuat Olive menatap kearahnya, membuat jarak diatara keduanya mulai menipis. Lagi, untuk kesekian kalinya tatapan keduanya terkunci, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Perlahan David mendekatkan tubuhnya dan memisahkan jarak diatara keduanya, bibirnya mendarat dipipi kanan Olive setelah lama terdiam. Hanya sapuan sekilas namun mampu membuat pipi Olive memerah karena ulah tiba-tiba pria itu. David menjauhkan tubuhnya dan berdehem sesaat.
“Jangan salahkan aku,” kata David “Karena aku tidak akan meminta maaf,” ucapnya kemudian “Kamu tau, aku cowok beneran,” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum senang. Setidaknya Olive tidak langsung memukulnya, menandakan kalau gadis itu jelas tidak menolak.
“Mencuri itu dilarang,” balas Olive dan kali ini membuat sebelah alis David mengangkat, tapi kemudian pria itu mendekatkan pipinya.
“Kamu boleh mengambilnya kembali,” kata David masih menyodorkan sebelah pipinya “Seberapa banyakpun yang kamu mau,” lanjutnya masih menunggu.
Namun bukannya ciuman, gadis itu malah memukul bahu David lebih keras dan menggembungkan pipinya kesal, David kembali tertawa gemes. Dan rasa bahagia perlahan menjalar kedalam tubuhnya, kelegaan mulai ia rasakan kini. Semakin yakin kalau ia jelas mencintai gadisnya lebih besar dari sebelumnya.
“Terimakasih,” bisik David “Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mengenalku lebih jauh,” lanjutnya “Aku akan berjuang lebih besar lagi untuk membuatmu tidak menyesal sudah memutuskan untuk menjadi kekasihku,” David melirik kearah Olive yang kini menatapnya, kemudian keduanya tersenyum.
Admin dateng dari balik tumpukan berkas-berkas dan berteriak “Bubar,... mulai mules gue nulisnya,”
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 30 Ending...
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 30 {END}
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.909 Word
- Serial : Part 30
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar