Sementara admin punya ide lain untuk nulis cerita baru, jadi admin bikin aja tokohnya melenceng diini cerbung sebentar. Bisa ditebak nanti siapa peran selanjutnya. Yuk intip dari pembahasan part Mr Hero vs Mrs Zero kali ini.
Seperti biasa, part sebelumnya juga bisa dilirik disini Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 20. Happy reading...
"Gimana sama ujiannya?" pertanyaan Neza membuat Olive yang sedang merapikan buku diraknya menoleh. Kemudian gadis itu tersenyum lalu melanjutkan kembali merapikan buku yang lainnya.
"Tidak buruk," jawab Olive kemudian.
"Wahhh, kalau ujian nanti nilainya bagus aku mau dong ditraktir makan siang," goda Neza sambil ikut merapikan buku yang menjadi tugas Olive.
"Aman, aku juga nggak bakal bisa belajar dengan tenang disini kalau kamu nggak dengan baiknya ngerjain beberapa tugas aku," balas Olive dan ikut tersenyum. Lalu mendorong troli kearah rak lainnya.
"Beneran nih? Di kafe Dozen tapi ya," kali ini Neza tampak lebih semangat. Olive mengehentikan dorongan trolinya dan membalikkan tubuh untuk menatap kearah Neza.
"Harus? Ada apa disana emang?" tanyanya sedikit menyipitkan mata, curiga dengan tanggapan Neza.
"Yaa nggak ada sih," balas Neza kali ini sambil mengusap tengkuknya canggung "Pelayannya cantik," tambahnya kemudian sambil nyengir kuda. Olive menaikkan sebelah alisnya sambil berfikir sesaat.
"Gadis berlesung pipit dan rambut dikucir itu?" tanya Olive kemudian saat mengingat seseorang yang menarik perhatiannya waktu terakhir kali berkunjung kekafe Dozen.
"Kamu tau?" Neza balik bertanya.
"Em-em," Balas Olive sambil mengangguk dan kembali mendorong trolinya melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda "Terakhir kali kesana, gadis itu juga menarik perhatian banget. Mau pake seragam pelayan juga cantiknya masih nguar kemana-mana, aku yang cewek aja sampe ngerasa iri," lanjutnya kemudian dan ikut tertawa.
"Nahh iya kan... Selain keliatan cantik dia juga lebih percaya diri. Mungkin itu kali ya yang bikin dia keliatan lebih enak dilihat dari pada yang lain, kesannya kayak dia menikmati banget untuk apapun yang ia kerjakan," kali ini Neza mengatakannya dengan sedikit menerawang, seolah pria itu membayangkan gadis yang sedang dikomentarinya.
"Hayooo, naksir yaa..." tembak Olive langsung sambil menyenggol lengan Neza, membuyarkan untuk apapun yang sedang pria itu bayangkan.
"Ehem, rada minder sih buat deketin," keluh Neza kemudian.
"Loh kenapa?" kali ini Olive tidak sabar untuk tidak bergosip, jarang-jarang seorang Neza yang ia kenal dengan tampang diatas rata-rata seorang cowok merasa minder untuk ngedeketin cewek.
"Saingannya banyak, Walau aku nggak tau hubungan mereka seperti apa. Tapi sudah ada 3 cowok yang tampak deket sama tuh cewek, pertama cowok SMA yang sering ngegangguin dia, trus cowok yang seumuran aku, mungkin anak kuliahan sih, lalu terakhir ada anak SMP yang kadang pulang bareng sama dia," jawab Neza.
"Yahh, masa gitu aja udah nyerah si. Kalau aku lihat sih tu cewek udah anak kuliahan ya, nggak mungkin dia sama anak SMP, bisa jadi malah itu cuma adeknya kan mereka pulang bareng. Trus kalau anak SMA nya mungkin sekadar iseng doang dan kalau cowok yang seumuran sama kamu bisa aja itu cuma kenalannya atau orang asing lainnya," Olive memberikan pendapatnya.
"Kamu nggak tau sih cowok itu punya pandangan batin kecowok lainnya tau. Yakin banget kalau mereka sesama punya rasa, Susah buat dijelasin. Tapi aku yakin mereka bertiga ngincer tu cewek," Neza masih yakin dengan pendapatnya.
"Meskipun begitu, itukan perasaan cowoknya bukan ceweknya. Jangan minder dong, kamu juga nggak jelek-jelek banget kok, selow aja. Tapi sebagai seorang gadis ya, aku fikir anak SMP bukan pilihan yang cocok, udah pasti bakal di blacklist sebagai calon pasangan deh," balas Olive menyakinkan.
"Sayangnya, tu anak SMP yang lebih dapat perhatian banyak dari dia tau, selalu dikasi senyum manis bahkan mereka kadang bercanda juga, Mata orang amatiran kayak aku aja yakin kalau mereka berdua akrab banget," Neza mematahkan keyakinan Olive.
"Udah, yakin aku itu adeknya. Sebagai adek wajar dong kalau ia suka sama kakaknya sendiri, masa semua diartikan tertarik sama lawan jenis sih," kilah Olive.
"Ah, kamu nggak rasain kata batin sih," Neza mulai kesal karena tidak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan.
"Jadi kamu udah sebatin sama cowok-cowok itu, pacarin aja salah satu, kekekek..." canda Olive dan tertawa senang yang dibalas monyongan Neza singkat. Sadar kalau ia sedang diledekin.
"Nggak usah dibahas deh, jadi mana pacar kamu. Kok nggak keliatan ini hari?" tanya Neza mengalihkan pembicaraan dan kali ini sambil memindahkan buku dari troli kearah rak.
"Nggak tau, sibuk belajar kali. Kan masih ada ujian besok," jawab Olive dan ikut memindahkan buku kearah Rak, meskipun begitu ia masih menyempatkan diri menatap kearah bangku dimana biasanya David duduk disana dari lorong rak didepannya.
"Atau udah bosen kali dia seminggu disini dikacangin mulu sama kamu," komentar Neza yang membuat Olive langsung menoleh menatapnya.
"Demi apa? Jadi tuh anak beneran kesini semingguan yang lalu?" tanya Olive, meskipun sebelumnya David sudah mengatakan, ia sedikit tidak percaya. Karena semingguan lalu meskipun ia memang sedang terfokus belajar, masa sama sekali tidak sadar kalau berada satu ruangan sama David.
"Ya beneran lah, memangnya tuh anak nggak ngasi tau?" tanya Neza sekilas.
"Ngasi tau sih, tapi aku nggak percaya. Lagian kenapa kalian dua ngasi taunya setelah lewat sih, kenapa nggak ngasi tau aja pas orangnya disini?" balas Olive sedikit kesal.
"Aku nggak tega ngeganggu seseorang yang lagi fokus belajar," jawab Neza dengan nada bercanda, Olive membalas dengan cibiran, tapi tak urung ia juga meningat kalimat David sebelumnya kalau pria itu tidak mau menganggunya yang sedang fokus belajar. Olive jadi bertanya-tanya sendiri, apakah ia memang sefokus itu dalam belajar 1 minggu yang lalu. Tapi tetap saja, sulit dipercaya.
Olive melangkahkan kakinya menelusuri lorong koridor sekolahnya setelah menyelesaikan ujian terakhir. Tujuannya pasti, keruangan dimana Devi berada, saat ujian berlangsung semua kelas dibagi ulang dengan mengurutkan Abjad, karena Awal huruf nama dari Devi dan Olive terpaut jauh mereka berbeda ruangan. Olive sendiri benar-benar tidak ada teman ngobrol yang bisa diajak kerja sama, karena sebagian diantara mereka bukanlah orang yang ia kenal, meski ada Revan dalam ruang yang sama, namun pria itu jelas bukan pilihan yang tepat sebagai lawan pergosipannya.
"Hei Olive," sapa Arial saat Olive sudah tiba diambang pintu, dengan dekatnya awal huruf Arial dan Devi mereka mendapat ruang yang sama, Olive tersenyum menanggapinya "Gimana ujiannya?" tanyanya kemudian.
"Baik, sebaik yang bisa dikerjakan dengan otak pas-pasan," jawab Olive sambil nyengir kuda kemudian ia melirik sekeliling kelas.
"Hei Olive, sini..." Devi melambaikan tangan kearahnya, tampak gadis itu sedang membereskan peralatan ujian yang ia punya.
Olive tersenyum singkat kearah Arial sebelum melewati untuk melangkah mendekati Devi, tak sengaja ia juga sempat melirik kearah seberang kursi lainnya, dimana tampak Devo yang sedang merebahkan kepalanya diatas meja dengan mata terpejam, sepertinya dua temannya yang lain tidak dalam ruangan yang sama. Mengingat nama Randi berada diruangan yang sama dengan Olive, sementara Ilham sendiri tidak tau dalam ruangan yang sama. Olive jelas tidak akan membuang waktu dengan mencari keberadaannya.
"Bentar, aku menyelesaikan ini dulu," ucap Devi saat Olive sudah berada didepannya, gadis itu mengangguk dan duduk disalah satu kursi disamping Devi yang masih kosong kemudian menatap kesekeliling, ruangan sudah lumayan sepi. Mungkin sebagian yang lain sudah pulang kerumah masing-masing. Karena ini hari terakhir ujian, Olive dan Devi sudah berjanji akan makan siang bersama untuk merayakannya.
"Hei," pandangan Olive terhenti saat Arial memukul Devo yang masih terpejam, bahkan pria itu sama sekali tidak perduli dengan lirikan tajam yang ia terima saat Devo sudah membuka matanya, jelas kalau persahabatan mereka tidak dibangun dengan satu sampai dua hari kenalan.
"Apaan sih, gangguin tau," keluh Devo saat sebelumnya memilih kembali memejamkan mata dan mendapat pukulan kedua dari Arial.
"Buruan, loe ngapain juga dah tidur disini. Katanya mau makan bareng, Randi sama Ilham udah nunggu diparkir itu," kali ini Arial mengatakannya sambil memaksa Devo untuk duduk, dengan malas-malasan Devo mengikuti perintah meski matanya masih setengah terbuka.
"Bangke banget dah nih anak, nggak seneng banget liat orang seneng," keluh Devo walau tak urung ia juga membereskan mejanya dengan memasukkan semua isinya kedalam tas dengan asal-asalan.
"Ngomel mulu, laki bukan sih. Lap tuh iler," ledek Arial, Olive mengangkat sebelah alisnya saat menyadari tidak ada iler yang dimaksud.
"Sialan," maki Devo tanpa melaksanakan apa yang Arial katakan sebelumnya bahkan ia menggunakan tasnya untuk memukul Arial yang dengan sigap menghindar kemudian keduanya melangkah pergi.
"Hei, malah bengong," kalimat Devi membuyarkan lamunan Olive yang sedari tadi memperhatikan Arial dan Devo hilang dari pandangan.
"Udah? Ayo," ajak Olive mengalihkan pembicaraan dan beranjak dari tempat duduknya.
David menyandarkan tubuhnya disamping motor yang diparkir diparkiran, sesekali ia melirik kesekeliling kemudian kembali fokus dengan game ditangannya. Setelah selesai ujian akhirnya ia bisa kembali menemui gadisnya, tanpa menghubungi lebih dulu David sudah stay menunggu untuk mengantar gadis itu pulang. Tanpa sepengetahuannya 4 orang pria yang masih mengunakan seragam tampak menatap kearahnya, ralat sebenarnya hanya satu kemudian ia membisikan sesuatu pada yang lainnya, kemudian mendekat kearah David yang belum menyadari.
"Mau apa loe disini," tanya Arial setelah tiba didepan David, pria itu melepas pandangan dari hanphonenya dan balik menatap kearah Arial yang menatap tanpa persahabatan didepannya, David tersenyum sekilas kemudian kembali asik dengan hanphonenya.
"Sialan, loe cari mati ya," kali ini Randi yang bersuara.
"Gue nggak ada urusan sama kalian," ucap David dengan santai.
"Siapa bilang nggak ada, jelas kalau loe yang cari masalah dicamping beberapa waktu lalu, dan sekarang tanpa rasa takut malah parkir disekolah gue, loe fikir bisa dengan mudahnya bebas gitu aja ha," kali ini Arial mulai memancing emosi.
"Oh, loe orangnya," kali ini David memasukkan hanphone ditangannya kedalam saku "Sorry, gue lupa. Ingatan gue beneran nggak menyimpan seseorang yang nggak penting," lanjutnya malas-malasan.
"Wahh beneran nantangin nih anak," Ilham ikut bersuara. Sementara Devo yang sedari tadi hanya memperhatikan masih terdiam.
"Brengsek, Loe juga kelas 3 SMA kan? Jam segini udah berkeliaran disini memangnya nggak ikut ujian," Arial tampak tersenyum sinis.
"Emm, mungkin gue termasuk seseorang yang bisa keluar setelah menyelesaikan ujian dengan kilat," balas David dengan nada santai namun jelas meremehkan.
"Gue nggak tahan lagi, selesaikan sekarang," ucap Devo dengan nada perintah kemudian melangkah pergi. Ilham dan Randi saling lirik memberi kode kemudian dengan cepat menyeret David untuk mengikutinya. Arial hanya ngekor dibelakang, siap melampiaskan amarahnya.
"Lohh, itu si David bukan?" tanya Devi kearah Olive yang baru memasuki latar sekolahnya siap mau keluar, Olive mengikuti arah pandangan yang ditunjuk Devi, kemudian matanya menyipit untuk lebih memperjelas pengelihatannya.
"Ada urusan apa dia sama mereka?" Olive ikut bertanya sendiri saat mengetahui kalau yang membawa David adalah Arial, Devo, Randi dan Ilham.
"Nggak tau, mereka nggak lagi ngeroyok kan?" tanya Devi hati-hati.
"Kita ikutin," kali ini Olive mengataknnya dengan tegas, dan melangkah dengan hati-hati kearah dimana David tadi menghilang dari pandangannya, bahkan tanpa menunggu jawaban dari Devi lebih dulu, membuat gadis itu mau tidak mau mengikutinya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 22
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Seperti biasa, part sebelumnya juga bisa dilirik disini Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 20. Happy reading...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 21 |
Mr Hero vs Mrs Zero
"Gimana sama ujiannya?" pertanyaan Neza membuat Olive yang sedang merapikan buku diraknya menoleh. Kemudian gadis itu tersenyum lalu melanjutkan kembali merapikan buku yang lainnya.
"Tidak buruk," jawab Olive kemudian.
"Wahhh, kalau ujian nanti nilainya bagus aku mau dong ditraktir makan siang," goda Neza sambil ikut merapikan buku yang menjadi tugas Olive.
"Aman, aku juga nggak bakal bisa belajar dengan tenang disini kalau kamu nggak dengan baiknya ngerjain beberapa tugas aku," balas Olive dan ikut tersenyum. Lalu mendorong troli kearah rak lainnya.
"Beneran nih? Di kafe Dozen tapi ya," kali ini Neza tampak lebih semangat. Olive mengehentikan dorongan trolinya dan membalikkan tubuh untuk menatap kearah Neza.
"Harus? Ada apa disana emang?" tanyanya sedikit menyipitkan mata, curiga dengan tanggapan Neza.
"Yaa nggak ada sih," balas Neza kali ini sambil mengusap tengkuknya canggung "Pelayannya cantik," tambahnya kemudian sambil nyengir kuda. Olive menaikkan sebelah alisnya sambil berfikir sesaat.
"Gadis berlesung pipit dan rambut dikucir itu?" tanya Olive kemudian saat mengingat seseorang yang menarik perhatiannya waktu terakhir kali berkunjung kekafe Dozen.
"Kamu tau?" Neza balik bertanya.
"Em-em," Balas Olive sambil mengangguk dan kembali mendorong trolinya melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda "Terakhir kali kesana, gadis itu juga menarik perhatian banget. Mau pake seragam pelayan juga cantiknya masih nguar kemana-mana, aku yang cewek aja sampe ngerasa iri," lanjutnya kemudian dan ikut tertawa.
"Nahh iya kan... Selain keliatan cantik dia juga lebih percaya diri. Mungkin itu kali ya yang bikin dia keliatan lebih enak dilihat dari pada yang lain, kesannya kayak dia menikmati banget untuk apapun yang ia kerjakan," kali ini Neza mengatakannya dengan sedikit menerawang, seolah pria itu membayangkan gadis yang sedang dikomentarinya.
"Hayooo, naksir yaa..." tembak Olive langsung sambil menyenggol lengan Neza, membuyarkan untuk apapun yang sedang pria itu bayangkan.
"Ehem, rada minder sih buat deketin," keluh Neza kemudian.
"Loh kenapa?" kali ini Olive tidak sabar untuk tidak bergosip, jarang-jarang seorang Neza yang ia kenal dengan tampang diatas rata-rata seorang cowok merasa minder untuk ngedeketin cewek.
"Saingannya banyak, Walau aku nggak tau hubungan mereka seperti apa. Tapi sudah ada 3 cowok yang tampak deket sama tuh cewek, pertama cowok SMA yang sering ngegangguin dia, trus cowok yang seumuran aku, mungkin anak kuliahan sih, lalu terakhir ada anak SMP yang kadang pulang bareng sama dia," jawab Neza.
"Yahh, masa gitu aja udah nyerah si. Kalau aku lihat sih tu cewek udah anak kuliahan ya, nggak mungkin dia sama anak SMP, bisa jadi malah itu cuma adeknya kan mereka pulang bareng. Trus kalau anak SMA nya mungkin sekadar iseng doang dan kalau cowok yang seumuran sama kamu bisa aja itu cuma kenalannya atau orang asing lainnya," Olive memberikan pendapatnya.
"Kamu nggak tau sih cowok itu punya pandangan batin kecowok lainnya tau. Yakin banget kalau mereka sesama punya rasa, Susah buat dijelasin. Tapi aku yakin mereka bertiga ngincer tu cewek," Neza masih yakin dengan pendapatnya.
"Meskipun begitu, itukan perasaan cowoknya bukan ceweknya. Jangan minder dong, kamu juga nggak jelek-jelek banget kok, selow aja. Tapi sebagai seorang gadis ya, aku fikir anak SMP bukan pilihan yang cocok, udah pasti bakal di blacklist sebagai calon pasangan deh," balas Olive menyakinkan.
"Sayangnya, tu anak SMP yang lebih dapat perhatian banyak dari dia tau, selalu dikasi senyum manis bahkan mereka kadang bercanda juga, Mata orang amatiran kayak aku aja yakin kalau mereka berdua akrab banget," Neza mematahkan keyakinan Olive.
"Udah, yakin aku itu adeknya. Sebagai adek wajar dong kalau ia suka sama kakaknya sendiri, masa semua diartikan tertarik sama lawan jenis sih," kilah Olive.
"Ah, kamu nggak rasain kata batin sih," Neza mulai kesal karena tidak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan.
"Jadi kamu udah sebatin sama cowok-cowok itu, pacarin aja salah satu, kekekek..." canda Olive dan tertawa senang yang dibalas monyongan Neza singkat. Sadar kalau ia sedang diledekin.
"Nggak usah dibahas deh, jadi mana pacar kamu. Kok nggak keliatan ini hari?" tanya Neza mengalihkan pembicaraan dan kali ini sambil memindahkan buku dari troli kearah rak.
"Nggak tau, sibuk belajar kali. Kan masih ada ujian besok," jawab Olive dan ikut memindahkan buku kearah Rak, meskipun begitu ia masih menyempatkan diri menatap kearah bangku dimana biasanya David duduk disana dari lorong rak didepannya.
"Atau udah bosen kali dia seminggu disini dikacangin mulu sama kamu," komentar Neza yang membuat Olive langsung menoleh menatapnya.
"Demi apa? Jadi tuh anak beneran kesini semingguan yang lalu?" tanya Olive, meskipun sebelumnya David sudah mengatakan, ia sedikit tidak percaya. Karena semingguan lalu meskipun ia memang sedang terfokus belajar, masa sama sekali tidak sadar kalau berada satu ruangan sama David.
"Ya beneran lah, memangnya tuh anak nggak ngasi tau?" tanya Neza sekilas.
"Ngasi tau sih, tapi aku nggak percaya. Lagian kenapa kalian dua ngasi taunya setelah lewat sih, kenapa nggak ngasi tau aja pas orangnya disini?" balas Olive sedikit kesal.
"Aku nggak tega ngeganggu seseorang yang lagi fokus belajar," jawab Neza dengan nada bercanda, Olive membalas dengan cibiran, tapi tak urung ia juga meningat kalimat David sebelumnya kalau pria itu tidak mau menganggunya yang sedang fokus belajar. Olive jadi bertanya-tanya sendiri, apakah ia memang sefokus itu dalam belajar 1 minggu yang lalu. Tapi tetap saja, sulit dipercaya.
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive melangkahkan kakinya menelusuri lorong koridor sekolahnya setelah menyelesaikan ujian terakhir. Tujuannya pasti, keruangan dimana Devi berada, saat ujian berlangsung semua kelas dibagi ulang dengan mengurutkan Abjad, karena Awal huruf nama dari Devi dan Olive terpaut jauh mereka berbeda ruangan. Olive sendiri benar-benar tidak ada teman ngobrol yang bisa diajak kerja sama, karena sebagian diantara mereka bukanlah orang yang ia kenal, meski ada Revan dalam ruang yang sama, namun pria itu jelas bukan pilihan yang tepat sebagai lawan pergosipannya.
"Hei Olive," sapa Arial saat Olive sudah tiba diambang pintu, dengan dekatnya awal huruf Arial dan Devi mereka mendapat ruang yang sama, Olive tersenyum menanggapinya "Gimana ujiannya?" tanyanya kemudian.
"Baik, sebaik yang bisa dikerjakan dengan otak pas-pasan," jawab Olive sambil nyengir kuda kemudian ia melirik sekeliling kelas.
"Hei Olive, sini..." Devi melambaikan tangan kearahnya, tampak gadis itu sedang membereskan peralatan ujian yang ia punya.
Olive tersenyum singkat kearah Arial sebelum melewati untuk melangkah mendekati Devi, tak sengaja ia juga sempat melirik kearah seberang kursi lainnya, dimana tampak Devo yang sedang merebahkan kepalanya diatas meja dengan mata terpejam, sepertinya dua temannya yang lain tidak dalam ruangan yang sama. Mengingat nama Randi berada diruangan yang sama dengan Olive, sementara Ilham sendiri tidak tau dalam ruangan yang sama. Olive jelas tidak akan membuang waktu dengan mencari keberadaannya.
"Bentar, aku menyelesaikan ini dulu," ucap Devi saat Olive sudah berada didepannya, gadis itu mengangguk dan duduk disalah satu kursi disamping Devi yang masih kosong kemudian menatap kesekeliling, ruangan sudah lumayan sepi. Mungkin sebagian yang lain sudah pulang kerumah masing-masing. Karena ini hari terakhir ujian, Olive dan Devi sudah berjanji akan makan siang bersama untuk merayakannya.
"Hei," pandangan Olive terhenti saat Arial memukul Devo yang masih terpejam, bahkan pria itu sama sekali tidak perduli dengan lirikan tajam yang ia terima saat Devo sudah membuka matanya, jelas kalau persahabatan mereka tidak dibangun dengan satu sampai dua hari kenalan.
"Apaan sih, gangguin tau," keluh Devo saat sebelumnya memilih kembali memejamkan mata dan mendapat pukulan kedua dari Arial.
"Buruan, loe ngapain juga dah tidur disini. Katanya mau makan bareng, Randi sama Ilham udah nunggu diparkir itu," kali ini Arial mengatakannya sambil memaksa Devo untuk duduk, dengan malas-malasan Devo mengikuti perintah meski matanya masih setengah terbuka.
"Bangke banget dah nih anak, nggak seneng banget liat orang seneng," keluh Devo walau tak urung ia juga membereskan mejanya dengan memasukkan semua isinya kedalam tas dengan asal-asalan.
"Ngomel mulu, laki bukan sih. Lap tuh iler," ledek Arial, Olive mengangkat sebelah alisnya saat menyadari tidak ada iler yang dimaksud.
"Sialan," maki Devo tanpa melaksanakan apa yang Arial katakan sebelumnya bahkan ia menggunakan tasnya untuk memukul Arial yang dengan sigap menghindar kemudian keduanya melangkah pergi.
"Hei, malah bengong," kalimat Devi membuyarkan lamunan Olive yang sedari tadi memperhatikan Arial dan Devo hilang dari pandangan.
"Udah? Ayo," ajak Olive mengalihkan pembicaraan dan beranjak dari tempat duduknya.
Mr Hero vs Mrs Zero
David menyandarkan tubuhnya disamping motor yang diparkir diparkiran, sesekali ia melirik kesekeliling kemudian kembali fokus dengan game ditangannya. Setelah selesai ujian akhirnya ia bisa kembali menemui gadisnya, tanpa menghubungi lebih dulu David sudah stay menunggu untuk mengantar gadis itu pulang. Tanpa sepengetahuannya 4 orang pria yang masih mengunakan seragam tampak menatap kearahnya, ralat sebenarnya hanya satu kemudian ia membisikan sesuatu pada yang lainnya, kemudian mendekat kearah David yang belum menyadari.
"Mau apa loe disini," tanya Arial setelah tiba didepan David, pria itu melepas pandangan dari hanphonenya dan balik menatap kearah Arial yang menatap tanpa persahabatan didepannya, David tersenyum sekilas kemudian kembali asik dengan hanphonenya.
"Sialan, loe cari mati ya," kali ini Randi yang bersuara.
"Gue nggak ada urusan sama kalian," ucap David dengan santai.
"Siapa bilang nggak ada, jelas kalau loe yang cari masalah dicamping beberapa waktu lalu, dan sekarang tanpa rasa takut malah parkir disekolah gue, loe fikir bisa dengan mudahnya bebas gitu aja ha," kali ini Arial mulai memancing emosi.
"Oh, loe orangnya," kali ini David memasukkan hanphone ditangannya kedalam saku "Sorry, gue lupa. Ingatan gue beneran nggak menyimpan seseorang yang nggak penting," lanjutnya malas-malasan.
"Wahh beneran nantangin nih anak," Ilham ikut bersuara. Sementara Devo yang sedari tadi hanya memperhatikan masih terdiam.
"Brengsek, Loe juga kelas 3 SMA kan? Jam segini udah berkeliaran disini memangnya nggak ikut ujian," Arial tampak tersenyum sinis.
"Emm, mungkin gue termasuk seseorang yang bisa keluar setelah menyelesaikan ujian dengan kilat," balas David dengan nada santai namun jelas meremehkan.
"Gue nggak tahan lagi, selesaikan sekarang," ucap Devo dengan nada perintah kemudian melangkah pergi. Ilham dan Randi saling lirik memberi kode kemudian dengan cepat menyeret David untuk mengikutinya. Arial hanya ngekor dibelakang, siap melampiaskan amarahnya.
"Lohh, itu si David bukan?" tanya Devi kearah Olive yang baru memasuki latar sekolahnya siap mau keluar, Olive mengikuti arah pandangan yang ditunjuk Devi, kemudian matanya menyipit untuk lebih memperjelas pengelihatannya.
"Ada urusan apa dia sama mereka?" Olive ikut bertanya sendiri saat mengetahui kalau yang membawa David adalah Arial, Devo, Randi dan Ilham.
"Nggak tau, mereka nggak lagi ngeroyok kan?" tanya Devi hati-hati.
"Kita ikutin," kali ini Olive mengataknnya dengan tegas, dan melangkah dengan hati-hati kearah dimana David tadi menghilang dari pandangannya, bahkan tanpa menunggu jawaban dari Devi lebih dulu, membuat gadis itu mau tidak mau mengikutinya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 22
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 21
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.685 Word
- Serial : Part 21
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar