Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 15 |
Mr Hero vs Mrs Zero
"Apa kabar cantik?" tanya Devi sambil menepuk bahu sahabatnya setelah selesai membersihkan diri, bukan dalam artian sesungguhnya. Mereka jelas tidak bisa mandi dengan benar disituasi ini, namun setidaknya tubuhnya terasa lebih bertenaga setelah menikmati sejukknya air sungai yang mengalir jernih. Olive tersenyum, menyadari tenaganya seolah lebih terisi saat menyadari Devi yang tersenyum kearahnya, terkadang Atmosfer kebahagiaan memang bisa menular.
"Buruk," jawab Olive sambil tersenyum, kemudian melangkah kembali kearah tendanya Devi mengikuti disamping dan membalas dengan tawa "Tapi aku masih bisa bertahan sampai besok kok," lanjutnya.
"Semangat Olive, setidaknya kamu satu kelompok sama si Arial. Bisalah cuci-cuci mata sambil TP berdua," ucap Devi sambil mengedipkan sebelah matanya.
"TP apaan? Aku nggak Tebar pesona sama tuh cowok juga udah dimusuhin kali sama cewek-cewek kelompokku, heran tuh anak kayaknya ganteng-ganteng nggak bisa liat situasi deh," keluh Olive yang kembali kesal saat mengingat nasibnya karena ulah Arial yang terus berada didekatnya. Bukannya sombong, namun jelas Olive bukan termasuk gadis yang akan senang saat kenyamanannya diganggu, dia termasuk gadis yang lebih memilih tenang dari keramaian.
"Hahahha, lucu banget sih nih anak. Dideketi cowok ganteng malah kesel, aku curiga tuh cowok satu naksir sama kamu," ucap Devi yang langsung mendapat dorongan refleks Olive karena ucapannya.
"Itu mulut tolong ya, agak dikondisikan. Kesebar gosip mendadak tinggal nama aku nanti. Nggak lihat apa itu penggemarnya setara artis idol," keluh Olive sambil celingak celinguk memastikan tidak ada pendengar tidak diundang yang mungkin menjadi bumerang untuk ketenangannya akan datang.
"Yayayayya, cowok ganteng emang nggak mempan sama kamu," Devi mengalah sambil mengangkat sebelah tangannya.
"Aku masih normal tau, tentu saja masih tertari. Tapi bukan seseorang yang bisa mengganggu ketenangan," ralat Olive langsung, Devi membalas dengan anggukan, tidak menimpali lebih lanjut tentang pendapat sahabatnya.
"Bentar lagi mahgrib nih, abis sholat kita kumpul bareng ya. Malem acara bebas kok, bakar api unggun aja, jadi nggak perlu gabung sama kelompok," ucap Devi mengubah topik pembicaraan.
"Lah kamu nggak ikutan?" tanya Olive sambil menunjuk kearah anak-anak lain yang sudah kumpul dilapangan dengan berbaris rapi beralas tikar untuk memulai menunaikan sholat mahgrib berjamaah.
"ABC, Allah bagi cuti. Jadi aku ketenda dulu ya," balas Devi sambil tersenyum, Olive membalas dengan anggukan tanda mengerti kemudian setelah membiarkan Devi melangkah menuju tenda miliknya, Olive mengeluarkan mukena dari dalam tasnya dan siap menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Mr Hero vs Mrs Zero
"Wahh udah rame ya, aku ketinggalan apa nih?" tanya Olive sambil duduk disamping Devi, gadis itu menoleh kearahnya dan tersenyum.
"Belum, anak pramuka masih ngumpulin kayu bakar tuh, dan beberapa yang lain sibuk dengan gitarnya. Sementara panitia kunsumsi jelas lagi beberes untuk bakar-bakarnya. Kita santai aja, biarkan mereka yang bekerja. Sumpah aku capek banget tau," lanjutnya sambil meluruskan kakinya.
"Banget, ini badan udah berasa remuk semua tau. Mana dingin banget lagi," balas Olive sambil mengeratkan jaket yang digunakannya "Ngomong-ngomong bodyguard kamu mana? Tumben dibiarin sendiri anak gadis duduk sendiri?" tanyanya kemudian.
"Tadinya dia disini, tapi seperti yang aku bilang panitia konsumsi sedang siap-siap untuk melakukan tugas mereka. Bakar-bakar gitu, dan dia termasuk salah satu diantaranya, setelah mastiin aku bisa sendiri dan kamu juga bakal kesini barulah dia pergi, paling 5 menit yang lalu," jawab Devi setelah melirik jam yang terletak dipojok atas layar handphonenya.
"Makin lengket aja kamu sama tuh anak, lancar semua kan?" tanya Olive sekilas.
"Sejauh ini sih baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia cuma bilang mau jagain aku. Takut ada yang ngelabrak karena nggak suka sama hubungan kita," jawab Devi yang membalas anggukan Olive, benar saja seperti yang ia tau Revan memang salah satu pria populer disekolahnya, wajar jika mungkin banyak yang kontra dengan kedekatan Devi sekarang. Tapi setidaknya Olive bisa merasa lega karena pria itu lebih memperhatikan sahabatnya lebih dari pada yang seharusnya ia terima. Olive jelas ikut bahagia melihat cinta Devi selama 3 tahun terakhir tidak sia-sia.
"Ehem, gue boleh gabung nggak?" tanya seseorang yang membuat kedua gadis yang sedang menikmati obrolan menoleh, menyadari Arial yang berdiri tampak meminta persetujuan membuat keduanya saling pandang kemudian mengangguk, setelah mendapat persetujuan Arial duduk disamping Olive dan mengulurkan kopi yang dibawanya "Coffie?" tawarnya.
"Terimakasih," ucap Devi sambil menerima kopi yang ditawarkan Arial.
"Buat kamu?" tanya Olive ragu untuk menerima gelas kedua, mengingat Arial hanya membawa dua cangkir yang ia bisa menggunakan kedua tangannya.
"Gue udah, buat loe aja. Cuaca makin dingin kalo malam loh," jawab Arial sambil mengisyaratkan Olive untuk mengambil minuman ditangannya, meskipun sedikit ragu akhirnya Olive menerimanya, lumayan untuk menghangatkan tubuhnya.
"Ngomong-ngomong kamu nggak gabung sama si Devo?" tanya Devi sambil mengisyaratkan kearah kerumunan tak jauh dari mereka, dimana seorang cowok yang mereka kenal bernama Devo sedang memainkan gitarnya, lalu ada Aura yang sedang menyanyi penuh semangat, tak jauh darinya ada Ilham dan Randy yang ikut meramaikan suasana, sementara gadis-gadis lain yang hanya kebagian nimbrung hanya memperhatikan dari jarak sedekat yang mereka bisa, mau lebih dekat lagi jelas saja malu.
"Berteman bukan berarti harus ngedempel terus kan?" jawaban Arial mendapat anggukan dari Devi "Atau jangan-jangan kalian berdua lagi mau ngobrol berdua aja?" lanjutnya dan bersiap untuk beranjak.
"Enggak-enggak-enggak..." balas Devi cepat sambil menahan Arial "Aku cuma basa basi doang kali, kamu boleh tetep disini kok kalau mau, iyakan Liv?" ucap Devi meminta persetujuan, Olive membalas dengan anggukan meskipun sedikit ragu, ia tidak mungkin menolak walau dalam hati ia akan lebih nyaman kalau Arial tidak menganggu ketenangannya, meskipun dari jarak yang lumayan jauh, Olive merasa bulu kudunya sedikit meremang, menyadari tatapan tajam dari gadis lain yang berkerumun tidak jauh darinya, seolah tatapan mereka mampu menembus hingga kejantungnya, membuat sang jantung berdetak cemas menantikan bencana apa yang mungkin sedang mereka rencanakan. Menjadi mangsa dari perburuan singa-singa yang lapar jelas bukan termasuk rencananya dalam jangka pendek.
"Masih kedinginan?" tanya Arial saat melihat Olive mengeratkan jaket yang dikenakannya dan menyatukan telapak tangannya pada cangkir kopi yang digenggamnya.
"Enggak kok, aku baik-baik saja." lanjutnya sambil tersenyum, kemudian hanphonenya berbunyi tanda pesan masuk "Eh Sebentar ya," ucap Olive dan merogoh hanphone disaku jaketnya, sebelah alisnya terangkat saat membaca chat yang masuk dari David.
"Harus kali ya duduk sama tuh anak satu,?" tulis chat masuk yang diterimanya. Olive menekan tombol balas dan ikut mengetikkan sebaris kalimat.
"Bukan urusan kamu," setelah terkirim Olive membaca sekali lagi balasan yang ia ketik, namun kemudian ia menambahkan "Lagian ada Devi juga kok disini," sadar kalau kalimat pertama bukan jawaban yang ingin David dengar, nggak lucu kalau anak itu nekat menemuinya langsung ditengah-tengah keramaian ini. Belum sempat Olive mematikan layar hanphonenya, balasan dari David langsung masuk.
"Kamu tau kesabaranku cuma sisa dikitkan? Kita bahkan belum sempet bicara tadi," balasan dari David membuat wajah Olive terasa memanas, terpaksa ingatannya kembali saat akhirnya ia menghabiskan waktu untuk terlelap dipangkuan pria itu, tidak membutuhkan waktu lama untuk membuatnya menghindar kembali, jelas saja rasa malu lebih mendomisi saat ini. Bagaimana bisa ia benar-benar terlelap, saat bersama seorang pria.
"Kamu yang usir dia atau aku yang terpaksa melakukannya?" sebelum Olive sempat berfikir untuk apa yang harus ia balas pada pesan David, pria itu kembali mengirimkan kata yang membuatnya gugup.
"Olive, kamu kenapa?" tanya Arial saat menyadari kegugupan gadis disampingnya, Olive menoleh dan makin membuatnya bingung harus bagaimana "Ada masalah?" tanyanya.
"Ehem, enggak kok. Hanya saja aku takut," jawaban Olive membuat Arial mengangkat sebelah alisnya tanda tidak mengerti "Maksudku,..." Olive segera memutar otaknya dengan cepat, jawaban refleksnya jelas membingungkan untuk didengar Arial saat ini "Aku merasa sedang diawasi," lanjutnya "Kamu merasakan tatapan para fansmu itu lebih ganas dari pada biasanya kan?" Olive menyelesaikan ucapannya, meminta Arial untuk memahami posisinya saat ini.
"Apa perlu gue memperingati mereka?" tanya Arial langsung.
"Kamu niat bunuh aku ya?" balasan dari Olive tidak terduga "Mereka bakalan makin memusuhiku, dan karena kita masih akan bersama sampai besok sore. Gimana kalau kamu membantuku sedikit?" tanya Olive kemudian.
"Loe mau gue pergi?" tanya Arial langsung, untungnya pria ini termasuk salah satu pria terpeka yang ia kenal.
"Nggak harus kok, udahlah Olive santai aja. Kamu taukan kalau mereka nggak bakalan bertindak nekat," ucap Devi menengkan yang sebenarnya sangat tidak membantu.
"Aku benar-benar ngeraasa nggak nyaman," ucap Olive akhirnya, Arial menatap kearahnya ingin mengatakan sesuatu namun kemudian ia menatap kearah sekelilingnya, dan jelas saja gadis-gadis yang ia yakini sedang mengangguminya tampak menatap penuh intens kearahnya. Arial menghembuskan nafas mengalah kemudian ia berdiri.
"Gue tau, sorry udah bikin loe repot ya. Selamat istirahat Olive," ucap Arial sambil menepuk bahu Olive kemudian melangkah pergi, bahkan tanpa mendengarkan jawaban dari gadis itu. Olive menghembuskan nafas lelah setelah kepergian Arial, rasa bersalah mulai menelusup kedalam dirinya.
"Kamu yakin nggak keterlaluan?" tanya Devi yang membuat Olive terdiam "Tapi aku dukung kamu kok kalau emang kamu nggak nyaman, lebih baik menghindar kalau emang nggak beneran seriuskan?" lanjutnya dengan senyum menenangkan. Mau nggak mau Olive juga balas tersenyum dan bersyukur ada Devi disini, kemudian layar hanphonenya hidup menandakan ada chat masuk. Olive melirik isi pesan yang diterimanya.
"Pilihan yang bagus," tanpa melihat siapa pengirimnya Olive juga sudah tau, kesal ia memasukkan hanphonenya kembali kesaku jaketnya tanpa membalas pesan menyebalkan yang diterimanya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 16
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 15
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.469 Word
- Serial : Part 15
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar