Ternyata nulis dua cerita dengan jalan cerita yang jelas berbeda itu nggak mudah yahh, tapi admin masih usahain buat update kok. Mungkin nantinya bakal dibikin bergilir aja mana yang dapat ide dulu yang diposting. Nah buat cerbung Stay with me, Please! yang kebetulan kali ini dapat idenya bareng jadi bisa admin posting setelah ini.
Buat yang nunggu cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero langsung aja yuk dilirik dan sempetin buat cek part sebelumnya disini ya. Happy reading...
Olive menyodorkan air mineral kearah David yang masih terduduk sambil menatapnya, tanpa menunggu lama David langsung menerima dan meneguh isinya, tenggorokannya benar-benar terasa kering, rasa haus itu langsung terpuaskan saat tetes demi tetes membasahi tenggorokannya. Setelah menghabiskan hampir setengah isi dari botol David menatap kearah Olive yang saat ini sedang berjongkok didepannya dengan kapas ditangan.
"Kamu bisa pegangan sama aku kalau terasa perih," ucap Olive sambil menuangkan sedikit betadine kekapas ditangannya.
"Aku baik-baik saja," ucap David dan membuat Olive melirik kearahnya, namun pria itu mengangkat sebelah bahunya tanda menyakinkan Olive dan membuat gadis itu menyerah lalu perlahan menempelkan obat diluka memar lututnya "Aaa,..." jerit David tepat saat cairan obat itu menempel dilukanya, refleks dengan gerakan tangannya yang mencengkram bahu Olive menahan perih.
Olive menarik tangannya sedikit menjauh dari luka dan menatap kearah David yang langsung salah tingkah, perlahan ia melepas tangannya dari bahu Olive dan menatap kearah sembarangan tempat, menghindari tatapan dari gadis itu, dalam hati ia merutuki diri sendiri, bisa-bisanya ia menunjukkan sisi lemahnya lagi diharapan Olive. Rasa malu jelas kali ini sudah tidak tertolong.
"Ehem, aku nggak apa-apa," ucap David masih terlihat salah tingkah. Olive menahan senyumnya, namun tetap tidak mengatakan apa-apa dan kembali mengobati luka David dengan perlahan, gadis itu menyadari saat David mulai menahan ringisannya dan menahan tangannya pada kursi, jelas kalau pria itu menahan rasa perih dilututnya, perlahan Olive meniup luka didepannya agar rasa perih tidak terlalu dirasakan David.
"Tahan sebentar lagi," ucap Olive sambil membuka hansaplast dan dengan hati-hati merekatkan untuk menutupi luka kemudian melepaskan gulungan celana David untuk menutupi kaki pria itu, Olive menegakkan tubuhnya dan tersenyum menatap David "Selesai," lanjutnya.
"Ehem, iya. Terimakasih," jawab David masih menahan malu.
"Ngomong-ngomong Devi kemana?" tanya Olive sambil menatap kesekeliling mencari Devi.
"Kencan," jawab David yang langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Olive "Mereka bilang begitu," lanjutnya.
"Oh, tadi Revan kesini?" tanya Olive yang dibalas anggukan oleh David "Yaahh, padahal janjinya mau makan siang bareng, malah kabur..." keluh Olive tampak sedikit kecewa.
"Aku juga belum makan," kata David yang lagi-lagi membuat Olive menatap kearahnya "Kita bisa makan dulu sampai waktu kerjamu nanti," lanjutnya sambil melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Beneran?" tanya Olive kembali tersenyum cerah, David mengiyakan dengan anggukan kepala dan ikut tersenyum melihat tingkah Olive "Kalau gitu. Ayo," ajaknya sambil berdiri.
"Aw," David meringis saat tubuhnya sudah berdiri.
"Kenapa? Masih sakit ya?" tanya Olive sedikit khawatir, David tampak ragu untuk mengatakannya "Ayo aku bantu," lanjutnya dan melingkarkan tangan David kebahunya bahkan sebelum pria itu menjawab, Olive memapah David untuk melangkah bersama, dan dalam diam David mulai tersenyum senang.
David mengeluh tangannya yang kram karena kelamaan bermain bola dan kakinya yang sedang terluka, membuat keduanya tidak bisa keluar untuk mencari makan, sementara Olive sendiri tidak mau membawa David makan dikantin sekolahnya, menghindari kalau nanti akan bertemu Arial dan mereka berantem lagi. Atau apapun yang sedang mereka perdebatkan, yang jelas Olive tidak ingin keduanya dalam satu ruang yang sama, akhirnya Olive membawa David kealun-alun kota yang memang tidak jauh dari sekolahnya, dengan bantuan go-jek online mereka memesan makanan.
Lalu disinilah mereka berdua, disalah satu kursi dibawah pohon yang menghalangi panas matahari menerpa tubuh dan pandangan dan sekantong makanan yang sudah diterimanya, Olive membuka bungkusan dan mengeluarkan kotak berisi mie goreng dari tempatnya, kemudian ia membuka sumpit dan menyodorkannya pada David yang masih duduk disampingnya.
"Nih makan dulu," ucap Olive sambil tersenyum dan mie goreng kearah David.
"Tanganku masih kram," ucap David dengan wajah memelas. Olive menatap ragu kearahnya kemudian pria itu mengedipkan matanya seolah memberi kode, Olive berdehem dan menarik kembali tangannya kembali.
"Kamu mau aku bantu?" tawar Olive dengan hati-hati dan David dengan cepat langsung mengangguk, sangkin cepatnya sampai Olive sendiri takut kalau kepala pria itu akan lepas dari tempatnya dan menggelinding dijalanan, Olive tersenyum akan bayangannya dan menggeleng pelan mengusir fikiran gila itu dari otaknya. Kemudian ia mulai menyendokkan mie goreng dengan sumpit ditangannya dan menyodorkannya pada David.
"AAa,..." ucap David dengan maja, Olive tersenyum melihat tingkah jahil pria itu, sangat David sekali. Jelas kalau pria itu sangat mudah untuk membuat gadis-gadis merasa salah tingkah didepannya. Namun tetap saja membuat Olive merasa senang, ia menikmati saat-saat kebersamaannya bersama pria itu, rasa nyaman mulai tercipta diantara mereka. Jadi Olive sendiri sudah tidak merasa risih dengan kehadiran David dalam hidupnya.
"Enak?" tanya Olive saat David sudah menyelesaikan kunyahannya.
"Enak, apalagi kalau kamu yang nyuapi," jawab David ngegombal.
"Ellahh basi banget," balas Olive sambil tersenyum malu-malu "Bilang aja kalau kamu memang lagi laper," lanjutnya dan David langsung tertawa menanggapi, tidak membantah namun juga tidak membenarkan. Sementara Olive sendiri juga memang tidak membutuhkan untuk tanggapan dari kalimatnya. Kemudian keduanya menghabiskan makanannya, sementara David masih bermanja-manja dengan tetap meminta Olive untuk menyuapinya, tangannya sudah baik-baik saja, meskipun masih terlihat memerah, namun David benar-benar memanfaatkan keadaan dan memilih untuk lebih mendekatkan dirinya pada gadis itu.
"Ngomong-ngomong gimana sama ujiannya?" tanya David setelah mereka menyelesaikan makan siangnya.
"Baik, sangat baik malah. Aku belum pernah merasa kalau ujian tidak semenakutkan biasanya," jawab Olive kali ini sambil tersenyum senang. Seolah ujian memang tampak tidak membebankannya.
"Jadi kapan hasil ujiannya akan keluar?" tanya David kembali, Olive terdiam sesaat tampak sambil berfikir.
"Emm, Mungkin rabu nanti," jawabnya kemudian, David mengangguk tanda mengerti "Kita bisa saling menunjukkan nilainya nanti," lanjut Olive kemudian, lagi-lagi David membalas dengan anggukan.
"Kamu punya berapa persen keyakinan bakal menang?" tanya David lagi.
"Banyak, aku yakin kok bakal menang. Secara, ini ujianku yang pertama yang bisa aku kerjakan sendiri, jadi aku cukup percaya diri bakal berhasil," jawab Olive dengan wajah bahagianya, David masih menatap kearah gadis itu dan ikut tersenyum senang, entah sejak kapan kalau kebahagiaan gadis itu menjadi hal paling membahagiakan dalam hidupnya. Seolah ia bisa melakukan apa saja untuk terus melihat senyum kehabagian itu.
"Sudah memikirkan apa yang kamu inginkan aku lakukan?" tanya David dan kali ini membuat Olive menoleh kearahnya, senyumnya tampak sedikit terkulum membuat David menebak-nebak apa yang sebenarnya gadis itu inginkan untuknya.
"Rahasia," jawab Olive dan membuat David merasa sedikit kecewa, namun tak urung ia kembali tersenyum.
"Baiklah, aku bakal sabar menunggu kok. Asal kamu nggak minta aku buat pergi dari hidup kamu aja pasti bakal aku lakukan apapun untukmu," ucap David sambil menatap kearah depan dan membiarkan Olive yang menatap kearahnya, David tidak ingin menatap kearah gadis itu saat ia mengatakan hal yang memang dari hatinya, entah kenapa jantungnya mulai tidak bisa diajak kompromi lagi saat sudah menyangkut membahas tentang perasaannya.
"Ehem," Olive berdehem mencairkan suasana yang mulai terasa canggung "Eh sepertinya aku sudah harus masuk kerja sekarang," ucap Olive sambil berdiri.
"Yaudah, Ayo. Aku antar," balas David dan ikut berdiri.
"Eeehhh nggak usah," tolak Olive langsung "Kamu masih sakit kan? Pulang duluan aja nggak papa, istirahat ya," lanjutnya tampak khawatir.
"Aku baik-baik saja," balas David sambil meletakkan tangannya diatas puncak kepala Olive dan tersenyum, membuat wajah Olive tampak memanas membuat senyum David semakin mengembang, senang menyadari ada reaksi dari gadisnya atas perlakukan yang ia lakukan "Ayo," ajaknya kemudian dan melangkah lebih dulu. Akhirnya Olive mengangguk dan ikut melangkah kearah parkir, dimana motor David tadi ditinggalkan.
Olive melangkah riang memasuki kelasnya, perasaannya terasa lebih baik hari demi hari. Entah karena ujian baru saja selesai atau memang karena kedekatannya bersama David semakin terasa nyaman, yang jelas rasa bahagia ini tidak bisa ditutupi lagi. Gadis itu duduk dibangkunya dan mengeluarkan buku dari dalam tas sambil bersenandung kecil, Devi yang sudah lebih dulu duduk dikursi tepat disampingnya menatap curiga kearahnya.
"Ada apa nih? Kamu abis menang lotre?" tanya Devi penasaran.
"Enggak kok, emang aku kenapa?" Olive balik bertanya dengan senyum lebarnya.
"Nah nah naahh tuh lihat. Senyum kamu bahkan lebih lebar dari pada senyum ala pepsodent ditelevisi. Ada berita bagus apaan nih?" tanya Devi lagi.
"Berita bagus apa sih Dev, nggak ada kok," kilah Olive dengan senyum malu-malunya.
"Asli, Aku merinding nih..." ucap Devi sambil menunjukkan lengan tangannya kearah Olive "Nggak biasanya kamu senyum-senyum kayak gitu, horor banget Olive..." lanjutnya sambil menarik lengan Olive untuk menatap kearahnya.
"Lebay kamu nih, orang aku nggak apa-apa juga," Olive tetap berkilah namun senyuman masih bertengger dibibirnya.
"Kamu nggak lagi pacaran kan?" tembak Devi langsung.
"Apa? Enggaklah, siapa juga yang pacaran. Belum kok,..." jawab Olive dan kembali menatap kearah depan, mengalihkan tatapan dari Devi.
"Belum? Berarti hampir? Kamu beneran serius sama si David?" tanya Devi sambil menyipitkan matanya curiga.
"Apaan sih, udah-udah tuh pak gunawan udah masuk kelas tuh, ngegosip aja..." Olive mengedikkan bahunya kearah depan mengisyaratkan kalau sang walikelas sudah tiba didepan kelasnya.
"Kamu masih hutang satu cerita," bisik Devi sambil mendekatkan tubuhnya agar hanya didengar Olive, gadis itu hanya tersenyum menanggapinya kemudian ia mendekatkan wajahnya kearah Devi saat gadis itu sudah kembali duduk dengan tenang.
"Karena hari ini pembagian nilai ujian," bisik Olive yang membuat Devi langsung melirik cepat kearahnya.
"Sejak kapan nilai ujian bisa bikin kamu seneng?" tanya Devi lirih dengan tampang tidak percaya "Emang malam tadi kamu abis jalan kemana? Setan mana yang nempelin? Kesambet ya? Ini hasil ujian loh yang keluar Olive, hasil ujian..." gadis itu masih tidak percaya dengan reaksi Olive yang tampak masih tenang dengan senyumanya, membuat Devi akhirnya menggeleng tidak mengerti saat Olive tetap terdiam.
"Aku cukup percaya diri dengan hasilnya," ucap Olive dalam hati dan hanya tersenyum sambil memperhatikan pak gunawan yang sedang membereskan kertas yang tadi dibawanya, Olive yakin kalau itu adalah hasil dari ujian yang sudah keluar, dan ia benar-benar tidak sabar untuk melihat hasilnya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 24
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Buat yang nunggu cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero langsung aja yuk dilirik dan sempetin buat cek part sebelumnya disini ya. Happy reading...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 23 |
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive menyodorkan air mineral kearah David yang masih terduduk sambil menatapnya, tanpa menunggu lama David langsung menerima dan meneguh isinya, tenggorokannya benar-benar terasa kering, rasa haus itu langsung terpuaskan saat tetes demi tetes membasahi tenggorokannya. Setelah menghabiskan hampir setengah isi dari botol David menatap kearah Olive yang saat ini sedang berjongkok didepannya dengan kapas ditangan.
"Kamu bisa pegangan sama aku kalau terasa perih," ucap Olive sambil menuangkan sedikit betadine kekapas ditangannya.
"Aku baik-baik saja," ucap David dan membuat Olive melirik kearahnya, namun pria itu mengangkat sebelah bahunya tanda menyakinkan Olive dan membuat gadis itu menyerah lalu perlahan menempelkan obat diluka memar lututnya "Aaa,..." jerit David tepat saat cairan obat itu menempel dilukanya, refleks dengan gerakan tangannya yang mencengkram bahu Olive menahan perih.
Olive menarik tangannya sedikit menjauh dari luka dan menatap kearah David yang langsung salah tingkah, perlahan ia melepas tangannya dari bahu Olive dan menatap kearah sembarangan tempat, menghindari tatapan dari gadis itu, dalam hati ia merutuki diri sendiri, bisa-bisanya ia menunjukkan sisi lemahnya lagi diharapan Olive. Rasa malu jelas kali ini sudah tidak tertolong.
"Ehem, aku nggak apa-apa," ucap David masih terlihat salah tingkah. Olive menahan senyumnya, namun tetap tidak mengatakan apa-apa dan kembali mengobati luka David dengan perlahan, gadis itu menyadari saat David mulai menahan ringisannya dan menahan tangannya pada kursi, jelas kalau pria itu menahan rasa perih dilututnya, perlahan Olive meniup luka didepannya agar rasa perih tidak terlalu dirasakan David.
"Tahan sebentar lagi," ucap Olive sambil membuka hansaplast dan dengan hati-hati merekatkan untuk menutupi luka kemudian melepaskan gulungan celana David untuk menutupi kaki pria itu, Olive menegakkan tubuhnya dan tersenyum menatap David "Selesai," lanjutnya.
"Ehem, iya. Terimakasih," jawab David masih menahan malu.
"Ngomong-ngomong Devi kemana?" tanya Olive sambil menatap kesekeliling mencari Devi.
"Kencan," jawab David yang langsung mendapat tatapan penuh tanya dari Olive "Mereka bilang begitu," lanjutnya.
"Oh, tadi Revan kesini?" tanya Olive yang dibalas anggukan oleh David "Yaahh, padahal janjinya mau makan siang bareng, malah kabur..." keluh Olive tampak sedikit kecewa.
"Aku juga belum makan," kata David yang lagi-lagi membuat Olive menatap kearahnya "Kita bisa makan dulu sampai waktu kerjamu nanti," lanjutnya sambil melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Beneran?" tanya Olive kembali tersenyum cerah, David mengiyakan dengan anggukan kepala dan ikut tersenyum melihat tingkah Olive "Kalau gitu. Ayo," ajaknya sambil berdiri.
"Aw," David meringis saat tubuhnya sudah berdiri.
"Kenapa? Masih sakit ya?" tanya Olive sedikit khawatir, David tampak ragu untuk mengatakannya "Ayo aku bantu," lanjutnya dan melingkarkan tangan David kebahunya bahkan sebelum pria itu menjawab, Olive memapah David untuk melangkah bersama, dan dalam diam David mulai tersenyum senang.
Mr Hero vs Mrs Zero
David mengeluh tangannya yang kram karena kelamaan bermain bola dan kakinya yang sedang terluka, membuat keduanya tidak bisa keluar untuk mencari makan, sementara Olive sendiri tidak mau membawa David makan dikantin sekolahnya, menghindari kalau nanti akan bertemu Arial dan mereka berantem lagi. Atau apapun yang sedang mereka perdebatkan, yang jelas Olive tidak ingin keduanya dalam satu ruang yang sama, akhirnya Olive membawa David kealun-alun kota yang memang tidak jauh dari sekolahnya, dengan bantuan go-jek online mereka memesan makanan.
Lalu disinilah mereka berdua, disalah satu kursi dibawah pohon yang menghalangi panas matahari menerpa tubuh dan pandangan dan sekantong makanan yang sudah diterimanya, Olive membuka bungkusan dan mengeluarkan kotak berisi mie goreng dari tempatnya, kemudian ia membuka sumpit dan menyodorkannya pada David yang masih duduk disampingnya.
"Nih makan dulu," ucap Olive sambil tersenyum dan mie goreng kearah David.
"Tanganku masih kram," ucap David dengan wajah memelas. Olive menatap ragu kearahnya kemudian pria itu mengedipkan matanya seolah memberi kode, Olive berdehem dan menarik kembali tangannya kembali.
"Kamu mau aku bantu?" tawar Olive dengan hati-hati dan David dengan cepat langsung mengangguk, sangkin cepatnya sampai Olive sendiri takut kalau kepala pria itu akan lepas dari tempatnya dan menggelinding dijalanan, Olive tersenyum akan bayangannya dan menggeleng pelan mengusir fikiran gila itu dari otaknya. Kemudian ia mulai menyendokkan mie goreng dengan sumpit ditangannya dan menyodorkannya pada David.
"AAa,..." ucap David dengan maja, Olive tersenyum melihat tingkah jahil pria itu, sangat David sekali. Jelas kalau pria itu sangat mudah untuk membuat gadis-gadis merasa salah tingkah didepannya. Namun tetap saja membuat Olive merasa senang, ia menikmati saat-saat kebersamaannya bersama pria itu, rasa nyaman mulai tercipta diantara mereka. Jadi Olive sendiri sudah tidak merasa risih dengan kehadiran David dalam hidupnya.
"Enak?" tanya Olive saat David sudah menyelesaikan kunyahannya.
"Enak, apalagi kalau kamu yang nyuapi," jawab David ngegombal.
"Ellahh basi banget," balas Olive sambil tersenyum malu-malu "Bilang aja kalau kamu memang lagi laper," lanjutnya dan David langsung tertawa menanggapi, tidak membantah namun juga tidak membenarkan. Sementara Olive sendiri juga memang tidak membutuhkan untuk tanggapan dari kalimatnya. Kemudian keduanya menghabiskan makanannya, sementara David masih bermanja-manja dengan tetap meminta Olive untuk menyuapinya, tangannya sudah baik-baik saja, meskipun masih terlihat memerah, namun David benar-benar memanfaatkan keadaan dan memilih untuk lebih mendekatkan dirinya pada gadis itu.
"Ngomong-ngomong gimana sama ujiannya?" tanya David setelah mereka menyelesaikan makan siangnya.
"Baik, sangat baik malah. Aku belum pernah merasa kalau ujian tidak semenakutkan biasanya," jawab Olive kali ini sambil tersenyum senang. Seolah ujian memang tampak tidak membebankannya.
"Jadi kapan hasil ujiannya akan keluar?" tanya David kembali, Olive terdiam sesaat tampak sambil berfikir.
"Emm, Mungkin rabu nanti," jawabnya kemudian, David mengangguk tanda mengerti "Kita bisa saling menunjukkan nilainya nanti," lanjut Olive kemudian, lagi-lagi David membalas dengan anggukan.
"Kamu punya berapa persen keyakinan bakal menang?" tanya David lagi.
"Banyak, aku yakin kok bakal menang. Secara, ini ujianku yang pertama yang bisa aku kerjakan sendiri, jadi aku cukup percaya diri bakal berhasil," jawab Olive dengan wajah bahagianya, David masih menatap kearah gadis itu dan ikut tersenyum senang, entah sejak kapan kalau kebahagiaan gadis itu menjadi hal paling membahagiakan dalam hidupnya. Seolah ia bisa melakukan apa saja untuk terus melihat senyum kehabagian itu.
"Sudah memikirkan apa yang kamu inginkan aku lakukan?" tanya David dan kali ini membuat Olive menoleh kearahnya, senyumnya tampak sedikit terkulum membuat David menebak-nebak apa yang sebenarnya gadis itu inginkan untuknya.
"Rahasia," jawab Olive dan membuat David merasa sedikit kecewa, namun tak urung ia kembali tersenyum.
"Baiklah, aku bakal sabar menunggu kok. Asal kamu nggak minta aku buat pergi dari hidup kamu aja pasti bakal aku lakukan apapun untukmu," ucap David sambil menatap kearah depan dan membiarkan Olive yang menatap kearahnya, David tidak ingin menatap kearah gadis itu saat ia mengatakan hal yang memang dari hatinya, entah kenapa jantungnya mulai tidak bisa diajak kompromi lagi saat sudah menyangkut membahas tentang perasaannya.
"Ehem," Olive berdehem mencairkan suasana yang mulai terasa canggung "Eh sepertinya aku sudah harus masuk kerja sekarang," ucap Olive sambil berdiri.
"Yaudah, Ayo. Aku antar," balas David dan ikut berdiri.
"Eeehhh nggak usah," tolak Olive langsung "Kamu masih sakit kan? Pulang duluan aja nggak papa, istirahat ya," lanjutnya tampak khawatir.
"Aku baik-baik saja," balas David sambil meletakkan tangannya diatas puncak kepala Olive dan tersenyum, membuat wajah Olive tampak memanas membuat senyum David semakin mengembang, senang menyadari ada reaksi dari gadisnya atas perlakukan yang ia lakukan "Ayo," ajaknya kemudian dan melangkah lebih dulu. Akhirnya Olive mengangguk dan ikut melangkah kearah parkir, dimana motor David tadi ditinggalkan.
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive melangkah riang memasuki kelasnya, perasaannya terasa lebih baik hari demi hari. Entah karena ujian baru saja selesai atau memang karena kedekatannya bersama David semakin terasa nyaman, yang jelas rasa bahagia ini tidak bisa ditutupi lagi. Gadis itu duduk dibangkunya dan mengeluarkan buku dari dalam tas sambil bersenandung kecil, Devi yang sudah lebih dulu duduk dikursi tepat disampingnya menatap curiga kearahnya.
"Ada apa nih? Kamu abis menang lotre?" tanya Devi penasaran.
"Enggak kok, emang aku kenapa?" Olive balik bertanya dengan senyum lebarnya.
"Nah nah naahh tuh lihat. Senyum kamu bahkan lebih lebar dari pada senyum ala pepsodent ditelevisi. Ada berita bagus apaan nih?" tanya Devi lagi.
"Berita bagus apa sih Dev, nggak ada kok," kilah Olive dengan senyum malu-malunya.
"Asli, Aku merinding nih..." ucap Devi sambil menunjukkan lengan tangannya kearah Olive "Nggak biasanya kamu senyum-senyum kayak gitu, horor banget Olive..." lanjutnya sambil menarik lengan Olive untuk menatap kearahnya.
"Lebay kamu nih, orang aku nggak apa-apa juga," Olive tetap berkilah namun senyuman masih bertengger dibibirnya.
"Kamu nggak lagi pacaran kan?" tembak Devi langsung.
"Apa? Enggaklah, siapa juga yang pacaran. Belum kok,..." jawab Olive dan kembali menatap kearah depan, mengalihkan tatapan dari Devi.
"Belum? Berarti hampir? Kamu beneran serius sama si David?" tanya Devi sambil menyipitkan matanya curiga.
"Apaan sih, udah-udah tuh pak gunawan udah masuk kelas tuh, ngegosip aja..." Olive mengedikkan bahunya kearah depan mengisyaratkan kalau sang walikelas sudah tiba didepan kelasnya.
"Kamu masih hutang satu cerita," bisik Devi sambil mendekatkan tubuhnya agar hanya didengar Olive, gadis itu hanya tersenyum menanggapinya kemudian ia mendekatkan wajahnya kearah Devi saat gadis itu sudah kembali duduk dengan tenang.
"Karena hari ini pembagian nilai ujian," bisik Olive yang membuat Devi langsung melirik cepat kearahnya.
"Sejak kapan nilai ujian bisa bikin kamu seneng?" tanya Devi lirih dengan tampang tidak percaya "Emang malam tadi kamu abis jalan kemana? Setan mana yang nempelin? Kesambet ya? Ini hasil ujian loh yang keluar Olive, hasil ujian..." gadis itu masih tidak percaya dengan reaksi Olive yang tampak masih tenang dengan senyumanya, membuat Devi akhirnya menggeleng tidak mengerti saat Olive tetap terdiam.
"Aku cukup percaya diri dengan hasilnya," ucap Olive dalam hati dan hanya tersenyum sambil memperhatikan pak gunawan yang sedang membereskan kertas yang tadi dibawanya, Olive yakin kalau itu adalah hasil dari ujian yang sudah keluar, dan ia benar-benar tidak sabar untuk melihat hasilnya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 24
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 23
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.545 Word
- Serial : Part 23
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar