Ada yang sudah nebak siapa yang menang Arial vs David? Dan gimana reaksi Olive? Yuk lirik jawabannya di part Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 22 ini.
Tentunya yang pengen tau ada masalah apa diantara mereka, lirik aja part sebelumnya di Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 21.
David melepaskan dirinya dari cekalan Randi dan Ilham, kemudian kedua pria itu melangkah kebelakang Devo dan Arial yang sudah mangambil posisi didepan David, namun pria itu jelas tidak menunjukkan rasa takutnya sedikit pun, bahkan David dengan santai hanya menatap penuh dengan senyum sinis.
"Loe mau ngeroyok gue?" tanya David dengan nada sinis menatap kearah Arial "Disekolah ini?" tanyanya kemudian sambil melihat kesekeliling, dimana ia telah berada dilapangan basket dibelakang sekolah.
"Gue nggak banci kayak loe yang main keroyokan," balas Arial dengan nada santai yang sama, sepertinya ia sudah bisa menyembunyikan emosinya kali ini. Kemudian ia melirik kearah ketiga temannya.
Seperti mengerti kode dari lirikan Arial, ketiganya melangkah mundur, David masih belum menyadari situasi yang akan ia hadapi, namun ia berani menabak. Pria didepannya pasti juga jago bela diri, dari tubuh yang dimiliki pria itu bukan hal mudah untuk mengalahkannya, namun jelas ia masih cukup percaya diri dengan kemampuannya, setidaknya hasil seri bisa ia dapatkan dari pada kalah. Tapi kemudian saat ia masih sibuk dengan fikirannya, bola basket melayang keudara dan ditangkap Arial dengan sempurna.
"Gue tau loe pemain footsal," ucap Arial sambil men dribbling bola basket ditangannya "Karena loe berbaik hati menyelamatkan camera gue dari air, gue akan memakai setengah kemampuan yang gue punya buat ngelawan loe, Foy your information aja kalau gue anak basket sejak SMP," lanjut Arial dan kali ini melangkah lebih cepat menuju David kemudian melambungkan bolanya keatas, teknik Shooting yang jujur saja membuat David juga sedikit mengangkat alisnya.
David mengarahkan pandangannya yang sedari tadi menatap gerakan Arial kearah bola yang masih melambung tinggi semakin menjauh dari arahnya Dan 'Bruk' Bola sukses masuk kedalam Ring dengan sempurna, bahkan Arial melakukannya dengan tubuh yang masih menatap kearahnya, jelas kalau pria itu sama sekali tidak melihat kearah Ring, kemampuan yang David sendiri yakini tidak akan didapat oleh orang amatiran, meski kepercayaan dirinya sedikit goyah, ia tidak mungkin meninggalkan lapangan saat ini. Harga dirinya tentu lebih besar dari pada itu.
"Sekali aja loe bisa masukin bola ke Ring, gua bakal ngaku kalah," tantang Arial langsung. David tersenyum sinis kemudian melangkah perlahan kearah bola yang sudah berhenti mengantul dilapangan. Ia meraih bola dan mulai mendribble dengan perlahan.
"Sial, gue cuma tau cara dasar bermain Basket,"Keluh David dalam hati, perlahan ia menatap kearah Arial yang melangkah pelan kearahnya. Jelas kalau pria itu sengaja berniat mempermainkannya, David terus mendribble bola kearah ring dan bermaksud untuk melakukan Shooting, dan berhasil bola melayang diudara dimana Ring berada, namun secepat bola itu meluncur secepat itu juga tubuh Arial melayang dan menangkap bola sebelum Bola memasuki Ring, kali ini bola berhasil dihalangi masuk.
Arial tersenyum sinis saat bola kembali ketangannya, dan ia mulai mendribble bola kearah David sengaja membuat pria itu mengejarnya. Melakukan kucing-kucingan untuk menurunkan sedikit emosi yang ia punya, dan nyatanya berhasil. Sangat-sangat berhasil saat dengan mata kepalanya sendiri ia melihat David yang dengan susah payah merebut bola ditangannya kemudian saat hampir berhasil ia Shooting meski dalam jarak jauh, tampa dapat dielak bola kembali mamasuki ring dengan mulus.
Maski berkali-kali Arial mendapatkan point kemenangan, namun David jelas belum menunjukkan kalau ia menyerah, ia bersyukur dengan kemampuan olahraganya selama ini, membuatnya tidak cepat kelelahan ia masih bisa bertahan untuk terus berusaha mendapatkan bola dari tangan Arial. Namun sialnya ia benar-benar tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mencetak point, bahkan meskipun ia sudah jatuh bangun berkali-kali. David yakin lututnya sudah mulai memarah karena berkali-kali terjatuh, Brengsek ia benar-benar kehabisan kesabaran. Namun memukul Arial saat ini tidak akan membuat emosinya terpuaskan yang ada ia malah akan semakin terlihat menyedihkan.
David benar-benar sangat tidak menyukai situasi ini, ia nyaris diperlakukan seperti seekor kucing yang mengejar-ngejar umpannya, sementara jelas ketiga sahabat Arial yang menonton terus memberikan semangat kepada sahabatnya, bahkan ketiga pria itu menertawakan kelemahannya. Dalam hati ia menyesali kenapa ia tidak bisa meminjam sedikit kemampuan basket yang dipunya Hendra, pria itu sangat senang bermain basket. Kenapa ia harus memilih bermain Footsal dan menggemarinya hingga saat ini. Andai saja, David berandai kali ini ia dilahirkan sebagai seseorang yang bisa bermain basket, pasti...
"Cukup," seseorang mengintrupsi pertandingan yang membuat pria dilapangan itu menoleh dan menghentikan pertandingan dadakan mereka "Ini sudah nggak lucu lagi," kata Olive sambil melangkah mendekat, ada kemarahan yang tertahan dalam tatapannya.
"Hei Olive, belum pulang?" tanya Arial sambil memberikan senyum manisnya, David jelas melihat hal itu dan dengan cepat ia memanfaatkan kelengahan Arial untuk merebut bola ditangannya, sebelum ada yang menyadari ulahnya David mendribble bola dengan cepat kearah ring dan menembaknya dengan jarak dekat, sedekat rasa percaya dirinya untuk memasukkan bola kedalam Ring dan 'Bruk' berhasil. Bola berhasil masuk tanpa sempat ditahan Arial, ketiga pria yang tadi masih berada dilapangan menatap tidak percaya kearahnya David tersenyum sinis dan dengan tertatih berjalan menghampiri Arial yang masih terdiam berdiri ditengah lapangan.
"Gue menang," ucap David dengan nafas tersenggal, ketiga sahabat Arial melangkah ikut nimbrung kekerumunan dimana ada Arial, David, Olive dan Devi disana.
"Itu curang, loe nggak bakal bisa menang kalau Arial sedang dalam keadaan fokus," ucap Randi tidak terima, David masih mengatur nafasnya yang masih tersenggal karena kelelahan.
"Tanyakan saja sama sahabat loe sendiri," ucap David sambil melirik tajam kearah Randi, kemudian dengan kasar ia menyerahkan bola basket kearah Arial yang mau tidak mau diterimanya saat David dengan sangat sengaja menyerahkan dengan menghantam perut pria itu sedikit lebih keras dengan bola ditangannya.
"David, kamu nggak apa-apa?" tanya Olive terlihat khawatir.
"Gue masih bernafas," jawab David asal dan memberikan senyum kearah Olive meski masih terlihat kelelahan "Ayo pergi," ajaknya dan dengan cepat Olive membantu David meninggalkan lapangan basket, Devi yang dari tadi terdiam hanya mengekor dibelakang.
"Oke. Gue ngaku kalah," teriak Arial dari lapangan saat David sudah mulai menjauh, namun ia tau kalau pria itu pasti mendengar teriakannya.
"Kok loe akuin itu sih," Ilham merasa tidak terima sambil membenarkan kacamatanya dan menatap kearah Arial minta penjelasan.
"Memangnya apa lagi? Dia bisa mencetak point dan gue lengah untuk menahannya, sesuai peraturan gue kalah," ucap Arial sambil mendribble bola yang masih ditangannya kearah Ring dan kembali menshooting kearah Ring, lagi-lagi bola mamasuki Ring dengan sempurna. Randi dan Ilham masih ingin protes dan melangkah menghampiri Arial.
"Dia punya bakat," ucapan Devo menghentikan Randi dan Ilham yang langsung menoleh kearahnya "Dari awal dia cuma tau teknik dasar bermain bola, tapi 5 menit setelah pertandingan dia bisa dengan cepat belajar cara bermain Arial, gue yakin cecunguk itu bermain serius dilapangan tadi dan sempat kewalahan untuk menahan setiap Shooting yang dia lakukan," lanjutnya sambil menatap kearah Arial, menandakan kalau ia memanggil Arial dengan sebutan cecunguk.
"Ha, masa?" Randi dan Ilham berucap bersamaan dan menatap kearah Arial, namun pria itu hanya terdiam sambil memutar bola basket diatas jari telunjuknya sama sekali tidak memberikan penjelasan dan secara tidak langsung membenarkan ucapan Devo untuknya.
"Ah tapi gue masih ngerasa tuh anak curang, kalau saja tadi si Olive nggak dateng," kesal Randi sambil memasang wajah cemberutnya.
"Yang curang itu dia," Devo kembali bersuara dan mendapatkan tatapan tidak percaya dari Randi dan Ilham lagi, namun Arial sendiri masih sibuk dengan bola yang berputar diatas jari telunjuknya, Devo melangkah kearah Arial dan merebut bola ditangannya yang masih berputar "Loe bilang mau ngegunain setengah kemampuan, nyatanya loe beneran berjuang mati-matian," lanjutnya sambil tersenyum sinis.
"Mungkin gue terlalu gengsi untuk mengakui kekalahan dimenit pertama," ucap Arial sambil merangkul Devo dengan sebelah tangannya dan nyengir tanpa rasa bersalah "Setidaknya gue puas ngeliat dia kucing-kucingan kayak tadi," lanjutnya.
"Bangke banget dah, badan loe berkeringat," keluh Devo berusaha utnuk menghindar, namun Arial tidak melepaskan rangkualannya.
"Hukuman karena loe bongkar rahasia gue," ucap Arial tanpa rasa bersalah dan tertawa senang "Ayo, gue traktir makan," lanjutnya dan melangkah meninggakan lapangan masih dengan rangkulan dibahu Devo yang ingin menghindar namun terus ditahannya, Randi dan Ilham bersorak senang dan ngekor dibelakang, memperhatikan keakraban kedua sahabatnya yang membuatnya geleng-geleng kepala.
"Sini duduk dulu," Olive mendudukan David disalah satu meja kantin, "lihat kaki kamu," ucap Olive sambil jongkok didepan David dan menggulung celana panjang yang dikenakan pria itu.
"Aku baik-baik aja," ucap David berusaha untuk melarang Olive melihat lututnya, ia pasti akan malu kalau sampai Olive melihat kakinya yang terluka, meski tidak terlihat namun ia bisa merasakan panas dikedua lututnya.
"Berisik," ucap Olive sambil mengibaskan tangan David yang ingin menahannya dan kembali menggulung celana David sampai keatas lutut, tampak lutut pria itu sedikit memar dan memerah disekelilingnya "Tuh, luka begini masih juga bilang nggak apa-apa. Tunggu disini, aku cari obat bentar," ucap Olive sambil berdiri dan meninggalkan David bersama Devi yang masih duduk dikursi kantin.
"Ehem," David berdehem untuk mencairkan suasana dan sedikit menggeser tubuhnya, Devi tau akan kode itu dan duduk disamping David.
"Aku baru tau kalau kamu nggak bisa main bola basket," ucap Devi sambil tersenyum.
"Nggak usah diledekin, keahlianku dibidang Footsal," David berusaha untuk membela diri.
"Yahh, mungkin tidak semua orang terlahir sempurna kan?" balas Devi masih berusaha untuk ngegoda.
"Aku yakin pacar kamu juga nggak ahli main basket," tembak David langsung.
"Siapa bilang?" pertanyaan seseorang dari belakang membuat keduanya menoleh, Devi langsung berdiri dari duduknya dan mendekat kearah Revan yang menatap kearah David.
"Loe kan anak Footsal juga," balas David seolah itu jawaban dari kalimatnya.
"Memang, tapi gue juga nggak bakal kalah kalau adu main basket sama loe," ucapnya santai yang membuat David makin emosi, berhadapan dengan Revan sama sekali tidak ada niat dalam hatinya untuk saat ini, tenaganya sudah terkuras saat bermain basket tadi dan jelas sisanya untuk menahan malu karena tampak menyedihkan didepan Olive, ia belum punya cadangan untuk melawan Revan dengan segala kesombongannya.
"Aaaa udah-udah-udahhh..." Devi melerai dengan cepat sebelum perang terjadi lagi, ia berdiri ditengah-tengah antara David dan Revan sambil mengangkat tangannya berusaha untuk menengahi "Karena David sudah akan diurus Olive, jadi aku pamit pulang dulu aja. Ayo Rev kita makan siang diluar dulu," ajak Devi kemudian sambil tersenyum.
"Kamu ngajakin aku kencan?" tanya Revan dengan tatapan menggoda, membuat Devi yang sebelumnya berniat untuk melerai pertengkaran menjadi menyesali keputsannya, gadis itu terdiam malu-malu.
"Atau kita pulang aja,?" tanya Devi kemudian.
"Tidak," jawab Revan cepat "Gitu aja ngambek, ayo kita makan dulu," lanjutnya dan menarik tangan Devi untuk diajaknya keluar bersama. Bahkan Revan tidak perlu repot-repot untuk pamit ke David, pria itu mencibir melihat kelakukan dua sejoli yang membuatnya iri, namun tak urung ia kembali tersenyum saat melihat Olive yang mulai melangkah kearahnya.
"Gunakan kesempatan bagus ini David," bisik hatinya sambil tersenyum.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 23
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Tentunya yang pengen tau ada masalah apa diantara mereka, lirik aja part sebelumnya di Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 21.
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 22 |
Mr Hero vs Mrs Zero
David melepaskan dirinya dari cekalan Randi dan Ilham, kemudian kedua pria itu melangkah kebelakang Devo dan Arial yang sudah mangambil posisi didepan David, namun pria itu jelas tidak menunjukkan rasa takutnya sedikit pun, bahkan David dengan santai hanya menatap penuh dengan senyum sinis.
"Loe mau ngeroyok gue?" tanya David dengan nada sinis menatap kearah Arial "Disekolah ini?" tanyanya kemudian sambil melihat kesekeliling, dimana ia telah berada dilapangan basket dibelakang sekolah.
"Gue nggak banci kayak loe yang main keroyokan," balas Arial dengan nada santai yang sama, sepertinya ia sudah bisa menyembunyikan emosinya kali ini. Kemudian ia melirik kearah ketiga temannya.
Seperti mengerti kode dari lirikan Arial, ketiganya melangkah mundur, David masih belum menyadari situasi yang akan ia hadapi, namun ia berani menabak. Pria didepannya pasti juga jago bela diri, dari tubuh yang dimiliki pria itu bukan hal mudah untuk mengalahkannya, namun jelas ia masih cukup percaya diri dengan kemampuannya, setidaknya hasil seri bisa ia dapatkan dari pada kalah. Tapi kemudian saat ia masih sibuk dengan fikirannya, bola basket melayang keudara dan ditangkap Arial dengan sempurna.
"Gue tau loe pemain footsal," ucap Arial sambil men dribbling bola basket ditangannya "Karena loe berbaik hati menyelamatkan camera gue dari air, gue akan memakai setengah kemampuan yang gue punya buat ngelawan loe, Foy your information aja kalau gue anak basket sejak SMP," lanjut Arial dan kali ini melangkah lebih cepat menuju David kemudian melambungkan bolanya keatas, teknik Shooting yang jujur saja membuat David juga sedikit mengangkat alisnya.
David mengarahkan pandangannya yang sedari tadi menatap gerakan Arial kearah bola yang masih melambung tinggi semakin menjauh dari arahnya Dan 'Bruk' Bola sukses masuk kedalam Ring dengan sempurna, bahkan Arial melakukannya dengan tubuh yang masih menatap kearahnya, jelas kalau pria itu sama sekali tidak melihat kearah Ring, kemampuan yang David sendiri yakini tidak akan didapat oleh orang amatiran, meski kepercayaan dirinya sedikit goyah, ia tidak mungkin meninggalkan lapangan saat ini. Harga dirinya tentu lebih besar dari pada itu.
"Sekali aja loe bisa masukin bola ke Ring, gua bakal ngaku kalah," tantang Arial langsung. David tersenyum sinis kemudian melangkah perlahan kearah bola yang sudah berhenti mengantul dilapangan. Ia meraih bola dan mulai mendribble dengan perlahan.
"Sial, gue cuma tau cara dasar bermain Basket,"Keluh David dalam hati, perlahan ia menatap kearah Arial yang melangkah pelan kearahnya. Jelas kalau pria itu sengaja berniat mempermainkannya, David terus mendribble bola kearah ring dan bermaksud untuk melakukan Shooting, dan berhasil bola melayang diudara dimana Ring berada, namun secepat bola itu meluncur secepat itu juga tubuh Arial melayang dan menangkap bola sebelum Bola memasuki Ring, kali ini bola berhasil dihalangi masuk.
Arial tersenyum sinis saat bola kembali ketangannya, dan ia mulai mendribble bola kearah David sengaja membuat pria itu mengejarnya. Melakukan kucing-kucingan untuk menurunkan sedikit emosi yang ia punya, dan nyatanya berhasil. Sangat-sangat berhasil saat dengan mata kepalanya sendiri ia melihat David yang dengan susah payah merebut bola ditangannya kemudian saat hampir berhasil ia Shooting meski dalam jarak jauh, tampa dapat dielak bola kembali mamasuki ring dengan mulus.
Maski berkali-kali Arial mendapatkan point kemenangan, namun David jelas belum menunjukkan kalau ia menyerah, ia bersyukur dengan kemampuan olahraganya selama ini, membuatnya tidak cepat kelelahan ia masih bisa bertahan untuk terus berusaha mendapatkan bola dari tangan Arial. Namun sialnya ia benar-benar tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mencetak point, bahkan meskipun ia sudah jatuh bangun berkali-kali. David yakin lututnya sudah mulai memarah karena berkali-kali terjatuh, Brengsek ia benar-benar kehabisan kesabaran. Namun memukul Arial saat ini tidak akan membuat emosinya terpuaskan yang ada ia malah akan semakin terlihat menyedihkan.
David benar-benar sangat tidak menyukai situasi ini, ia nyaris diperlakukan seperti seekor kucing yang mengejar-ngejar umpannya, sementara jelas ketiga sahabat Arial yang menonton terus memberikan semangat kepada sahabatnya, bahkan ketiga pria itu menertawakan kelemahannya. Dalam hati ia menyesali kenapa ia tidak bisa meminjam sedikit kemampuan basket yang dipunya Hendra, pria itu sangat senang bermain basket. Kenapa ia harus memilih bermain Footsal dan menggemarinya hingga saat ini. Andai saja, David berandai kali ini ia dilahirkan sebagai seseorang yang bisa bermain basket, pasti...
"Cukup," seseorang mengintrupsi pertandingan yang membuat pria dilapangan itu menoleh dan menghentikan pertandingan dadakan mereka "Ini sudah nggak lucu lagi," kata Olive sambil melangkah mendekat, ada kemarahan yang tertahan dalam tatapannya.
"Hei Olive, belum pulang?" tanya Arial sambil memberikan senyum manisnya, David jelas melihat hal itu dan dengan cepat ia memanfaatkan kelengahan Arial untuk merebut bola ditangannya, sebelum ada yang menyadari ulahnya David mendribble bola dengan cepat kearah ring dan menembaknya dengan jarak dekat, sedekat rasa percaya dirinya untuk memasukkan bola kedalam Ring dan 'Bruk' berhasil. Bola berhasil masuk tanpa sempat ditahan Arial, ketiga pria yang tadi masih berada dilapangan menatap tidak percaya kearahnya David tersenyum sinis dan dengan tertatih berjalan menghampiri Arial yang masih terdiam berdiri ditengah lapangan.
"Gue menang," ucap David dengan nafas tersenggal, ketiga sahabat Arial melangkah ikut nimbrung kekerumunan dimana ada Arial, David, Olive dan Devi disana.
"Itu curang, loe nggak bakal bisa menang kalau Arial sedang dalam keadaan fokus," ucap Randi tidak terima, David masih mengatur nafasnya yang masih tersenggal karena kelelahan.
"Tanyakan saja sama sahabat loe sendiri," ucap David sambil melirik tajam kearah Randi, kemudian dengan kasar ia menyerahkan bola basket kearah Arial yang mau tidak mau diterimanya saat David dengan sangat sengaja menyerahkan dengan menghantam perut pria itu sedikit lebih keras dengan bola ditangannya.
"David, kamu nggak apa-apa?" tanya Olive terlihat khawatir.
"Gue masih bernafas," jawab David asal dan memberikan senyum kearah Olive meski masih terlihat kelelahan "Ayo pergi," ajaknya dan dengan cepat Olive membantu David meninggalkan lapangan basket, Devi yang dari tadi terdiam hanya mengekor dibelakang.
"Oke. Gue ngaku kalah," teriak Arial dari lapangan saat David sudah mulai menjauh, namun ia tau kalau pria itu pasti mendengar teriakannya.
"Kok loe akuin itu sih," Ilham merasa tidak terima sambil membenarkan kacamatanya dan menatap kearah Arial minta penjelasan.
"Memangnya apa lagi? Dia bisa mencetak point dan gue lengah untuk menahannya, sesuai peraturan gue kalah," ucap Arial sambil mendribble bola yang masih ditangannya kearah Ring dan kembali menshooting kearah Ring, lagi-lagi bola mamasuki Ring dengan sempurna. Randi dan Ilham masih ingin protes dan melangkah menghampiri Arial.
"Dia punya bakat," ucapan Devo menghentikan Randi dan Ilham yang langsung menoleh kearahnya "Dari awal dia cuma tau teknik dasar bermain bola, tapi 5 menit setelah pertandingan dia bisa dengan cepat belajar cara bermain Arial, gue yakin cecunguk itu bermain serius dilapangan tadi dan sempat kewalahan untuk menahan setiap Shooting yang dia lakukan," lanjutnya sambil menatap kearah Arial, menandakan kalau ia memanggil Arial dengan sebutan cecunguk.
"Ha, masa?" Randi dan Ilham berucap bersamaan dan menatap kearah Arial, namun pria itu hanya terdiam sambil memutar bola basket diatas jari telunjuknya sama sekali tidak memberikan penjelasan dan secara tidak langsung membenarkan ucapan Devo untuknya.
"Ah tapi gue masih ngerasa tuh anak curang, kalau saja tadi si Olive nggak dateng," kesal Randi sambil memasang wajah cemberutnya.
"Yang curang itu dia," Devo kembali bersuara dan mendapatkan tatapan tidak percaya dari Randi dan Ilham lagi, namun Arial sendiri masih sibuk dengan bola yang berputar diatas jari telunjuknya, Devo melangkah kearah Arial dan merebut bola ditangannya yang masih berputar "Loe bilang mau ngegunain setengah kemampuan, nyatanya loe beneran berjuang mati-matian," lanjutnya sambil tersenyum sinis.
"Mungkin gue terlalu gengsi untuk mengakui kekalahan dimenit pertama," ucap Arial sambil merangkul Devo dengan sebelah tangannya dan nyengir tanpa rasa bersalah "Setidaknya gue puas ngeliat dia kucing-kucingan kayak tadi," lanjutnya.
"Bangke banget dah, badan loe berkeringat," keluh Devo berusaha utnuk menghindar, namun Arial tidak melepaskan rangkualannya.
"Hukuman karena loe bongkar rahasia gue," ucap Arial tanpa rasa bersalah dan tertawa senang "Ayo, gue traktir makan," lanjutnya dan melangkah meninggakan lapangan masih dengan rangkulan dibahu Devo yang ingin menghindar namun terus ditahannya, Randi dan Ilham bersorak senang dan ngekor dibelakang, memperhatikan keakraban kedua sahabatnya yang membuatnya geleng-geleng kepala.
Mr Hero vs Mrs Zero
"Sini duduk dulu," Olive mendudukan David disalah satu meja kantin, "lihat kaki kamu," ucap Olive sambil jongkok didepan David dan menggulung celana panjang yang dikenakan pria itu.
"Aku baik-baik aja," ucap David berusaha untuk melarang Olive melihat lututnya, ia pasti akan malu kalau sampai Olive melihat kakinya yang terluka, meski tidak terlihat namun ia bisa merasakan panas dikedua lututnya.
"Berisik," ucap Olive sambil mengibaskan tangan David yang ingin menahannya dan kembali menggulung celana David sampai keatas lutut, tampak lutut pria itu sedikit memar dan memerah disekelilingnya "Tuh, luka begini masih juga bilang nggak apa-apa. Tunggu disini, aku cari obat bentar," ucap Olive sambil berdiri dan meninggalkan David bersama Devi yang masih duduk dikursi kantin.
"Ehem," David berdehem untuk mencairkan suasana dan sedikit menggeser tubuhnya, Devi tau akan kode itu dan duduk disamping David.
"Aku baru tau kalau kamu nggak bisa main bola basket," ucap Devi sambil tersenyum.
"Nggak usah diledekin, keahlianku dibidang Footsal," David berusaha untuk membela diri.
"Yahh, mungkin tidak semua orang terlahir sempurna kan?" balas Devi masih berusaha untuk ngegoda.
"Aku yakin pacar kamu juga nggak ahli main basket," tembak David langsung.
"Siapa bilang?" pertanyaan seseorang dari belakang membuat keduanya menoleh, Devi langsung berdiri dari duduknya dan mendekat kearah Revan yang menatap kearah David.
"Loe kan anak Footsal juga," balas David seolah itu jawaban dari kalimatnya.
"Memang, tapi gue juga nggak bakal kalah kalau adu main basket sama loe," ucapnya santai yang membuat David makin emosi, berhadapan dengan Revan sama sekali tidak ada niat dalam hatinya untuk saat ini, tenaganya sudah terkuras saat bermain basket tadi dan jelas sisanya untuk menahan malu karena tampak menyedihkan didepan Olive, ia belum punya cadangan untuk melawan Revan dengan segala kesombongannya.
"Aaaa udah-udah-udahhh..." Devi melerai dengan cepat sebelum perang terjadi lagi, ia berdiri ditengah-tengah antara David dan Revan sambil mengangkat tangannya berusaha untuk menengahi "Karena David sudah akan diurus Olive, jadi aku pamit pulang dulu aja. Ayo Rev kita makan siang diluar dulu," ajak Devi kemudian sambil tersenyum.
"Kamu ngajakin aku kencan?" tanya Revan dengan tatapan menggoda, membuat Devi yang sebelumnya berniat untuk melerai pertengkaran menjadi menyesali keputsannya, gadis itu terdiam malu-malu.
"Atau kita pulang aja,?" tanya Devi kemudian.
"Tidak," jawab Revan cepat "Gitu aja ngambek, ayo kita makan dulu," lanjutnya dan menarik tangan Devi untuk diajaknya keluar bersama. Bahkan Revan tidak perlu repot-repot untuk pamit ke David, pria itu mencibir melihat kelakukan dua sejoli yang membuatnya iri, namun tak urung ia kembali tersenyum saat melihat Olive yang mulai melangkah kearahnya.
"Gunakan kesempatan bagus ini David," bisik hatinya sambil tersenyum.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 23
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 22
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.697 Word
- Serial : Part 22
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar