Mumpung masih ada waktu luang, admin posting dulu deh ini lanjutan Mr Hero vs Mrs Zero nya ya. Buat yang sudah penasaran bagaimana kelanjutannya, langsung go aja.
Pastikan sudah baca part sebelumnya di Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 19 ya.
Olive melangkahkan kaki menuju sebuah ruang yang sudah ia hafal menjadi kamar milik Devi, sahabatnya. Setelah tadi dipersilahkan masuk oleh mamanya Devi yang tampak sedang mengobrol bersama sang ayah diruang tamu. Tanpa mengetuk terlebih dahulu Olive memasuki kamar dan membuat sang empunya meliriknya, Devi sedang duduk dimeja belajarnya dan kepalanya ikut memutar saat menyadari Olive yang masuk kekamarnya tampa permisi, bahkan gadis itu dengan tanpa kata sambutan sama sekali merebahkan tubuhnya dikasur miliknya setelah sebelumnya melempar tas yang dibawanya kesembarangan tempat. Sangat ciri khas Olive sekali, namun karena keduanya sudah biasa jelas saja itu bukanlah masalah yang serius.
"Aku ngungsi tidur disini ya," ucap Olive tanpa menatap kearah Devi sama sekali.
"Kenapa lagi dirumah?" tanya Devi yang tau sekali gelagat gadis didepannya yang masih menerawang langit-langit kamarnya.
"Nggak ada, aku mau belajar bareng nih. Bentar lagi kan ujian," jawab Olive dan kali ini ia mendudukkan tubuhnya.
"Belajar?" ulang Devi seolah tidak percaya, kemudian ia melangkah mendekat kearah Olive yang sedang mengeluarkan buku dari dalam tas yang tadi dibawanya. Kemudian gadis itu menyentuhkan tangannya kearah kening Olive dengan menempelkan tangan lainnya kekeningnya "Nggak panas," komentarnya.
"Apaan sih," keluh Olive sambil menjauhkan tubuhnya. Menatap penuh tanya untuk apa yang Devi lakukan.
"Tumben mau dengan sukarela belajar kesini," komentar Devi lagi dan ikut duduk disamping Olive. Membiarkan sahabatnya mengeluarkan semua peralatan yang ia butuhkan.
"Kan sudah ku bilang, bentar lagi mau ujian. Nggak lucu kalau aku sampai kesulitan bahkan dimasa akhir sekolahku kan? Makanya aku minta izin ortu buat nginep disini, paling juga 1 mingguan ini lah menjelang ujian senin depan. Ide bagus kan?" kali ini Olive menjawab setelah memeriksa sekali lagi isi tasnya, mengeluarkan semua keperluan yang ia butuhkan diatas kasur.
"Sejak kapan kamu perduli sama hasil ujian?" Devi masih terlihat tidak percaya.
"Sejak sekarang, kamu kan tau sendiri kalau aku kerja part time, jadi nggak punya waktu luang lainnya. Apalagi kalau malam harus belajar sendiri, yang ada malah ku tinggal tidur. Makanya aku ngungsi disini," jelas Olive sambil pasang wajah manisnya.
"Aku masih nggak percaya kamu bisa memutuskan untuk belajar sampai segitunya,"
"Ah nih anak minta digorok pake sendok nasi ya. Buru mau ngajarin nggak sih," Olive memasang wajah kesalnya, sebenarnya ia hanya ingin menghindari pertanyaan Devi yang beruntun nantinya kalau sampai ia mengatakan apa motif dibalik niat belajarnya kali ini. Ia benar-benar bertekat untuk mengalahkan David pada ujian akan datang.
"Iya iya. Aku ajarin, gitu aja ngambek. Jadi mau mulai dari mana nih?" tanya Devi ngalah, Olive langsung memberikan senyum manisnya kembali kemudian meraih buku kimia yang tak jauh darinya.
"Kimia," jawabnya dan mengangkat buku yang ditangannya kearah Devi. Gadis itu membalas dengan anggukan kemudian keduanya mulai mengerjakan soal demi soal yang berada dibukunya.
Meski Olive tampak terus - terusan mengeluh akan soal - soal yang jelas saja terlalu banyak menguras otak itu namun Devi jelas bukan orang yang gampang marah atau emosian, dengan telaten gadis itu kembali mengajarkan soal yang sama untuk diselesaikan Olive. Dalam hati Olive berfikir sesaat ini anaknya Devi kelak pasti bakal jadi orang pinter kalau mamanya bisa ngajarin bagus seperti ini. Kemudian ia menggeleng untuk kembali fokus pada buku ditangannya.
Tanpa terasa, 1 minggu pun berlalu dengan tanpa disisakan sedikit pun (Ya iyalah, sejak kapan hari bersisa #Abaikan). Olive benar-benar menghabiskan waktunya untuk belajar. Mulai dari disekolah termasuk waktu istirahat tentunya memaksa Devi untuk menjadi gurunya, kemudian saat ditoko bukunya juga ia sisihkan untuk membaca buku pelajaran, kemudian saat ia pulang kerumah Devi gadis itu juga akan kembali mengulang pelajaran yang nanti akan diujiankan.
Meskipun Devi jelas merasa ada yang berbeda dari sikap Olive yang jadi antusias untuk belajar, namun ia justru juga merasa senang akan perubahan yang Olive lakukan. Ia tidak ingin mengintrogasi gadis itu dulu dan membiarkan Olive menikmati waktu belajarnya, walau begitu ia juga menyakinkan dirinya akan mananyakan nanti saat ujian telah selesai. Apa motif dibalik perubahan yang dilakukan Olive.
Tepat hari minggu sebelum ujian berlangsung pada senin hari nanti, Olive sudah kembali kerumahnya. Ia merebahkan tubuhnya dikasur kamar dengan buku yang masih ditangannya, mulai kembali mengingat apa yang tertulis disana. Ia lebih merasa percaya diri untuk menghadapi ujian akan datang, ia yakin ia bisa mengalahkan David nantinya. Perih terus menatap kearah buku ditangannya, Olive mengedarkan pandangan sambil berkedip, namun kemudian perhatiannya teralihkan pada balon-balon yang terbang dari balik jendela kamarnya. Olive berfikir sesaat, siapa yang iseng menerbangkan balon dari luar kamarnya. Namun fikirannya tidak sampai untuk berfikir lebih jauh, karena rasa penasaran lebih mendomisi saat ini akhirnya Olive beranjak kearah jendela dan mencari tersangka untuk objek yang dilihatnya.
Olive melirik keatas, dimana balon-balon yang sudah terbang lumayan banyak memenuhi angkasa, kemudian ia mengalihkan pandangan kearah bawah, mengingat kamarnya ditingkat atas membuatnya harus menyipitkan sebelah matanya untuk mencari apapun yang ada disana, terik matahari dan matanya yang terus digunakan untuk membaca membuatnya tidak bisa langsung mengenali sosok dibawah yang tampak sedang melambaikan tangan kearahnya, Olive mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mengetahui siapa makhluk yang sedang melambai kearahnya.
"David? Ngapain tuh anak disini," komentar Olive sendiri, kemudian gadis itu memilih untuk turun menemui tamunya yang masih berdiri dibawah. Tak lupa juga Olive memastikan dirinya sendiri dicermin, setelah yakin tampilannya tampak baik-baik saja, gadis itupun turun.
"Hei, ngapain disini?" tanya Olive setelah tiba dihadapan David, pria itu tampak tersenyum dengan beberapa balon yang masih berada ditangannya.
"Aku kangen," jawabnya sambil menarik sebelah alisnya dan tersenyum menggoda.
"Basi banget," komentar Olive, walau tak urung ia juga tersenyum. Kemudian ia melangkah kearah gazebo dihalaman rumahnya. David ngekor dibelakang, kemudian keduanya duduk berdampingan.
"Serius tau, 1 mingguan ini susah banget ditemuin. Ditoko buku juga fokusnya kebuku pelajaran mulu, aku kan nggak tega mau ganggu," protes David.
"Demi apa kamu 1 mingguan ini ke toko?" tanya Olive sedikit tidak percaya, ia benar-benar tidak menyadari kehadiran David sebelumnya.
"Beneran, aku juga mau kali dapat fokus yang sama," balas David ngegombal sambil menaik turunkan alisnya, Olive tertawa menanggapinya.
"Sorry, aku nggak sadar. Maklum, aku ingin mengalahkan seseorang," kata Olive kemudian.
"Wahhh, aku jadi nggak tega kalau kamu sesemangat itu menanggapinya," kali ini David mulai tampak sedikit serius.
"Hallah, Gayanya... Tapi ngomong-ngomong kamu nggak belajar?" tanya Olive mengalihkan pembicaraan.
"Sudah," jawab David singkat.
"Kapan? Katanya kamu juga berkunjung ke Toko," tanya Olive.
"Setiap hari dong," David menjawab penuh percaya diri, Olive menatapnya seolah tidak percaya "Disekolah, hahaha," tawanya kemudian dan dibalas lengosan dari Olive, dari tampangnya jelas David termasuk pria bebas, mana mungkin pria ini rajin belajar. Sama sekali tidak ada tampang kutu bukunya.
"Iya kan beda, bentar lagi ujian loh. Sekolah kalian besok juga kan ujiannya?" tanya Olive kemudian, David menganggukkan kepalanya.
"Emm, mungkin aku termasuk seseorang yang belajar jauh hari sebelum ujian dan menenangkan diri pada hari sebelum ujian. Bisa ajakan?" tanyanya dengan nada bercanda. Olive sendiri tidak bisa menebak arah jalan fikiran David kali ini, entah memang pria itu mengatakan apa yang ia lakukan atau hanya jawaban iseng untuk membalas kalimatnya.
"Yaudah sih, tapi masih inget kan perjanjiannya? Satu permintaan," Olive mengingatkan dan kali ini membuat David tertawa.
"Segitu pentingnya ya dikabulin permintaannya sama aku?" tanya David sambil disela tawanya kemudian ia mengusap kepala Olive gemes. Membuat gadis itu langsung terdiam, lengkap dengan detak jantungnya, namun kemudian Olive sendiri yakin kalau detak jantungnya berontak ingin keluar dari rongganya. Untung David tidak membiarkan tangannya berlama-lama diatas kepala Olive, namun belum sempat kelegaan itu ia rasakan David mendekat kan wajahnya kearah Olive yang semakin membeku ditempatnya.
"Bernafas Olive..." ucap David pelan sambil tersenyum. Gadis itu tampak terkejut kemudian menjauhkan tubuhnya kebelakang, lalu menghembuskan nafasnya. Benar saja, kalau ia dari tadi sedang menahan nafas. Astaga, memalukan. Olive yakin wajanya kini sudah memerah menahan malu, berbeda dengannya David malah tertawa setelah ikut menjauhkan wajahnya kembali. Puas dengan reaksi yang ditunjukkan Olive untuknya.
Sedikit lagi. David yakin sedikit lagi ia pasti bisa mendapatkan gadisnya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 21
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Pastikan sudah baca part sebelumnya di Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 19 ya.
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 20 |
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive melangkahkan kaki menuju sebuah ruang yang sudah ia hafal menjadi kamar milik Devi, sahabatnya. Setelah tadi dipersilahkan masuk oleh mamanya Devi yang tampak sedang mengobrol bersama sang ayah diruang tamu. Tanpa mengetuk terlebih dahulu Olive memasuki kamar dan membuat sang empunya meliriknya, Devi sedang duduk dimeja belajarnya dan kepalanya ikut memutar saat menyadari Olive yang masuk kekamarnya tampa permisi, bahkan gadis itu dengan tanpa kata sambutan sama sekali merebahkan tubuhnya dikasur miliknya setelah sebelumnya melempar tas yang dibawanya kesembarangan tempat. Sangat ciri khas Olive sekali, namun karena keduanya sudah biasa jelas saja itu bukanlah masalah yang serius.
"Aku ngungsi tidur disini ya," ucap Olive tanpa menatap kearah Devi sama sekali.
"Kenapa lagi dirumah?" tanya Devi yang tau sekali gelagat gadis didepannya yang masih menerawang langit-langit kamarnya.
"Nggak ada, aku mau belajar bareng nih. Bentar lagi kan ujian," jawab Olive dan kali ini ia mendudukkan tubuhnya.
"Belajar?" ulang Devi seolah tidak percaya, kemudian ia melangkah mendekat kearah Olive yang sedang mengeluarkan buku dari dalam tas yang tadi dibawanya. Kemudian gadis itu menyentuhkan tangannya kearah kening Olive dengan menempelkan tangan lainnya kekeningnya "Nggak panas," komentarnya.
"Apaan sih," keluh Olive sambil menjauhkan tubuhnya. Menatap penuh tanya untuk apa yang Devi lakukan.
"Tumben mau dengan sukarela belajar kesini," komentar Devi lagi dan ikut duduk disamping Olive. Membiarkan sahabatnya mengeluarkan semua peralatan yang ia butuhkan.
"Kan sudah ku bilang, bentar lagi mau ujian. Nggak lucu kalau aku sampai kesulitan bahkan dimasa akhir sekolahku kan? Makanya aku minta izin ortu buat nginep disini, paling juga 1 mingguan ini lah menjelang ujian senin depan. Ide bagus kan?" kali ini Olive menjawab setelah memeriksa sekali lagi isi tasnya, mengeluarkan semua keperluan yang ia butuhkan diatas kasur.
"Sejak kapan kamu perduli sama hasil ujian?" Devi masih terlihat tidak percaya.
"Sejak sekarang, kamu kan tau sendiri kalau aku kerja part time, jadi nggak punya waktu luang lainnya. Apalagi kalau malam harus belajar sendiri, yang ada malah ku tinggal tidur. Makanya aku ngungsi disini," jelas Olive sambil pasang wajah manisnya.
"Aku masih nggak percaya kamu bisa memutuskan untuk belajar sampai segitunya,"
"Ah nih anak minta digorok pake sendok nasi ya. Buru mau ngajarin nggak sih," Olive memasang wajah kesalnya, sebenarnya ia hanya ingin menghindari pertanyaan Devi yang beruntun nantinya kalau sampai ia mengatakan apa motif dibalik niat belajarnya kali ini. Ia benar-benar bertekat untuk mengalahkan David pada ujian akan datang.
"Iya iya. Aku ajarin, gitu aja ngambek. Jadi mau mulai dari mana nih?" tanya Devi ngalah, Olive langsung memberikan senyum manisnya kembali kemudian meraih buku kimia yang tak jauh darinya.
"Kimia," jawabnya dan mengangkat buku yang ditangannya kearah Devi. Gadis itu membalas dengan anggukan kemudian keduanya mulai mengerjakan soal demi soal yang berada dibukunya.
Meski Olive tampak terus - terusan mengeluh akan soal - soal yang jelas saja terlalu banyak menguras otak itu namun Devi jelas bukan orang yang gampang marah atau emosian, dengan telaten gadis itu kembali mengajarkan soal yang sama untuk diselesaikan Olive. Dalam hati Olive berfikir sesaat ini anaknya Devi kelak pasti bakal jadi orang pinter kalau mamanya bisa ngajarin bagus seperti ini. Kemudian ia menggeleng untuk kembali fokus pada buku ditangannya.
Mr Hero vs Mrs Zero
Tanpa terasa, 1 minggu pun berlalu dengan tanpa disisakan sedikit pun (Ya iyalah, sejak kapan hari bersisa #Abaikan). Olive benar-benar menghabiskan waktunya untuk belajar. Mulai dari disekolah termasuk waktu istirahat tentunya memaksa Devi untuk menjadi gurunya, kemudian saat ditoko bukunya juga ia sisihkan untuk membaca buku pelajaran, kemudian saat ia pulang kerumah Devi gadis itu juga akan kembali mengulang pelajaran yang nanti akan diujiankan.
Meskipun Devi jelas merasa ada yang berbeda dari sikap Olive yang jadi antusias untuk belajar, namun ia justru juga merasa senang akan perubahan yang Olive lakukan. Ia tidak ingin mengintrogasi gadis itu dulu dan membiarkan Olive menikmati waktu belajarnya, walau begitu ia juga menyakinkan dirinya akan mananyakan nanti saat ujian telah selesai. Apa motif dibalik perubahan yang dilakukan Olive.
Tepat hari minggu sebelum ujian berlangsung pada senin hari nanti, Olive sudah kembali kerumahnya. Ia merebahkan tubuhnya dikasur kamar dengan buku yang masih ditangannya, mulai kembali mengingat apa yang tertulis disana. Ia lebih merasa percaya diri untuk menghadapi ujian akan datang, ia yakin ia bisa mengalahkan David nantinya. Perih terus menatap kearah buku ditangannya, Olive mengedarkan pandangan sambil berkedip, namun kemudian perhatiannya teralihkan pada balon-balon yang terbang dari balik jendela kamarnya. Olive berfikir sesaat, siapa yang iseng menerbangkan balon dari luar kamarnya. Namun fikirannya tidak sampai untuk berfikir lebih jauh, karena rasa penasaran lebih mendomisi saat ini akhirnya Olive beranjak kearah jendela dan mencari tersangka untuk objek yang dilihatnya.
Olive melirik keatas, dimana balon-balon yang sudah terbang lumayan banyak memenuhi angkasa, kemudian ia mengalihkan pandangan kearah bawah, mengingat kamarnya ditingkat atas membuatnya harus menyipitkan sebelah matanya untuk mencari apapun yang ada disana, terik matahari dan matanya yang terus digunakan untuk membaca membuatnya tidak bisa langsung mengenali sosok dibawah yang tampak sedang melambaikan tangan kearahnya, Olive mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mengetahui siapa makhluk yang sedang melambai kearahnya.
"David? Ngapain tuh anak disini," komentar Olive sendiri, kemudian gadis itu memilih untuk turun menemui tamunya yang masih berdiri dibawah. Tak lupa juga Olive memastikan dirinya sendiri dicermin, setelah yakin tampilannya tampak baik-baik saja, gadis itupun turun.
"Hei, ngapain disini?" tanya Olive setelah tiba dihadapan David, pria itu tampak tersenyum dengan beberapa balon yang masih berada ditangannya.
"Aku kangen," jawabnya sambil menarik sebelah alisnya dan tersenyum menggoda.
"Basi banget," komentar Olive, walau tak urung ia juga tersenyum. Kemudian ia melangkah kearah gazebo dihalaman rumahnya. David ngekor dibelakang, kemudian keduanya duduk berdampingan.
"Serius tau, 1 mingguan ini susah banget ditemuin. Ditoko buku juga fokusnya kebuku pelajaran mulu, aku kan nggak tega mau ganggu," protes David.
"Demi apa kamu 1 mingguan ini ke toko?" tanya Olive sedikit tidak percaya, ia benar-benar tidak menyadari kehadiran David sebelumnya.
"Beneran, aku juga mau kali dapat fokus yang sama," balas David ngegombal sambil menaik turunkan alisnya, Olive tertawa menanggapinya.
"Sorry, aku nggak sadar. Maklum, aku ingin mengalahkan seseorang," kata Olive kemudian.
"Wahhh, aku jadi nggak tega kalau kamu sesemangat itu menanggapinya," kali ini David mulai tampak sedikit serius.
"Hallah, Gayanya... Tapi ngomong-ngomong kamu nggak belajar?" tanya Olive mengalihkan pembicaraan.
"Sudah," jawab David singkat.
"Kapan? Katanya kamu juga berkunjung ke Toko," tanya Olive.
"Setiap hari dong," David menjawab penuh percaya diri, Olive menatapnya seolah tidak percaya "Disekolah, hahaha," tawanya kemudian dan dibalas lengosan dari Olive, dari tampangnya jelas David termasuk pria bebas, mana mungkin pria ini rajin belajar. Sama sekali tidak ada tampang kutu bukunya.
"Iya kan beda, bentar lagi ujian loh. Sekolah kalian besok juga kan ujiannya?" tanya Olive kemudian, David menganggukkan kepalanya.
"Emm, mungkin aku termasuk seseorang yang belajar jauh hari sebelum ujian dan menenangkan diri pada hari sebelum ujian. Bisa ajakan?" tanyanya dengan nada bercanda. Olive sendiri tidak bisa menebak arah jalan fikiran David kali ini, entah memang pria itu mengatakan apa yang ia lakukan atau hanya jawaban iseng untuk membalas kalimatnya.
"Yaudah sih, tapi masih inget kan perjanjiannya? Satu permintaan," Olive mengingatkan dan kali ini membuat David tertawa.
"Segitu pentingnya ya dikabulin permintaannya sama aku?" tanya David sambil disela tawanya kemudian ia mengusap kepala Olive gemes. Membuat gadis itu langsung terdiam, lengkap dengan detak jantungnya, namun kemudian Olive sendiri yakin kalau detak jantungnya berontak ingin keluar dari rongganya. Untung David tidak membiarkan tangannya berlama-lama diatas kepala Olive, namun belum sempat kelegaan itu ia rasakan David mendekat kan wajahnya kearah Olive yang semakin membeku ditempatnya.
"Bernafas Olive..." ucap David pelan sambil tersenyum. Gadis itu tampak terkejut kemudian menjauhkan tubuhnya kebelakang, lalu menghembuskan nafasnya. Benar saja, kalau ia dari tadi sedang menahan nafas. Astaga, memalukan. Olive yakin wajanya kini sudah memerah menahan malu, berbeda dengannya David malah tertawa setelah ikut menjauhkan wajahnya kembali. Puas dengan reaksi yang ditunjukkan Olive untuknya.
Sedikit lagi. David yakin sedikit lagi ia pasti bisa mendapatkan gadisnya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 21
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 20
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.283 Word
- Serial : Part 20
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar