Ehem, admin muncul lagi nih. Masih ada yang nunggu part selanjutnya dari Mr Hero vs Mrs Zero ini kah? kalau ada, ayo monggo dilanjut scroll kebawah.
Jangan lupa lirik part sebelumnya ya di Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 18. Happy reading...
"Aduh, apa-apaan sih David. Buruan turunin," keluh Olive dan kali ini barulah David menurunkannya, setelah akhirnya mereka sudah hampir sampai ditenda.
"Kamu tau kan apa salah kamu? Sudah ku bilang sekarang aku ingin menghukummu," balas David tegas, dan Olive yakin sekali kalau pria ini tidak akan melepaskanya begitu saja, ahh padahal baru saja mereka menyepakati diri untuk berteman, kenapa pria ini malah merusaknya lagi.
"Tidak, dan tentu saja aku juga tidak merasa perlu untuk menerima hukuman mu," jawab Olive tidak kalah tegas, dan kali ini bahkan ia melipat kedua tangannya didepan dada. David menatap kearahnya, menilik gadis itu dari bawah hingga keatas, merasa Risih Olive melepaskan lipatan tangannya dan siap melangkah pergi, namun David kembali menahannya.
Sebelum Olive sempat protes, David sudah lebih dulu melepas jaket yang dikenakannya, dan menutupi tubuh gadis itu yang jelas langsung menatapnya penuh tanya.
"Aku nggak mau tau, kamu pulang bareng aku sekarang, ayo aku temani minta izin kekakak pembinanya. Dan pake resleting jaketnya, aku nggak mau kamu pamer tubuh kemana-mana, baju kamu kan masih basah karena maen aer," kata David dengan pandangan menilai, refleks Olive langsung menutupi tubuhnya dengan tangan, sementara ia sendiri padahal tau kalau tubuhnya jelas tidak terlihat. Baju yang dikenakannya lumayan tebal, Dasar David asal kalau ngomong, tepat saat Olive ingin protes pria itu sudah melangkah mendahuluinya, mau tidak mau Olive akhirnya mengikuti langkahnya setelah memasang resleting jaketnya.
Setelah selesai meminta izin pada kakak pembina dengan bantuan David yang entah memang pria itu yang gemar berbohong atau bagaimana, akhirnya mereka bisa diizinkan kembali lebih dulu, apalagi acara memang akan selesai setelah semuanya berkumpul. Tak lupa juga Olive menyakinkan pembinanya kalau ia sudah mengumpulkan kotak yang ditemukannya tadi. Olive hanya mengirim pesan singkat pada Devi agar gadis itu tidak khawatir mencarinya, setidaknya ia sudah mempercayai kalau David bisa diandalkan, namun tetap saja dalam hati ia berdoa agar tidak ada yang terjadi. Olive memasuki tendanya dan berkemas sementara David berdiri diluar tendanya.
Pria itu sibuk menimbang apakah ia akan melancarkan niatnya atau tidak, kemudian ia melihat ember berisi air yang tak jauh dari tenda, lalu ia melirik kearah tenda tak jauh dari Olive. Setelah mendapat informasi kalau tenda sampingnya adalah tenda dari kelompok yang sama namun bagian Cowok pria itu akhirnya menarik bibir atasnya sedikit, tersenyum misterius dan masuk kedalam tenda, pandangannya menyapu isi tenda dan terhenti ditas yang masih tergeletak disana, ia sudah memastikan pada Dion sebelumnya yang mana tas Arial sebenarnya kemudian senyumnya makin mengembang sempurna.
Selesai membereskan semua peralatannya, Olive keluar dari tenda dan menemukan David yang masih berdiri disana, tanpa mengatakan apapun gadis itu melangkah pergi. Tau kalau ia tidak akan diajak bicara David mengambil insiatif dan menggiring Olive menuju diamana tempat motornya terparkir.
"Aku benar-benar bukan seseorang yang suka balas dendam, tentu saja." guman David sedikit tidak jelas, kemudian ia menyeringai misterius. Olive menatap kearahnya namun gadis itu tidak menyakan gumanan David sebelumnya, apalagi karena David tidak memperjelas ucapannya, Ollive merasa kalau mungkin saja ia salah dengar. Setelah tiba dimana motor itu terparkir David membawa Olive untuk lebih dulu keluar dari hutan bersama dengan senyum kebanggaan miliknya.
Sementara itu, Dion dan Hendra sudah tiba ditenda Arial, pria itu melepas papahannya dan mulai berjalan sendiri, meski ia tau kalau tubuhnya masih sakit karena terjatuh. Tapi ia yakin ia akan baik-baik saja setelah ini, tubuhnya juga mulai terasa dingin karena baju yang dikenakannya masih basah. Sebelum ia memasuki tendanya seseorang melempar jaket kearahnya.
"Kita rasa kamu butuh itu," ucap Hendra saat Arial menatap penuh tanya jaket yang dilempar kearahnya. Kemudian sebelum Arial mengatakan apapun kedua pria itu sudah lebih dulu melangkah pergi. Tidak mau terlalu ambil pusing Arial memasuki tendanya dan matanya langsung membulat saat melihat apa yang berada didepannya.
Arial buru-buru menghampiri tas ranselnya yang terlihat basah kuyup, dengan cepat ia membuka resreting dan memastikan apakah isinya mengalami nasib yang sama. Dan benar saja, kini semua baju dan peralatan isi dalam tasnya basah semua. Termasuk dengan baju yang ia kenakan sekarang, mengingat kalau ia memiliki camera didalam tas yang sama membuatnya dengan cepat mengobrak-abrik isi dalam tasnya namun benda yang dicarinya tidak ada, ia kemudian menemukan cameranya berada tidak jauh dari tempatnya duduk. Entah harus lega atau kecewa, namun ia benar-benar tidak terima mendapat perlakuan seperti ini.
"Sialan," umpatnya kesal dan merasa yakin kalau ini jelas ulah dari ketiga manusia brengsek tadi. Mau tidak mau meskipun marah ia harus menerima jaket yang tadi diberikan pria itu untuk menyelimuti tubuhnya yang sudah kedinginan.
"Kita mau kemana?" tanya Olive saat diperjalanan bersama David dengan motornya.
"Pulang," jawab David singkat.
"Tapi ini bukan jalan pulang kerumahku," balas Olive sambil memperhatikan sekelilingnya.
"Memang, kita makan dulu. Aku laper banget, hidup dihutan berasa puasa nggak jelas," jawab David yang hanya dibalas anggukan kepala Olive, sebenarnya meskipun tubuhnya sudah cukup lelah, namun saran dari David tidaklah terlalu buruk, perutnya juga sudah berontak minta diisi. Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang. Dan seingatnya ia hanya makan mie instan saja tadi untuk sarapannya. Yahhh, memang kehidupan perkemahan tidak ada yang mudah bukan.
Hampir setengah 4 mereka tiba disebuah tempat makan bernama 'Kafe Dozen', Olive melangkah memasuki kaffe dan langsung mengikuti David kesalah satu kursi dipinggir kaca dimana ia bisa bersandar disana, kemudian mereka memesan sesuatu untuk mengganjal perut yang memang sedang kelaparan.
"Lihat apa?" tanya David membuyarkan lamunan Olive saat gadis itu masih menatap kearah salah satu pelayan yang sedang merapikan meja tak jauh darinya.
"Emm, enggak." jawab Olive dan mengalihkan pandangannya "Aku fikir gadis itu cukup menarik," lanjutnya dan kemudian membuat David melirik kearah pelanggan yang sama, gadis dengan seragam pelayan dan rambut dikucir tampak sedang fokus dengan pekerjaannya, membersihkan dari satu meja kemeja yang lainnya. Kemudian sang gadis yang diperhatikan melalui meja mereka lalu menghilang dibalik sekat ruang.
"Emm, setuju," balas David sambil mengaggukkan kepalanya "Yahh meski tidak semenarik kamu," lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Olive mendengus mendengar gombalan garing dari David, kemudian ia memilih diam sampai pelayan yang membawakan makanan mereka sampai. Setelah mengucapkan terimakasih mereka menikmati makanan dalam diam. Sibuk mengisi perut mereka masing-masing yang memang sudah dari tadi berontak minta diisi.
"Ahhh, kenyang." ucap David setelah meneguk air putih dalam gelasnya, kemudian ia bersandar pada sandaran kursi. Olive ikut menyelesaikan makannya dan meminum minumannya.
"Jadi kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Olive mulai membuka pembicaraan.
"Seperti yang aku bilang, aku bertransformasi jadi orang baik yang benar-benar baik. Sibuk belajar," jawab David santai.
"Aku baru tau playboy kayak kamu rajin belajar juga," canda Olive.
"Eheyyy, jangan salah kawan. Jangan ngelihat orang hanya dari sampulnya saja, aku yakin meskipun dalam keadaan tidak rajin aku masih bisa lawan nilai kamu dari sekolah saat kamu belajar dengan benar," balas David dengan nada bercanda yang sama, "Tapi siapa bilang kalau aku playboy?" tanyanya kemudian. Olive mengangkat bahunya tanda tidak mau menjawab.
"Gimana kalau ujian akan datang kita taruhan," tawar Olive mengalihkan pembicaraan.
"Taruhan?" David mengulang apa yang mungkin saja salah ia dengar.
"Yup, taruhan. Siapa yang bakal dapat nilai lebih tinggi punya satu permintaan yang bisa dikabulkan dengan catatan peraturannya yang masuk akal dan tidak melanggar norma," jawab Olive sambil melipat kedua tangannya dan lebih mencondongkan tubuhnya kedepan, menatap lurus kearah David yang sedang bersandar.
"Apapun?" tanya David kali ini ikut melipat kedua tangannya diatas meja dan mendekatkan wajahnya.
"Apapun," lanjut Olive.
"Kalau aku minta kamu buat jadi pa..."
"Yang masuk akal David..." potong Olive sebelum pria itu menyebutkan permintaannya, membuat David terdiam dan kemudian mengangguk.
"Baiklah, akan aku fikirkan," jawabnya kemudian setelah berfikir sesaat "Jadi apa yang kamu inginkan semisal kamu yang menang?" tanyanya kemudian.
"Emmm bikin kamu jadi pelayanku selama satu minggu. Mungkin," jawab Olive dengan senyum terkulum membuat pria itu menebak-nebak apakah ucapan Olive benar atau hanya karangannya saja.
"Ah kalau itu sih tanpa kamu menang juga aku dengan suka rela melakukannya," balas David dengan senyum jahilnya "Pelayan dalam hal Apapun," lanjutnya dengan menekankan kata apapun dalam kalimatnya. Memmbuat Olive lagi-lagi melengos menanggapi gombalan dari pria didepannya.
"Yaudah, ayo antar aku pulang sekarang." kali ini Olive mengatakannya sambil berdiri, kemudian ia berbalik menatap kearah David "Pe-la-yan," lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya, kemudian berlalu pergi mendahului David, pria itu mengangkat sebelah alisnya dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya, kemudian ia menggeleng sekilas tanpa melepas senyuman lalu ikut beranjak pergi.
Atmosfer kebahagiaan sepertinya baru saja menguar dari tubuhnya, kali ini David yakin bisa mendapatkan gadis ini, ia yakin dengan kemampuannya, ia bahkan yakin dengan perasaannya sendiri, ia bahkan tidak mau mencari alasan hanya dengan menang taruhan atau apapun. Ia cukup percaya diri untuk meraih dan menetapkan Olive agar tidak beranjak dari sisinya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 20
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Jangan lupa lirik part sebelumnya ya di Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 18. Happy reading...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 19 |
Mr Hero vs Mrs Zero
"Aduh, apa-apaan sih David. Buruan turunin," keluh Olive dan kali ini barulah David menurunkannya, setelah akhirnya mereka sudah hampir sampai ditenda.
"Kamu tau kan apa salah kamu? Sudah ku bilang sekarang aku ingin menghukummu," balas David tegas, dan Olive yakin sekali kalau pria ini tidak akan melepaskanya begitu saja, ahh padahal baru saja mereka menyepakati diri untuk berteman, kenapa pria ini malah merusaknya lagi.
"Tidak, dan tentu saja aku juga tidak merasa perlu untuk menerima hukuman mu," jawab Olive tidak kalah tegas, dan kali ini bahkan ia melipat kedua tangannya didepan dada. David menatap kearahnya, menilik gadis itu dari bawah hingga keatas, merasa Risih Olive melepaskan lipatan tangannya dan siap melangkah pergi, namun David kembali menahannya.
Sebelum Olive sempat protes, David sudah lebih dulu melepas jaket yang dikenakannya, dan menutupi tubuh gadis itu yang jelas langsung menatapnya penuh tanya.
"Aku nggak mau tau, kamu pulang bareng aku sekarang, ayo aku temani minta izin kekakak pembinanya. Dan pake resleting jaketnya, aku nggak mau kamu pamer tubuh kemana-mana, baju kamu kan masih basah karena maen aer," kata David dengan pandangan menilai, refleks Olive langsung menutupi tubuhnya dengan tangan, sementara ia sendiri padahal tau kalau tubuhnya jelas tidak terlihat. Baju yang dikenakannya lumayan tebal, Dasar David asal kalau ngomong, tepat saat Olive ingin protes pria itu sudah melangkah mendahuluinya, mau tidak mau Olive akhirnya mengikuti langkahnya setelah memasang resleting jaketnya.
Setelah selesai meminta izin pada kakak pembina dengan bantuan David yang entah memang pria itu yang gemar berbohong atau bagaimana, akhirnya mereka bisa diizinkan kembali lebih dulu, apalagi acara memang akan selesai setelah semuanya berkumpul. Tak lupa juga Olive menyakinkan pembinanya kalau ia sudah mengumpulkan kotak yang ditemukannya tadi. Olive hanya mengirim pesan singkat pada Devi agar gadis itu tidak khawatir mencarinya, setidaknya ia sudah mempercayai kalau David bisa diandalkan, namun tetap saja dalam hati ia berdoa agar tidak ada yang terjadi. Olive memasuki tendanya dan berkemas sementara David berdiri diluar tendanya.
Pria itu sibuk menimbang apakah ia akan melancarkan niatnya atau tidak, kemudian ia melihat ember berisi air yang tak jauh dari tenda, lalu ia melirik kearah tenda tak jauh dari Olive. Setelah mendapat informasi kalau tenda sampingnya adalah tenda dari kelompok yang sama namun bagian Cowok pria itu akhirnya menarik bibir atasnya sedikit, tersenyum misterius dan masuk kedalam tenda, pandangannya menyapu isi tenda dan terhenti ditas yang masih tergeletak disana, ia sudah memastikan pada Dion sebelumnya yang mana tas Arial sebenarnya kemudian senyumnya makin mengembang sempurna.
Selesai membereskan semua peralatannya, Olive keluar dari tenda dan menemukan David yang masih berdiri disana, tanpa mengatakan apapun gadis itu melangkah pergi. Tau kalau ia tidak akan diajak bicara David mengambil insiatif dan menggiring Olive menuju diamana tempat motornya terparkir.
"Aku benar-benar bukan seseorang yang suka balas dendam, tentu saja." guman David sedikit tidak jelas, kemudian ia menyeringai misterius. Olive menatap kearahnya namun gadis itu tidak menyakan gumanan David sebelumnya, apalagi karena David tidak memperjelas ucapannya, Ollive merasa kalau mungkin saja ia salah dengar. Setelah tiba dimana motor itu terparkir David membawa Olive untuk lebih dulu keluar dari hutan bersama dengan senyum kebanggaan miliknya.
Sementara itu, Dion dan Hendra sudah tiba ditenda Arial, pria itu melepas papahannya dan mulai berjalan sendiri, meski ia tau kalau tubuhnya masih sakit karena terjatuh. Tapi ia yakin ia akan baik-baik saja setelah ini, tubuhnya juga mulai terasa dingin karena baju yang dikenakannya masih basah. Sebelum ia memasuki tendanya seseorang melempar jaket kearahnya.
"Kita rasa kamu butuh itu," ucap Hendra saat Arial menatap penuh tanya jaket yang dilempar kearahnya. Kemudian sebelum Arial mengatakan apapun kedua pria itu sudah lebih dulu melangkah pergi. Tidak mau terlalu ambil pusing Arial memasuki tendanya dan matanya langsung membulat saat melihat apa yang berada didepannya.
Arial buru-buru menghampiri tas ranselnya yang terlihat basah kuyup, dengan cepat ia membuka resreting dan memastikan apakah isinya mengalami nasib yang sama. Dan benar saja, kini semua baju dan peralatan isi dalam tasnya basah semua. Termasuk dengan baju yang ia kenakan sekarang, mengingat kalau ia memiliki camera didalam tas yang sama membuatnya dengan cepat mengobrak-abrik isi dalam tasnya namun benda yang dicarinya tidak ada, ia kemudian menemukan cameranya berada tidak jauh dari tempatnya duduk. Entah harus lega atau kecewa, namun ia benar-benar tidak terima mendapat perlakuan seperti ini.
"Sialan," umpatnya kesal dan merasa yakin kalau ini jelas ulah dari ketiga manusia brengsek tadi. Mau tidak mau meskipun marah ia harus menerima jaket yang tadi diberikan pria itu untuk menyelimuti tubuhnya yang sudah kedinginan.
Mr Hero vs Mrs Zero
"Kita mau kemana?" tanya Olive saat diperjalanan bersama David dengan motornya.
"Pulang," jawab David singkat.
"Tapi ini bukan jalan pulang kerumahku," balas Olive sambil memperhatikan sekelilingnya.
"Memang, kita makan dulu. Aku laper banget, hidup dihutan berasa puasa nggak jelas," jawab David yang hanya dibalas anggukan kepala Olive, sebenarnya meskipun tubuhnya sudah cukup lelah, namun saran dari David tidaklah terlalu buruk, perutnya juga sudah berontak minta diisi. Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang. Dan seingatnya ia hanya makan mie instan saja tadi untuk sarapannya. Yahhh, memang kehidupan perkemahan tidak ada yang mudah bukan.
Hampir setengah 4 mereka tiba disebuah tempat makan bernama 'Kafe Dozen', Olive melangkah memasuki kaffe dan langsung mengikuti David kesalah satu kursi dipinggir kaca dimana ia bisa bersandar disana, kemudian mereka memesan sesuatu untuk mengganjal perut yang memang sedang kelaparan.
"Lihat apa?" tanya David membuyarkan lamunan Olive saat gadis itu masih menatap kearah salah satu pelayan yang sedang merapikan meja tak jauh darinya.
"Emm, enggak." jawab Olive dan mengalihkan pandangannya "Aku fikir gadis itu cukup menarik," lanjutnya dan kemudian membuat David melirik kearah pelanggan yang sama, gadis dengan seragam pelayan dan rambut dikucir tampak sedang fokus dengan pekerjaannya, membersihkan dari satu meja kemeja yang lainnya. Kemudian sang gadis yang diperhatikan melalui meja mereka lalu menghilang dibalik sekat ruang.
"Emm, setuju," balas David sambil mengaggukkan kepalanya "Yahh meski tidak semenarik kamu," lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Olive mendengus mendengar gombalan garing dari David, kemudian ia memilih diam sampai pelayan yang membawakan makanan mereka sampai. Setelah mengucapkan terimakasih mereka menikmati makanan dalam diam. Sibuk mengisi perut mereka masing-masing yang memang sudah dari tadi berontak minta diisi.
"Ahhh, kenyang." ucap David setelah meneguk air putih dalam gelasnya, kemudian ia bersandar pada sandaran kursi. Olive ikut menyelesaikan makannya dan meminum minumannya.
"Jadi kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Olive mulai membuka pembicaraan.
"Seperti yang aku bilang, aku bertransformasi jadi orang baik yang benar-benar baik. Sibuk belajar," jawab David santai.
"Aku baru tau playboy kayak kamu rajin belajar juga," canda Olive.
"Eheyyy, jangan salah kawan. Jangan ngelihat orang hanya dari sampulnya saja, aku yakin meskipun dalam keadaan tidak rajin aku masih bisa lawan nilai kamu dari sekolah saat kamu belajar dengan benar," balas David dengan nada bercanda yang sama, "Tapi siapa bilang kalau aku playboy?" tanyanya kemudian. Olive mengangkat bahunya tanda tidak mau menjawab.
"Gimana kalau ujian akan datang kita taruhan," tawar Olive mengalihkan pembicaraan.
"Taruhan?" David mengulang apa yang mungkin saja salah ia dengar.
"Yup, taruhan. Siapa yang bakal dapat nilai lebih tinggi punya satu permintaan yang bisa dikabulkan dengan catatan peraturannya yang masuk akal dan tidak melanggar norma," jawab Olive sambil melipat kedua tangannya dan lebih mencondongkan tubuhnya kedepan, menatap lurus kearah David yang sedang bersandar.
"Apapun?" tanya David kali ini ikut melipat kedua tangannya diatas meja dan mendekatkan wajahnya.
"Apapun," lanjut Olive.
"Kalau aku minta kamu buat jadi pa..."
"Yang masuk akal David..." potong Olive sebelum pria itu menyebutkan permintaannya, membuat David terdiam dan kemudian mengangguk.
"Baiklah, akan aku fikirkan," jawabnya kemudian setelah berfikir sesaat "Jadi apa yang kamu inginkan semisal kamu yang menang?" tanyanya kemudian.
"Emmm bikin kamu jadi pelayanku selama satu minggu. Mungkin," jawab Olive dengan senyum terkulum membuat pria itu menebak-nebak apakah ucapan Olive benar atau hanya karangannya saja.
"Ah kalau itu sih tanpa kamu menang juga aku dengan suka rela melakukannya," balas David dengan senyum jahilnya "Pelayan dalam hal Apapun," lanjutnya dengan menekankan kata apapun dalam kalimatnya. Memmbuat Olive lagi-lagi melengos menanggapi gombalan dari pria didepannya.
"Yaudah, ayo antar aku pulang sekarang." kali ini Olive mengatakannya sambil berdiri, kemudian ia berbalik menatap kearah David "Pe-la-yan," lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya, kemudian berlalu pergi mendahului David, pria itu mengangkat sebelah alisnya dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya, kemudian ia menggeleng sekilas tanpa melepas senyuman lalu ikut beranjak pergi.
Atmosfer kebahagiaan sepertinya baru saja menguar dari tubuhnya, kali ini David yakin bisa mendapatkan gadis ini, ia yakin dengan kemampuannya, ia bahkan yakin dengan perasaannya sendiri, ia bahkan tidak mau mencari alasan hanya dengan menang taruhan atau apapun. Ia cukup percaya diri untuk meraih dan menetapkan Olive agar tidak beranjak dari sisinya.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 20
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 19
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.409 Word
- Serial : Part 19
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar