Langsung aja deh, yang mau ngebaca kelanjutnya monggo, jangan lupa lirik cerbung Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 16 sebelumnya ya. Happy reading...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 17 |
Mr Hero vs Mrs Zero
"Oke semuanya, ini permainan terakhir kita sebelum nanti percampingan periode ini ditutup," ucap kakak pembina yang berdiri didepan semua peserta "Dihutan ini ada 25 kotak yang disembunyikan, dan kelompok yang bisa mengumpulkan banyak kotak yang dimaksud akan menjadi pemenangnya. Satu kelompok bisa membagi kelompoknya untuk berpencar mencarinya, dan untuk kelompok yang sama sekali tidak berhasil tentu saja akan dapat hukumannya," lanjut sang kakak pembina dan mendapat riuhan dari peserta lainnya.
"Tenang semua... Ini hanya sebagai semangat saja untuk permainan kali ini, Dan ketua kelompok tolong diskusikan dengan kelompoknya seperti yang sudah kita diskusikan tadi, kalau begitu sekian dari saya..." sang kakak pembina menutup pengumumannya dan semua peserta bubar.
"Karena satu kelompok ada 8 orang jadi kita bagi aja 2 peserta untuk berpencar, kotaknya kecil seukuran kotak hanphone jadi carinya harus lebih teliti lagi. Dan karena ini hutan kita bagi aja cowok sama cewek ya, Alfa kamu sama Beny berdua," ucap Aldo yang menjadi ketua dari kelompok Olive. Aldo sendiri adalah peserta pramuka, begitu juga dengan Febi selaku wakil dari ketua kelompok.
"Siap kak," ucap gadis yang dipanggil alfa dan bergerak disamping Benny.
"Oke, selanjutnya Olive sama Arial dan Anisa sama Robert kemudian saya sama kak febi," putus Aldo yang jelas saja langsung membuat Olive membuka matanya lebar, bagaimana bisa ia malah harus kembali berpasangan dengan Arial.
"Nggak bisa gitu dong kak," sebelum Olive protes, Anisa sudah lebih dulu menyuarakan pendapatnya "Harusnya aku yang sama Arial berpasangan berdua, biar si Olive jalan sama Robert," lanjutnya.
"Kamu nggak lihat Robert sama Olive sama-sama kecil begitu?" tanya Aldo "Kalau nanti kotaknya diatas pohon gimana, mereka mau main 'Hello, tolong aku' apa gimana nanti. Sudah, kamu saja yang sama robert dan biarkan Olive bareng Arial," lanjutnya yang jelas saja membuat Anisa hanya mampu memayunkan bibirnya kesal.
"Aku nggak kecil kali kok kak," kali ini Olive yang protes, selain ia ingin menghindari satu kelompok dengan Arial, ia juga tidak terima karena dibilang kecil.
"Ini sudah diputuskan, ayoo semua... kita berpencar, pokoknya kita harus menang.!" putus Aldo tidak terbantah. Olive masih ingin menyuarakan protesannya namun tangannya langsung ditahan Arial, pria itu menggeleng singkat saat Olive menatap penuh tanya kearahnya. Dengan lesu Anisa melangkah pergi bersama Robert, Beni dan Alfa serta Aldo dan Febi yang tampak bergerak lebih semangat.
"Loe nggak mau berpasangan sama gue?" tanya Arial saat akhirnya mereka ditinggal berdua.
"Bukan begitu, kamu tau sendirikan kalau Anisa..."
"Tau," potong Arial "Tapi gue nggak perduli tentang orang lain, yang gue tanya itu Elo Olive. Loe keberatan kalau pasangannya gue?" tanyanya lagi. Olive terdiam, tidak mungkin ia mengakui kalau ia memang keberatan, tapi kemudian ia kembali berfikir ulang kenapa ia harus merasa keberatan berpasangan dengan Arial, selama ini ia bukanlah termasuk seseorang yang akan mendengarkan gosip tentangnya, kenapa sekarang ia harus memiliki alasan itu. Atau sejujurnya dalam hati ia hanya tidak ingin jika David berfikir buruk tentangnya.
"Enggak," jawab Olive akhirnya, selain untuk menjawab pertanyaan Arial, ia juga menegaskan dalam hatinya kalau ia sama sekali tidak keberatan apapun pendapat David, memangnya siapa pria itu yang harus membuatnya kefikiran "Aku sama sekali nggak keberatan kok, yaudah ayo kita cari kotaknya dan segera selesaikan permainan ini," lanjutnya sambil tersenyum.
"Pilihan yang bagus, ayoo..." balas Arial dan ikut tersenyum kemudian melangkah lebih dulu memasuki hutan.
Mr Hero vs Mrs Zero
David dan Hendra sedang menikmati sarapannya, dengan Roti selai yang dibawanya, dari kejauhan tampak Dion berlari menghampiri kearah sahabatnya. Mata ketiganya tampak sedikit menghitam, karena jelas saja ketiganya tidak bisa tidur dengan aman saat menyadari apa yang dialami kemarin malam. Semua jelas harap-harap cemas dan terus memperhatikan sekeliling dengan fikiran melayang bebas yang makin memperburuk keadaan, tapi tidak ada satupun yang mengatakan takut untuk menjaga image. Mungkin benar kalau karma memang akan berlaku suatu saat nanti, detik itu juga ketiganya berjanji untuk tidak melakukan hal iseng untuk menakut-nakuti orang lagi. Bisa gawat kalau pemiliknya tidak terima dengan penyamaran mereka.
"Lapor komandan, Target sedang berburu kotak dihutan dengan tersangka pria yang tidak boleh disebutkan namanya," ucap Dion masih dengan nafas tersenggal karena kelelahan berlari, David menghentikan kunyahannya dan tangannya meremas botol selai yang tadi digunakannya untuk mengolesi lapisan roti.
"Ehem, wajar dong merekakan satu kelompok. Ini hanya kebetulan semata kawan," ucap Hendra meredakan emosi David, pria itu langsung mengambil botol selai dengan hati-hati dari tangan David, menyelamatkan sarapan mereka. Kekurangan tidur sudah cukup untuk hari ini, tidak perlu lagi ditambah dengan perut yang keroncongan.
"Tepat, dan karena aksi mata-mata saya yang ahli ini, Target menolak tegas dipasangkan dengan Tersangka, tapi sang Ketua pramuka yang tidak sayang nyawa itu menolak protesan dan tetap menjalankan permainan. Laporan selesai," jawab Dion dengan tegas laksana mendapatkan tugas negara. Kemudian ia melirik kearah David yang tampak menaikkan sedikit ujung bibirnya tanda pria itu menahan senyumnya.
"Kamu nggak akan bertindak buruk dengan itu ketua kan Dav," tanya Hendra hati-hati, sadar kalau senyuman kecil itu malah tampak menakutkan untuk seorang David. Nggak lucu kalau 'Mode menyerang' David keluar pada saat ini.
"Memangnya aku ngomong apa?" balas David masih dengan senyum sinisnya, pria itu kemudian kembali menikmati sarapannya dengan tenang.
"Aku lapar, mana sarapan untukku?" tanya Dion kembali pada mode bertemannya, Hendra menyodorkan sepiring roti yang sudah diberikan selai kearah Dion namun masih memandang David dengan sedikit was-was.
"Segera selesaikan sarapannya. Kita mulai berburu sebentar lagi," ucap David dengan senyum kepuasan. Sepertinya ia sudah membayangkan keberhasilannya dengan rencana yang masih berkeliaran dalam ingatannya, namun jelas itu bukan sesuatu yang bagus.
"Aish, David..." keluh Dion dan Hendra hampir bersamaan, sadar kalau David kembali menjadi David yang dikenalnya, mungkin alangkah baiknya kalau ia tidak membangkitkan jiwa David dulu, biar saja temannya dalam mode manusia normal seperti kemaren. Namun menyesali sekarang tidak akan ada perubahan.
Mr Hero vs Mrs Zero
"Kamu yakin nih Dav,?" tanya Hendra sekali lagi sambil menutupi lubang besar yang berada ditanah dengan ranting-ranting yang dikumpulkan Dion, sementara David sendiri hanya memperhatikan dan sesekali melongok kesisi hutan lain yang membentuk jalanan.
"Aku nggak tanggung jawab ya," ucap Dion dan meletakkan ranting yang lumayan banyak disamping Hendra.
"Udah belom si, lama banget. Ellahh gitu doang juga, keburu orangnya dateng," ucap David mulai kesal.
"Iya iya. Udah ini," balas Hendra dan berdiri setelah memastikan lubang yang dibuatnya sudah tertutupi ranting.
"Yaudah buru pergi, target sudah terlihat tuh," ajak David dan melangkah pergi sembunyi diantara pepohonan, diikuti oleh kedua sahabatnya. Setelah ketiganya menghilang dari pandangan, tampak Aldo dan febi melangkah mendekat.
Aldo dan febi yang sama sekali tidak menyadari bahaya yang menghadangnya berjalanan lurus sambil sesekali mengobrol dan diselingi tawa. David masih memperhatikan mereka dengan pandangan menahan senyumnya.
"Sumpah ya Dav, itu kalau anak orang kenapa-kenapa gimana," ucap Dion harap-harap cemas.
"Kan kalian yang bikin. Aku nggak tau apa-apa..." balas David dengan senyum misteriusnya.
"Itu juga ulah dadakan kamu kali, wah parah ini anak kalau sampe lempar batu sembunyi tangan gitu," keluh Hendra mulai cemas.
"Aku cuma intruksi aja, kalian yang bergerak. Kalau mereka kenapa-kenapa ya kalian lah yang tanggung jawab, siapa suruh jebakannya parah, Kekekkek," balas David dengan ketawa setan.
"Yaudah kalau gitu aku kasi tau mer..."
"Hwaa..." jeritan terdengar sebelum Dion menyelesaikan ucapannya, disertai dengan suara tanda seseorang terjatuh. Hendra dan Dion langsung saling pandang dengan takut dan pelan-pelan mengintip dari balik pohon.
"Misi berhasil, ayo keperangkap selanjutnya," ajak David dengan senyuman puas bahkan tanpa melihat apa yang terjadi pada kedua tersangka.
"Yakin nggak nolongin mereka dulu? Itu si cowok pasti malu banget jatuh dilumpur dilihat sama gebetanannya," ucap Hendra.
"Kalau mau ketahuan ya silahkan saja bantu, aku tunggu di pos selanjutnya seperti yang sudah disepakati ya," David melangkah pergi masih dengan senyum kemenangannya. Siapa suruh membuat Olive harus berpasangan sama si pria yang tidak boleh disebutkan namanya.
"Gimana nih Hen, mereka nggak papa kan?" tanya Dion mulai cemas. Hendra yang juga meraskan kecemasan yang sama kembali melirik kearah pria yang masih bersusah payah untuk bangkit dari lubang yang dimasukinya, sementara sang cewek juga ikut kesusahan untuk membantunya.
"Ah bodo, yakin aja sama si David. Tuh anak walau gila kan nggak mungkin nyelakain anak orang sampe parah banget, ayo ikutin dia..." ajak Hendra akhirnya dan melangkah pergi, Dion yang mulai cemas akhirnya ikut melangkah pergi setelah sekali lagi memastikan tersangka yang kini sudah keluar dari lubang jebakannya, setidaknya mereka terlihat baik-baik saja, selain fakta kalau kaki sang cowok tampak berlumpur.
"Oke, kali ini pastikan berhasil ya," ucap David sambil menerima seutas benang dari Hendra.
"Dion, pastikan sekali lagi kalau kotaknya terlihat," perintah Hendra, Dion langsung bergerak kearah sebatang pohon yang tak jauh darinya, kemudian mengacungkan jempolnya tanda semua berjalan dengan lancar. David tersenyum kemudian mengisyaratkan Dion untuk sembunyi saat dilihatnya Aldo dan febi sudah melangkah mendekat.
"Eh Do, lihat itu kotaknya." tunjuk Febi kearah sebuah kotak yang menggantung disebuah pohon.
"Iya, wah kok aneh ya kotaknya menggantung gini. Harusnya ditaro dicabangnya loh, setau gue kayak gitu instruksinya tadi," kata Aldo dan mendekat kearah pohon dimana kotak itu menggantung.
"Mungkin salah intruski kali, yaudah sih ayo buruan ambil, Loe kan tinggi. Loncat dikit juga pasti bisa kan?" ucap Febi, Aldo menatap kearah kotak yang masih menggantung diatasnya.
David yang menatap kearah Aldo yang sedang siap meloncat menaikkan sebelah alisnya, menghitung mundur dengan nafas tertahan. Dan saat melihat Aldo yang mulai meloncat dengan cepat David menarik benang yang ditangannya dengan cepat, membuat Aldo yang seharusnya sudah mencapai kotaknya menjadi gagal, kotak yang seharusnya sudah dicapainya malah menjadi semakin tinggi. Saat Aldo sudah kembali menjejak bumi, David menurunkan kembali benangnya, membuat kotak itu kembali keposisinya semula.
"Lahh, itu kok kotaknya aneh banget. Loe lihat kotaknya bergerak jadi makin tinggi kan feb?" tanya Aldo langsung.
"Apaan sih Do, alasan loe nggak banget tau nggak. Bilang aja kalau loe itu pendek, kotak setinggi itu aja nggak sampe tangan loe padahal sambil meloncat," ejek Febi.
"Ih beneran, itu kotaknya bergerak jadi makin tinggi," Aldo nggak mau kalah.
"Loe fikir aja sendiri, memangnya itu mungkin?" tanya Febi yang membuat Aldo terdiam "Udah sih, ambil aja lagi. Kali ini yang bener, nggak lucu kalo dilihat yang lain, apalagi sampe kotak yang seharusnya kita dapat dirampok orang," lanjutnya.
Aldo siap mau protes, namun urung. Ia tidak mungkin menyakinkan sesuatu yang sebenarnya juga tidak mungkin. Kembali ia bersiap untuk melonjak dan mengambil kotak tergantung yang seharusnya sudah didapatkannya. Namun lagi, kejadian yang sama terulang. Febi makin mencurigai ketinggiannya, dan jelas membuat Aldo ikutan dongkol. Ia mengulangi loncatannya, lagi dan lagi. Hingga kelehanan ia menoncat, itu kotak masih menggantung ditempatnya. Aldo terduduk karena kelehan.
"Huufh, gila gue capek banget. Berapa banyak gue udah ngelonjak sih," keluh Aldo dengan nafas tersenggal, febi menatap kesal kearahnya sama sekali tidak percaya dengan alasan yang Aldo berikan. Yang tanpa sepengetahuan mereka David bersama kedua temannya hanya mampu cekikikan dari balik pohon setiap Aldo melonjak-lonjak dibawah pohon, bahkan pria itu sampai terjatuh namun kotak masih belum bisa didapatkannya.
"Ah sudah tidak menarik," ucap David saat Aldo tidak lagi melonjak, pria itu melepas benang yang digenggamnya sembarangan.
'Bletak' kotak yang sudah tidak tersangga itu tepat jatuh dikepala Aldo yang berada dibawahnya. Membuat Dion dan Hendra menahan tawanya menyaksikan Aldo yang mengusap-usap kepalanya karena benda yang menimpa kepalanya terdengar lumayan keras, bisa-bisa benjol itu kepala ketua kelompok Olive akibat ulah iseng David yang kali ini sudah melangkah pergi. Meninggalkan Aldo dan Febi yang tampak berteriak antusias. Sebenarnya hanya febi yang senang, karena mendapatkan kotak yang akhirnya terjatuh, sementara Aldo masih memaki-maki dalam hati karena sakit dikepala yang dirasakannya.
"Sudah cukup kan Dav?" tanya Hendra dan mengikuti langkah David.
"Kesalahannya juga nggak seberapa besar kok, kita maklumi aja untuk kali ini. Ya,?" lanjut Dion ikut membela Hendra, David tampak berfikir sebentar.
"Oke, kita lanjut ketersangka berikutnya..." jawab David akhirnya, dan kali ini senyum misteriusnya kembali tercetak dibibir.
"Aish, Lagii,...?" keluh Dion dan Hendra bersamaan dan kemudian berjalan lemes ngekor dibelakang David.
Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 18
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 17
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.924 Word
- Serial : Part 17
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar