Setelah lama bersemedi ke gunung kulon, akhirnya admin muncul juga, sambil merenggangkan jejari apakah masih pada normal ni cerbung bisa dapat satu part yang bakal admin posting.
Nggak tau apakah ada yang masih nungguin ini cerbung, jelas jiwa kepo admin terasa terusik. Tapi langsung aja deh ya, kelanjutan Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero segera dilirik. Jangan lupa intip part sebelumnya kalau sudah lupa, klik saja disini.
Olive melangkahkan kakinya santai saat balik masuk kelorong sekolahnya, ia membatalkan nitanya yang sebelumnya ingin pulang. Melihat cuaca yang sepertinya akan bertahan lebih lama mengguyur bumi, hujan yang jelas terlihat masih ingin berlama-lama menyapa makhluk bumi meskipun sadar sakitnya jatuh berkali-kali. Sekilas Olive melirik jam yang melingkar ditangannya, tepat pukul 13:00 Wib, Devi sendiri jelas masih sibuk diperpustakaan untuk menyelesaikan tugas sejarahnya. Anak itu memang terkenal rajin menyelesaikan PR nya disekolah, tepatnya diperpustakaan sekolah, lebih tenang dan banyak buku-buku referensi yang bisa membantu katanya. Dan olive juga tidak terkecuali hal itu, ia juga senang mengerjakan PR-nya disekolah, hanya saja seringnya tepat 5 menit sebelum soal dikumpulkan pada hari yang sama target peneyelesaian, bukan karena otaknya yang encer bisa mengerjakan dengan cepat, hanya karena ia tinggal menyalin PR dari Devi yang terkenal rajin mengerjakan tugasnya.
Ia sudah mengirim pesan pada Neza sekadar mengatakan mungkin akan terlambat masuk kerja hari ini karena alasan hujan, dan sudah mendapatkan persetujuan dari pria itu. Mengingat jarak rumah Neza yang memang tidak jauh dari Toko Buku, ia yakin kalau pria itu pasti selalu on time. Tepat saat Olive membelokkan tubuhnya dilorong koridor ia melihat Devi yang sepertinya juga baru menyadari kehadirannya. Gadis itu melambaikan sebelah tangannya, sementara tangannya yang lain menggengam sebuah buku yang Olive yakini sebagai buku tugasnya hari ini.
"Nggak jadi pulang kamu?" tanya Devi setelah mensejajarkan langkahnya.
"Hujan masih mau bermesraan bersama bumi, dan aku jelas tidak diberi kesempatan untuk mengganggunya," jawab Olive "Kamu sendiri, nggak jadi ngerjain tugas?" tanyanya.
"Jadi, masih setengah. Aku tiba-tiba lapar. Dan jelas perut kosong tidak bisa digunakan untuk mengerjakan sesuatu," jawab Devi sambil tersenyum "Kita kekantin kan?" lanjutnya yang menyadari langkah Olive jelas menuju kantin. Karena lorong yang sedang mereka telusuri hanya tersisa kantin diujung jalannya.
"Iya, sambil nunggu hujan. Dan cacing diperutku juga jelas berontak minta dikasi jatah makan siangnya," balas Olive yang langsung mendapat tawa dari Devi.
"Nggak heran sih kalo si Olive jadi parasit buat Devi," Deg. Kalimat itu membuat Devi dan Olive menghentikan langkahnya tepat saat hampir mencapai pintu kantin. Olive manahan tangan Devi saat gadis itu jelas bersiap ingin melabrak siapapun yang sedang membicarakan mereka.
"Iya, tuh anak kan selain dari golongan berada juga jelas pinternya. Gue masih heran sih kenapa si Devi mau aja berteman sama parasit satu itu," lanjut temannya yang lain sambil menikmati keripik singkong ditangannya.
"Gue sih curiga tuh anak punya dukun. Mrs Zero sepertinya akan lebih menonjok kalau deket sama temen yang terkenal baguskan, otomatis dia juga bakal kena cipratannya dong. Hahahah..." tawa ketiga gadis yang masih belum menyadari kehadiran Olive membahana diruangan kantin yang lumayan rame, sepertinya anak-anak lain yang belum bisa pulang karena hujan juga menghabiskan waktu dikantin.
Olive melirik siapa saja yang menggosipinya, satu diantaranya ia kenal dengan nama Bella, salah satu teman sekelasnya yang rajin bergosip. Tak heran jika sebelum-sebelumnya, Bella memang terkenal sebagai tabloid berjalanan. Gosip terbaru apapun jelas selalu dia yang lebih tau dan menyebarkannya dulu dikelas, entah dapat info dari mana yang jelas Bella mengetahui hampir sebagian besar gosip yang sedang panas disekolahnya. Bahkan beberapa kali Olive juga sering mendengarkan berita yang Bella sampaikan, berguna juga untuk info sehari-hari, namun aneh rasanya saat justru topik yang diangkat mengenai dirinya.
"Wah nih anak nggak bisa dibiarin. Kayak cabe banget mulutnya," ucap Devi jelas terlihat kesal. Namun lagi-lagi Olive menahannya, kemudian ia melangkah memasuki kantin yang langsung membuat ketiga gadis yang baru saja menggosipinya terdiam, lalu sibuk membicarakan gosip lainnya. Bagi mereka jelas, bergosip adalah suatu rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan, entah itu memang kenyataan atau hanya desas desus yang belum bersumber. Seringkali, kebiasaan membuat seseorang tidak menyadari tindakan yang dilakukan itu salah atau tidak.
"Gue denger, anggota pramuka mau ngadain Camping ya minggu ini. Pasti kak Devo datengkan ya?" ucap Bella tepat saat Olive dan Devi melewati mejanya.
"Iya, tuh cowok kan ganteng banget. Yahh meski kelakuannya emang minus, tapi tetep bisa kok buat menarik perhatian. Sekalian cuci-cuci mata, Bukan cuma dia sih, Ilham, Rendy sama Arial kan juga ganteng selaku cs nya," jawab Esti ikutan pasang wajah tertarik.
"Lah si Aura kan sering nempelin tuh cowok, pasti bakalan diusir kalo kita ikutan nikmatin kegantengannya," kali ini bunga yang bersuara.
"Halah, tenang aja kali. Soal Aura mah gampang, tuh cewek aja yang kecentilan sering nempelin. Padahal jelas-jelas Devo nggak pernah respect, sok cantik banget nggak sih," keluh Bella pasang wajah sebel yang jelas dibuat-buat untuk mengundang tawa teman-temannya.
"Iya, bahkan kepedeannya perlu untuk dipertanyakan. Cantik-cantik kok kecentilannya kebangetan, hahahha..." lagi-lagi tawa ketiganya terdengar. Olive menghembuskan nafas lebih keras, membuat Devi melirik sekilas kearahnya. Sadar kalau sahabatnya ini terlihat kesal, sementara yang diperhatikan malah sibuk dengan menimbang minuman kaleng ditangannya. Kemudian gadis itu mengambil 2 lagi minuman kaleng yang tak jauh darinya dan melangkah mendekati meja ketiga penggosip yang sebelumnya bergosip tanpa dosa.
'Drukk'
Olive meletakkan ketiga minuman kaleng diatas meja sang penggosip, atau lebih tepat jika dibilang membantingnya, dan jelas langsung menarik perhatian beberapa orang yang memang masih berada dikantin, ketiga gadis itu menatap kearah Olive siap mau protes namun tertahan karena ingat bahwa sebelumnya gadis itu yang menjadi objek pembicaraan absurd mereka.
"Nggak takut keselek ya, ngomongin orang lain cuma bawa cemilan aja?" ucap Olive sambil melirik cemilan diatas meja "Nih minum, gratis. Biar makin puas gosipinnya. Kalian semua nggak mau mati muda kan?" lanjutnya dan kemudian melangkah pergi, Bunga yang mendengar nada ejekan itu jelas merasa nggak terima dan langsung berdiri dari duduknya, siap untuk mencecar Olive, namun kedua temannya yang lain langsung menahannya saat memperhatian beberapa tatapan mata dari anak-anak yang masih dikantin lainnya.
"Kamu baik-baik aja vie?" tanya Desi saat Olive kembali kesampingnya.
"Enggak, suasana hatiku jelaslah buruk. Ya udah, aku mendadak nggak laper. Aku balik kedepan lagi ya, kamu lanjutin aja tugasnya setelah makan. Aku duluan ya Dev..." lanjut Olive setelah menyerahkan 20.000 ribuan kearah kasir membayar minuman kaleng yang sebelumnya ia ambi. Mendadak ia menyesali tindakannya, kenapa tiba-tiba ia jadi tidak bisa mengontrol emosinya.
Selama hampir 3 tahun disekolahnya, Olive sendiri sudah tidak asing dengan kalimat itu, ia sering kali mendengar dirinya sebagai objek sebuah pergosipan. Apa lagi karena kondisi keuangannya yang memang tidak bagus, yahh itulah kenapa ia harus kerja Part time, hal itu jelas untuk membiayai uang sekolahnya. Keluarganya tidak termasuk dalam keluarga miskin, hanya saja kecukupan mereka lantas tidak membuat Olive merasa harus lebih membebankan kedua orang taunya.
Akibat kerja sambilannya, itu mungkin membuat Olive kurang sadar diri untuk belajar, ia tau itu. Karenanya ia tidak pernah mendahulukan emosinya untuk hal apapun. Ia merasa, apa yang mereka katakan toh benar adanya, jadi kenapa ia harus repot. Namun akhir-akhir ini emosinya seperti tidak terkendali, dan lagi-lagi hal ini mengingatkannya pada David.
Sudah 3 minggu ini pria itu terus berkeliaran disekelilingnya, ia sendiri justru sudah tidak ada tenaga lagi untuk mengusir pria itu menjauh. Tapi akibatnya emosinya menjadi tidak terkendali, entah kenapa meski kehadiran pria itu sudah mulai tidak terasa mengganggu, membuatnya lebih tidak nyaman lagi. Perasan aneh yang sering ia rasakan, terlebih saat terakhir kali pria itu membantunya. Olive sendiri merasa yakin kalau hidupnya sudah tidak sama lagi.
Sambil menggeleng pelan, dan menjauhkan fikiran-fikiran tentang David, Olive meraih hanphone ditas sekolahnya, sekadar untuk membuka IG, Whatshapp atau Webtoon untuk melupakan dunia nyatanya. Olive masih melangkahkan kaki pelan yang tanpa disadarinya langkahnya sudah melewati batas koridor sekolah, akibat ketidak fokusannya malah membuatnya harus menerima rintikan air yang menyisakan gerimis, untung hujan sudah mulai berhenti. Olive sendiri yakin kalau hujan masih sederas tadi, tidak membutuhkan waktu lama untuk membuatnya basah kuyup.
Sadar kalau hanya berdiam diri tidak akan menjadikan ia lebih baik, Olive mengangkat kedua tangannya untuk menutupi kepala dan siap berlari kearah koridor kembali, namun langkahnya terhenti saat hujan sudah tidak lagi membasahi tubuhnya, padahal ia yakin kalau koridor masih belum sampai dikakinya, perhatian itu membuat Olive mengangkat kepalanya, memastikan penglihatannya, saat menyadari sebuah payung yang bertengger melindunginya, Olive memutar cepat tubuhnya untuk mencari tau siapa penyelamatnya dan matanya membulat.
"Gue kira loe beneran mau mandi hujan," ucap Arial selaku sang penyelamat.
"Eh Arial, kamu belum balik?" tanya Olive basa-basi, mengabaikan kalimat Arial sebelumnya. Sementara otaknya berfikir keras, apa maksud dari pria ini membantunya, meskipun ia kurang bergaul, ia tentu saja mengenal salah satu pria populer disekolahnya, berkat sang penggosip yang baru saja ia labrak tentunya.
"Nggak nyangka loe kenal gue ternyata," balas Arial yang ikut mengabakan pertanyaan Olive.
"Kita nggak lagi main banyak-banyakin tanya dengan mengabaikan untuk menjawab kan?" kata Olive yang langsung dibalas cengiran Arial, kemudian keduanya berjalan kearah koridor untuk berteduh "Lagian siapa sih yang nggak kenal sama anak-anak populer sekolah ini," lanjut Olive setelah sampai dikoridor dan membiarkan Arial menutup payungnya.
"Oh ya? Emangnya gue termasuk anak populer ya? Gue nomor berapa?" tanya Arial sambil tersenyum.
"Menurut anak-anak sih dengan gosip beredar yang udah aku denger, kamu jelas termasuk anak populer nomor 3, setelah Devo dan Revan," jawab Olive setelah berfikir sejenak.
"Kalau menurut loe?" tanya Arial diluar dugaaan, membuat Olive yang sebelumnya baru selesai berfikir kembali harus berfikir akan maksud dari pertanyaan Arial yang menurutnya tidak terduga.
"Aku tidak terlalu suka bergosip, dan tentu saja aku juga tidak mengenal semua anak disekolah ini. Jadi jawabanya tidak tau," Olive menjawab selogis mungkin.
"Tapi setidaknya gue bisa berbangga diri dong karena loe yang notabenya beda kelas bisa kenal sama gue," balas Arial yang lagi-lagi membuat sebelah alis Olive berjengit bingung, berfikir keras kemana kira-kira pembicaraan ini akan berlanjut.
"Ehem, BDW kamu kenapa belum pulang?" tanya Olive mengalah dan mengubah topik pembicaraan.
"Gue abis keluar bareng temen gue yang lain dan kebagian ambil tas mereka, makanya kita nggak sengaja ketemu didepan. Itu kalo maksud pertanyaan loe sebenernya menanyakan kenapa gue ada diposisi tadi," jawab Arial yang mau nggak mau mau membuat Olive tersenyum, pria ini jelas termasuk salah satu pria ter-peka yang pernah ia temui, bagaimana bisa ia menyimpulkan sebuah pertanyaan dengan sebuah jawaban yang benar.
"Aku nggak bermaksud begitu," ucap Olive berkilah "Tapi tetap saja, Terimakasih sudah membantu," lanjutnya sambil tersenyum "Dan karena cuaca juga udah lebih bersahabat, aku permisi balik duluan ya," tutup Olive setelah memperhatikan rintik gerimis yang kian semakin berhenti.
"Masih lumayan gerimis lohh, yakin nggak nungguin gue ambil tas bentar. Nanti gue anter pulang deh," tawar Arial yang langsung mendapat gelengan Olive, sangking cepatnya ia yakin kalau kepalanya bisa lepas jika ini dilakukan tiap hari.
"Makasih, tapi aku bisa sendiri. Makasih juga buat yang tadi ya," balas Olive pamitan dan dibalas senyuman Arial, kemudian gadis itu melangkah pergi menuju haltle terdekat, ia sudah tidak bisa menyelamatkan keadaan lagi, jelas kalau ia akan terlambat tiba ditempat kerjanya.
Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 12
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
Nggak tau apakah ada yang masih nungguin ini cerbung, jelas jiwa kepo admin terasa terusik. Tapi langsung aja deh ya, kelanjutan Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero segera dilirik. Jangan lupa intip part sebelumnya kalau sudah lupa, klik saja disini.
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 11 |
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive melangkahkan kakinya santai saat balik masuk kelorong sekolahnya, ia membatalkan nitanya yang sebelumnya ingin pulang. Melihat cuaca yang sepertinya akan bertahan lebih lama mengguyur bumi, hujan yang jelas terlihat masih ingin berlama-lama menyapa makhluk bumi meskipun sadar sakitnya jatuh berkali-kali. Sekilas Olive melirik jam yang melingkar ditangannya, tepat pukul 13:00 Wib, Devi sendiri jelas masih sibuk diperpustakaan untuk menyelesaikan tugas sejarahnya. Anak itu memang terkenal rajin menyelesaikan PR nya disekolah, tepatnya diperpustakaan sekolah, lebih tenang dan banyak buku-buku referensi yang bisa membantu katanya. Dan olive juga tidak terkecuali hal itu, ia juga senang mengerjakan PR-nya disekolah, hanya saja seringnya tepat 5 menit sebelum soal dikumpulkan pada hari yang sama target peneyelesaian, bukan karena otaknya yang encer bisa mengerjakan dengan cepat, hanya karena ia tinggal menyalin PR dari Devi yang terkenal rajin mengerjakan tugasnya.
Ia sudah mengirim pesan pada Neza sekadar mengatakan mungkin akan terlambat masuk kerja hari ini karena alasan hujan, dan sudah mendapatkan persetujuan dari pria itu. Mengingat jarak rumah Neza yang memang tidak jauh dari Toko Buku, ia yakin kalau pria itu pasti selalu on time. Tepat saat Olive membelokkan tubuhnya dilorong koridor ia melihat Devi yang sepertinya juga baru menyadari kehadirannya. Gadis itu melambaikan sebelah tangannya, sementara tangannya yang lain menggengam sebuah buku yang Olive yakini sebagai buku tugasnya hari ini.
"Nggak jadi pulang kamu?" tanya Devi setelah mensejajarkan langkahnya.
"Hujan masih mau bermesraan bersama bumi, dan aku jelas tidak diberi kesempatan untuk mengganggunya," jawab Olive "Kamu sendiri, nggak jadi ngerjain tugas?" tanyanya.
"Jadi, masih setengah. Aku tiba-tiba lapar. Dan jelas perut kosong tidak bisa digunakan untuk mengerjakan sesuatu," jawab Devi sambil tersenyum "Kita kekantin kan?" lanjutnya yang menyadari langkah Olive jelas menuju kantin. Karena lorong yang sedang mereka telusuri hanya tersisa kantin diujung jalannya.
"Iya, sambil nunggu hujan. Dan cacing diperutku juga jelas berontak minta dikasi jatah makan siangnya," balas Olive yang langsung mendapat tawa dari Devi.
"Nggak heran sih kalo si Olive jadi parasit buat Devi," Deg. Kalimat itu membuat Devi dan Olive menghentikan langkahnya tepat saat hampir mencapai pintu kantin. Olive manahan tangan Devi saat gadis itu jelas bersiap ingin melabrak siapapun yang sedang membicarakan mereka.
"Iya, tuh anak kan selain dari golongan berada juga jelas pinternya. Gue masih heran sih kenapa si Devi mau aja berteman sama parasit satu itu," lanjut temannya yang lain sambil menikmati keripik singkong ditangannya.
"Gue sih curiga tuh anak punya dukun. Mrs Zero sepertinya akan lebih menonjok kalau deket sama temen yang terkenal baguskan, otomatis dia juga bakal kena cipratannya dong. Hahahah..." tawa ketiga gadis yang masih belum menyadari kehadiran Olive membahana diruangan kantin yang lumayan rame, sepertinya anak-anak lain yang belum bisa pulang karena hujan juga menghabiskan waktu dikantin.
Olive melirik siapa saja yang menggosipinya, satu diantaranya ia kenal dengan nama Bella, salah satu teman sekelasnya yang rajin bergosip. Tak heran jika sebelum-sebelumnya, Bella memang terkenal sebagai tabloid berjalanan. Gosip terbaru apapun jelas selalu dia yang lebih tau dan menyebarkannya dulu dikelas, entah dapat info dari mana yang jelas Bella mengetahui hampir sebagian besar gosip yang sedang panas disekolahnya. Bahkan beberapa kali Olive juga sering mendengarkan berita yang Bella sampaikan, berguna juga untuk info sehari-hari, namun aneh rasanya saat justru topik yang diangkat mengenai dirinya.
"Wah nih anak nggak bisa dibiarin. Kayak cabe banget mulutnya," ucap Devi jelas terlihat kesal. Namun lagi-lagi Olive menahannya, kemudian ia melangkah memasuki kantin yang langsung membuat ketiga gadis yang baru saja menggosipinya terdiam, lalu sibuk membicarakan gosip lainnya. Bagi mereka jelas, bergosip adalah suatu rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan, entah itu memang kenyataan atau hanya desas desus yang belum bersumber. Seringkali, kebiasaan membuat seseorang tidak menyadari tindakan yang dilakukan itu salah atau tidak.
"Gue denger, anggota pramuka mau ngadain Camping ya minggu ini. Pasti kak Devo datengkan ya?" ucap Bella tepat saat Olive dan Devi melewati mejanya.
"Iya, tuh cowok kan ganteng banget. Yahh meski kelakuannya emang minus, tapi tetep bisa kok buat menarik perhatian. Sekalian cuci-cuci mata, Bukan cuma dia sih, Ilham, Rendy sama Arial kan juga ganteng selaku cs nya," jawab Esti ikutan pasang wajah tertarik.
"Lah si Aura kan sering nempelin tuh cowok, pasti bakalan diusir kalo kita ikutan nikmatin kegantengannya," kali ini bunga yang bersuara.
"Halah, tenang aja kali. Soal Aura mah gampang, tuh cewek aja yang kecentilan sering nempelin. Padahal jelas-jelas Devo nggak pernah respect, sok cantik banget nggak sih," keluh Bella pasang wajah sebel yang jelas dibuat-buat untuk mengundang tawa teman-temannya.
"Iya, bahkan kepedeannya perlu untuk dipertanyakan. Cantik-cantik kok kecentilannya kebangetan, hahahha..." lagi-lagi tawa ketiganya terdengar. Olive menghembuskan nafas lebih keras, membuat Devi melirik sekilas kearahnya. Sadar kalau sahabatnya ini terlihat kesal, sementara yang diperhatikan malah sibuk dengan menimbang minuman kaleng ditangannya. Kemudian gadis itu mengambil 2 lagi minuman kaleng yang tak jauh darinya dan melangkah mendekati meja ketiga penggosip yang sebelumnya bergosip tanpa dosa.
'Drukk'
Olive meletakkan ketiga minuman kaleng diatas meja sang penggosip, atau lebih tepat jika dibilang membantingnya, dan jelas langsung menarik perhatian beberapa orang yang memang masih berada dikantin, ketiga gadis itu menatap kearah Olive siap mau protes namun tertahan karena ingat bahwa sebelumnya gadis itu yang menjadi objek pembicaraan absurd mereka.
"Nggak takut keselek ya, ngomongin orang lain cuma bawa cemilan aja?" ucap Olive sambil melirik cemilan diatas meja "Nih minum, gratis. Biar makin puas gosipinnya. Kalian semua nggak mau mati muda kan?" lanjutnya dan kemudian melangkah pergi, Bunga yang mendengar nada ejekan itu jelas merasa nggak terima dan langsung berdiri dari duduknya, siap untuk mencecar Olive, namun kedua temannya yang lain langsung menahannya saat memperhatian beberapa tatapan mata dari anak-anak yang masih dikantin lainnya.
"Kamu baik-baik aja vie?" tanya Desi saat Olive kembali kesampingnya.
"Enggak, suasana hatiku jelaslah buruk. Ya udah, aku mendadak nggak laper. Aku balik kedepan lagi ya, kamu lanjutin aja tugasnya setelah makan. Aku duluan ya Dev..." lanjut Olive setelah menyerahkan 20.000 ribuan kearah kasir membayar minuman kaleng yang sebelumnya ia ambi. Mendadak ia menyesali tindakannya, kenapa tiba-tiba ia jadi tidak bisa mengontrol emosinya.
Selama hampir 3 tahun disekolahnya, Olive sendiri sudah tidak asing dengan kalimat itu, ia sering kali mendengar dirinya sebagai objek sebuah pergosipan. Apa lagi karena kondisi keuangannya yang memang tidak bagus, yahh itulah kenapa ia harus kerja Part time, hal itu jelas untuk membiayai uang sekolahnya. Keluarganya tidak termasuk dalam keluarga miskin, hanya saja kecukupan mereka lantas tidak membuat Olive merasa harus lebih membebankan kedua orang taunya.
Akibat kerja sambilannya, itu mungkin membuat Olive kurang sadar diri untuk belajar, ia tau itu. Karenanya ia tidak pernah mendahulukan emosinya untuk hal apapun. Ia merasa, apa yang mereka katakan toh benar adanya, jadi kenapa ia harus repot. Namun akhir-akhir ini emosinya seperti tidak terkendali, dan lagi-lagi hal ini mengingatkannya pada David.
Sudah 3 minggu ini pria itu terus berkeliaran disekelilingnya, ia sendiri justru sudah tidak ada tenaga lagi untuk mengusir pria itu menjauh. Tapi akibatnya emosinya menjadi tidak terkendali, entah kenapa meski kehadiran pria itu sudah mulai tidak terasa mengganggu, membuatnya lebih tidak nyaman lagi. Perasan aneh yang sering ia rasakan, terlebih saat terakhir kali pria itu membantunya. Olive sendiri merasa yakin kalau hidupnya sudah tidak sama lagi.
Sambil menggeleng pelan, dan menjauhkan fikiran-fikiran tentang David, Olive meraih hanphone ditas sekolahnya, sekadar untuk membuka IG, Whatshapp atau Webtoon untuk melupakan dunia nyatanya. Olive masih melangkahkan kaki pelan yang tanpa disadarinya langkahnya sudah melewati batas koridor sekolah, akibat ketidak fokusannya malah membuatnya harus menerima rintikan air yang menyisakan gerimis, untung hujan sudah mulai berhenti. Olive sendiri yakin kalau hujan masih sederas tadi, tidak membutuhkan waktu lama untuk membuatnya basah kuyup.
Sadar kalau hanya berdiam diri tidak akan menjadikan ia lebih baik, Olive mengangkat kedua tangannya untuk menutupi kepala dan siap berlari kearah koridor kembali, namun langkahnya terhenti saat hujan sudah tidak lagi membasahi tubuhnya, padahal ia yakin kalau koridor masih belum sampai dikakinya, perhatian itu membuat Olive mengangkat kepalanya, memastikan penglihatannya, saat menyadari sebuah payung yang bertengger melindunginya, Olive memutar cepat tubuhnya untuk mencari tau siapa penyelamatnya dan matanya membulat.
"Gue kira loe beneran mau mandi hujan," ucap Arial selaku sang penyelamat.
"Eh Arial, kamu belum balik?" tanya Olive basa-basi, mengabaikan kalimat Arial sebelumnya. Sementara otaknya berfikir keras, apa maksud dari pria ini membantunya, meskipun ia kurang bergaul, ia tentu saja mengenal salah satu pria populer disekolahnya, berkat sang penggosip yang baru saja ia labrak tentunya.
"Nggak nyangka loe kenal gue ternyata," balas Arial yang ikut mengabakan pertanyaan Olive.
"Kita nggak lagi main banyak-banyakin tanya dengan mengabaikan untuk menjawab kan?" kata Olive yang langsung dibalas cengiran Arial, kemudian keduanya berjalan kearah koridor untuk berteduh "Lagian siapa sih yang nggak kenal sama anak-anak populer sekolah ini," lanjut Olive setelah sampai dikoridor dan membiarkan Arial menutup payungnya.
"Oh ya? Emangnya gue termasuk anak populer ya? Gue nomor berapa?" tanya Arial sambil tersenyum.
"Menurut anak-anak sih dengan gosip beredar yang udah aku denger, kamu jelas termasuk anak populer nomor 3, setelah Devo dan Revan," jawab Olive setelah berfikir sejenak.
"Kalau menurut loe?" tanya Arial diluar dugaaan, membuat Olive yang sebelumnya baru selesai berfikir kembali harus berfikir akan maksud dari pertanyaan Arial yang menurutnya tidak terduga.
"Aku tidak terlalu suka bergosip, dan tentu saja aku juga tidak mengenal semua anak disekolah ini. Jadi jawabanya tidak tau," Olive menjawab selogis mungkin.
"Tapi setidaknya gue bisa berbangga diri dong karena loe yang notabenya beda kelas bisa kenal sama gue," balas Arial yang lagi-lagi membuat sebelah alis Olive berjengit bingung, berfikir keras kemana kira-kira pembicaraan ini akan berlanjut.
"Ehem, BDW kamu kenapa belum pulang?" tanya Olive mengalah dan mengubah topik pembicaraan.
"Gue abis keluar bareng temen gue yang lain dan kebagian ambil tas mereka, makanya kita nggak sengaja ketemu didepan. Itu kalo maksud pertanyaan loe sebenernya menanyakan kenapa gue ada diposisi tadi," jawab Arial yang mau nggak mau mau membuat Olive tersenyum, pria ini jelas termasuk salah satu pria ter-peka yang pernah ia temui, bagaimana bisa ia menyimpulkan sebuah pertanyaan dengan sebuah jawaban yang benar.
"Aku nggak bermaksud begitu," ucap Olive berkilah "Tapi tetap saja, Terimakasih sudah membantu," lanjutnya sambil tersenyum "Dan karena cuaca juga udah lebih bersahabat, aku permisi balik duluan ya," tutup Olive setelah memperhatikan rintik gerimis yang kian semakin berhenti.
"Masih lumayan gerimis lohh, yakin nggak nungguin gue ambil tas bentar. Nanti gue anter pulang deh," tawar Arial yang langsung mendapat gelengan Olive, sangking cepatnya ia yakin kalau kepalanya bisa lepas jika ini dilakukan tiap hari.
"Makasih, tapi aku bisa sendiri. Makasih juga buat yang tadi ya," balas Olive pamitan dan dibalas senyuman Arial, kemudian gadis itu melangkah pergi menuju haltle terdekat, ia sudah tidak bisa menyelamatkan keadaan lagi, jelas kalau ia akan terlambat tiba ditempat kerjanya.
Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 12
Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 11
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.739 Word
- Serial : Part 11
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar