Sudah ada yang lupa sama cerbung Romantis mr hero vs mrs Zero kah? Atau masih setia menunggu setiap kelanjutannya?
Langsung aja deh kalau gitu yah, cekidot segera lirik juga part sebelumnya Mr Hero vs Mrs Zero part 07. Happy reading
“Aku bilang, aku minta maaf...” ulang Olive saat dilihatnya David masih terdiam menatapnya, masih dengan tatapan seolah tidak percaya. Gadis itu siap berbalik pergi saat tiba-tiba David menahannya dengan mencekal lengan gadis itu. Olive kembali menoleh.
“Apa maksudmu minta maaf tapi langsung pergi,” ucap David sambil berdiri. Gadis itu menatapnya kesal, memangnya siapa yang mau dikacangin “Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat,” lanjut pria itu dan menggandeng tangan gadis itu menuju kearah kasir tepat dimana Neza berada.
Olive masih belum mengetahui apa yang terjadi saat pria itu mengeluarkan dompetnya, mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dan meletakkannya diatas meja, kemudian David menatap kearah Neza yang juga sedang menatap pria itu.
“Aku pinjam gadis ini, dan carikan alasan apapun untuknya kalau pemilik toko datang,” ucap David yang lebih tepat jika dibilang perintah. Kalimat itu sukses membuat Neza dan Olive membulatkan matanya, astaga apa-apaan ini.
“David, tunggu... akuu...” Olive belum menyelesaikan ucapannya saat pria itu menariknya segera, bahkan gadis itu menyambar tasnya dengan cepat yang disodorkan Neza kearahnya. Untung saja pria itu lebih tanggap dari pada yang ia duga. Padahal pria itu jelas masih kaget dan tidak sempat menahan David, sepertinya gerak refleks pria itu perlu diacungi jempol.
“Loh David, mau kemana?” tanya seorang gadis yang berada didepan pintu saat David dan Olive keluar.
“Aku masih ada urusan, kamu pulang sendiri saja,” ucap David langsung tanpa menoleh. Bahkan pria itu terus berjalan sambil menggandeng tangan Olive yang masih tidak tau dengan apa yang terjadi.
“Tapi aku...” ucapan gadis itu terhenti saat David berbalik arah dan menghampirinya kembali. Namun bukan untuk menjelaskan, pria itu hanya mengambil uang dari sakunya dan langsung menyerahkan pada gadis itu. Bahkan ia tidak perlu susah-susah untuk mengecek berapa yang ia berikan. Kemudian pria itu kembali berbalik melangkah pergi tidak mendengarkan gadis itu yang masih ingin menahannya.
“Apa yang kamu lakukan?” ucap Olive akhirnya saat keduanya tiba ditempat parkir, David masih terdiam dan malah memasangkan helm pada gadis itu, tidak memperdulikan Olive yang protes. Kemudian pria itu menghidupkan motornya, menarik tangan gadis itu dan mengisyaratkan untuk mengikutinya. Olive terdiam sesaat sambil berfikir namun kemudian ia mengikuti kemauan pria itu. Perlahan Olive manaiki motornya dan membiarkan dirinya dibawa David kemanapun yang pria itu inginkan. Dalam hati ia hanya bisa berharap semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi.
Selama perjalanan, tidak ada yang membuka untuk sebuah pembicaraan. Olive hanya memperhatikan kemana arah jalan yang dilewatinya, berusaha untuk merekam dalam ingatannya. Setidaknya ia harus tau kemana ia akan pergi, kemudian David menghentikan motornya saat tiba disebuah pasar loakan kecil.
“Ayo turun,” ajak pria itu setelah memparkir motornya. Olive mengikutinya dan membuka helmnya, masih tidak tau dengan jalan fikiran David gadis itu menyerahkan helm ditangannya.
Olive masih terdiam saat pria itu membawanya menelusuri jalan setapak yang kiri kanan menjual berbagai jenis koleksi acesories, pria itu melihat kesekeliling dan memperhatikan apa yang ada ditoko acesories yang dilewatinya. Mau tidak mau Olive mengikutinya dan kemudian pria itu berhenti disalah satu toko dan memperhatikan lebih seksama apa saja yang dijual disana. Kemudian pria itu melirik kearah Olive sambil tersenyum misterius yang membuat gadis itu mengangkat kedua alisnya bingung.
“Aku mau yang itu,...” tunjuk David kearah salah satu acesories yang dijual ditoko, Olive melirik sekilas dan mencari tau apa yang dimaksud, ia melihat sepasang sampul tangan hitam bergaris biru kemudian kembali menatap kearah David “Hadiah sebagai permintaan maafmu,” lanjutnya seolah menjawab kebingungan dari raut wajah Olive.
Olive berfikir sesaat, ia sama sekali tidak menyangka akan tindakan kekanakan dari pria itu, namun juga merasa mungkin memang seharusnya ia membelikannya. Akhirnya Olive maju satu langkah kedepan tepat didepan seorang gadis yang mengambil sampul tangan yang tadi dilihatnya.
“Berapa harganya ini pak?” tanya sang gadis kearah penjual. Olive menatap kearah David yang kini tampak sedang cemberut, seolah mainan kesayangannya sedang diambil secara paksa tanpa bisa ia bantah.
“Aku akan membelikanmu setelahnya,” ucap Olive berusaha untuk menenangkan pria itu dan membuat David menunjukkan kembali wajah normalnya. Olive kembali menatap kearah sang penjual saat gadis disampingnya membayar untuk belanjanya kemudian melangkah pergi.
“Tolong, satu sampul tangan yang sama ya pak,” ucap Olive saat menyadari sampul tangan yang sama tidak ada ditempat tumpukan sampul tangan yang tersisa.
“Sebentar ya,” ucap penjual acesories dan mulai mencarinya ditumpukan jualannya yang lain. Olive membalas dengan anggukan dan sebuah senyuman, kemudian kembali menatap kesal kearah pria itu yang tampak sedang tersenyum senang. Sangat kekanak-kananakan. Namun tetap saja Olive tidak berkomentar, mengingat kejujurannya malah berakibat buruk beberapa waktu terakhir.
“Maaf mba, untuk corak yang sama sudah habis terjual. Hanya tinggal ini yang tersisa,” ucap sang penjual sambil menunjuk beberapa sampul tangan yang tersisa, ada yang berwarna merah polos, hijau pekat dan kuning keemasan. Olive merasa warna yang tersisa sama sekali tidak cocok untuk David, namun ia tetap menatap pria itu.
“Bagaimana?” tanya Olive, dan sesuai dugaan pria itu langsung menggeleng cepat “Baiklah, kita cari ditoko lainnya ya,” ajaknya sambil melangkah menuju kearah toko sebelah. David mengikutinya dan pria itu masih dengan wajah cemberutnya yakin sekali dalam tatapannya menyalahkan Olive yang tidak lebih cepat. Akhirnya setelah menghembuskan nafas berat gadis itu melanjutkan pencariannya.
“Ini semua karenamu,” tuding David langsung saat tidak menemukan sampul tangan yang sama dideretan toko lainnya.
“Bagaimana bisa kamu menyalahkanku,” Olive tidak terima.
“Jelas itu karenamu yang membiarkan gadis itu memilikinya lebih dulu,” balas David kesal.
“Aku kan sudah minta maaf sebelumnya dan mau mencari ditoko lainnya. Bukan salahku jika barang yang sama sudah habis terjual dan tidak ada stok lagi bukan?” Ucap Olive tidak mau kalah.
“Pokoknya ayo kita cari lagi, aku sudah bilang sampul tangan itu sebagai permintaan maafmu bukan?” kata David tidak mau kalah. Olive kembali menghembuskan nafasnya lelah.
“Baiklah. Aku tarik kembali ucapanku tadi,” Ucap Olive kemudian dan berbalik, David mengikuti langkahnya bingung akan sepatah kalimat yang Olive ucapkan “Aku tidak jadi minta maaf,” lanjutnya berusaha untuk menjelaskan yang membuat David langsung menatapnya kaget, kemudian mempercepat langkahnya dan berhenti tepat didepan gadis itu, memaksa gadisnya untuk ikut berhenti dan membalas tatapannya.
“Apa-apaan itu, mana ada permintaan maaf ditarik kembali,” protes David langsung.
“Aku menyesali keputusan gegabahku, aku sama sekali tidak menyangka kalau itu sesulit ini,” jawab Olive santai, meskipun ia yakin bahwa sebenarnya pria itu juga sudah memaafkannya.
“Tidak bisa, karena aku sudah terlanjur mengatakan akan memaafkanmu, aku juga tidak akan bisa menariknya kembali. Kalau begitu ayo ikut menghabiskan waktu denganku,” ucap David setelah beberapa saat. Olive terdiam untuk berfikir, namun akhirnya mengiyakan permintaan pria itu. Terbukti dengan dirinya yang melangkah kearah dimana motornya diparkir, tanpa sadar David tersenyum melihatnya.
“Pantai?” Olive menaikkan sebelah alisnya saat David menurunkannya ditempat parkir disebuah pantai yang tampak lebih indah dari biasanya, entah karena memang cuaca yang sedang cerah atau karena Olive sendiri memang sudah lama sekali tidak menghabiskan waktunya diluar seperti sekarang ini.
“Kita lihat matahari terbenam disini ya?” pinta David sambil tersenyum manis, Olive masih terdiam seolah berfikir “Sebagai ganti permintaan maafmu, tentu saja,” lanjutnya yang langsung membuat senyum sinis dari Olive, namun gadis itu tidak membantah dan malah melangkah meninggalkan David kearah bibir pantai, perlahan David tersenyum lebih lebar dan melangkah mengikuti gadisnya, setidaknya kali ini gadis itu tidak membantahnya.
Olive melepas sepatu yang ia kenakan, kemudian menjinjingnya setelah sebelumnya menggulung celananya lebih tinggai, perlahan ia melangkah kearah air dan merasakan betapa nikmatnya menenggelamkan hampir setengah kakinya kedalam air, rasa dingin itu membuat bibirnya tersenyum lebar. Ditambah dengan angin yang sepoy-sepoy membuatnya tidak bisa menahan diri untuk merenggangkan tangan, menutup matanya dan menengadah keatas, benar-benar menikmati suasana.
Mungkin nanti ia akan berterimakasih pada David, setidaknya karena pria itu ia bisa menikmati suasana liburan ini, untuk urusan pekerjaan ia hanya berdoa semoga semuanya baik-baik saja. Dari pada menyesali diri dan sibuk berfikir apa yang akan terjadi nanti, ia lebih memilih untuk menikamti apa yang seharusnya ia nikmati.
“Aku memaafkanmu,” ucap David tepat disampingnya, membuat Olive membuka mata dan melirik kearah David. Pria itu tampak tersenyum manis yang mau tidak mau juga membuat Olive ikut tersenyum, mungkin memang senyum itu bisa menular kan ya?
“Aku tau, tapi tetap saja. Terimakasih,” balas Olive tulus.
“Boleh aku bertanya?” tanya David yang membuat Olive mengagguk mempersilahkan pria itu untuk melanjutkan ucapannya “Kalau kamu bisa tertawa dan tersenyum semanis itu, kenapa kamu malah menyembunyikannya?” lanjutnya yang membuat Olive menaikkan sebelah alisnya.
“Idih, basi banget sih loe...” balas Olive sambil mendorong tangan David dengan tangannya yang bebas, namun senyuman tetap bertengger dibibir manisnya, sedikit membuat wajahnya terasa memerah.
“Tetep aja loe suka kan? Buktinya wajah loe merah gitu...” kata David bangga.
“Loe nggak lihat matahari diufuk barat sana, ini efek matahari kali...” kilah Olive langsung, kemudian memilih untuk melangkah menyusuri tepian pantai dan memainkan air dengan kakinya.
“Masih belum terpesona padaku?” tanya David yang kini mengikutinya melangkah disamping pantai.
“Pertanyaanmu membuatku tidak nyaman,” aku Olive jujur.
“Aku akan membuatmu terbiasa dengan terus mengatakannya,” jawab David tidak mau kalah. “Aku yakin, kamu tidak akan menyesal jika mengenalku lebih baik nantinya,” lanjutnya pasti.
“Kepercayaan dirimu perlu dipertanyakan, memangnya dulu ibu loe ngidam apaan sih pas hamil?” tanya Olive berusaha untuk ngelawak.
“Kenapa? Loe mau nyontoh juga, boleh kapan-kapan kita makan bareng sama orang tua gue. Tapi sepertinya akan lebih efektif dan 90% berhasil saat gue yang jadi bapaknya,” jawab David sambil nyengir kuda. Olive menatap sebel kearahnya, tidak menanggapi lawakan garing David.
“Gue serius...” ucap David sambil menahan tangan Olive dan memaksa gadis itu untuk menatap kearahnya, “Setidaknya berikan gue kesempatan untuk ngebuktikan ucapan gue,” lanjutnya “Gue janji, bakal nunjukin ke elo seberapa kesungguhan gue, agar loe nggak bakal ngejudge gue dengan kepalsuan seperti beberapa waktu lalu,” Jelas terdengar sindiran didalamnya.
“Loe masih tersinggung ya?” bukannya menanggapi ucapan ngaco David, Olive lebih memilih untuk menyuarakan kata hatinya. Jelas saja ia merasa tidak enak akan ucapan pria itu. Terdengar sedikit menyakitkan untuk mengingatnya kembali.
“Awalnya ia, tapi sekarang enggak. Gue tau gue memang penuh kepalsuan sebelumnya, tapi tetap saja harga diri gue menjadi taruhannya kalau gue menyerah sekarang. Gue bakal ngebuktikan ke elo kalau gue memang bersungguh-sungguh,” ucap David sambil tersenyum, meskipun ini pertama kalinya bagi Olive untuk mendengar sebuah pengakuan, namun entah kenapa ia merasa yakin pada ucapan pria itu.
“Dengan cara?” tanya Olive memastikan.
“Loe lihat saja nanti,” jawab David sok misterius “Dan gue mengartikan pertanyaan loe sebagai jawaban kalau loe nggak keberatan,” putus David semaunya.
“Loh memangnya kapan gue...”
“Matahari mulai terbenam...” potong David sambil menggerakkan dagunya kearah ufuk barat, Olive mengikuti kemana pandangan yang harus dilihatnya, dan kali ini sungguh membuat bibirnya melengkung membentuk senyuman kebahagiaan, ciptaan Tuhan sungguh menakjubkan. Maka dari nikmat Tuhanmu, yang mana lagikah yang kamu dustakan? Kalimat itu terus terucap dalam hati Olive saat menikmati keindahan didepannya, ia bahkan tidak menyadari saat David terus menatapnya disamping.
Bukan hanya itu, jelas ia juga tidak sadar saat ada seseorang yang dengan tanpa permisi mengabadikan moment yang ia rasakan saat ini dengan melukis dengan cepat sketsa yang ia lihat (Read : Cerpen cinta 'Jadilah Pacarku'). Ia memang tidak memperhatikan jika rasa hangat yang ia rasakan menular dari tangannya yang masih digengam pria itu. Rasa hangat yang menyenangkan dan ia berjanji akan mengingat kenangan indah ini selama ia hidup.
Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 09
Detail cerita Mr Hero vs Mrs Zero
Langsung aja deh kalau gitu yah, cekidot segera lirik juga part sebelumnya Mr Hero vs Mrs Zero part 07. Happy reading
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero |
Mr Hero vs Mrs Zero
“Aku bilang, aku minta maaf...” ulang Olive saat dilihatnya David masih terdiam menatapnya, masih dengan tatapan seolah tidak percaya. Gadis itu siap berbalik pergi saat tiba-tiba David menahannya dengan mencekal lengan gadis itu. Olive kembali menoleh.
“Apa maksudmu minta maaf tapi langsung pergi,” ucap David sambil berdiri. Gadis itu menatapnya kesal, memangnya siapa yang mau dikacangin “Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat,” lanjut pria itu dan menggandeng tangan gadis itu menuju kearah kasir tepat dimana Neza berada.
Olive masih belum mengetahui apa yang terjadi saat pria itu mengeluarkan dompetnya, mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dan meletakkannya diatas meja, kemudian David menatap kearah Neza yang juga sedang menatap pria itu.
“Aku pinjam gadis ini, dan carikan alasan apapun untuknya kalau pemilik toko datang,” ucap David yang lebih tepat jika dibilang perintah. Kalimat itu sukses membuat Neza dan Olive membulatkan matanya, astaga apa-apaan ini.
“David, tunggu... akuu...” Olive belum menyelesaikan ucapannya saat pria itu menariknya segera, bahkan gadis itu menyambar tasnya dengan cepat yang disodorkan Neza kearahnya. Untung saja pria itu lebih tanggap dari pada yang ia duga. Padahal pria itu jelas masih kaget dan tidak sempat menahan David, sepertinya gerak refleks pria itu perlu diacungi jempol.
“Loh David, mau kemana?” tanya seorang gadis yang berada didepan pintu saat David dan Olive keluar.
“Aku masih ada urusan, kamu pulang sendiri saja,” ucap David langsung tanpa menoleh. Bahkan pria itu terus berjalan sambil menggandeng tangan Olive yang masih tidak tau dengan apa yang terjadi.
“Tapi aku...” ucapan gadis itu terhenti saat David berbalik arah dan menghampirinya kembali. Namun bukan untuk menjelaskan, pria itu hanya mengambil uang dari sakunya dan langsung menyerahkan pada gadis itu. Bahkan ia tidak perlu susah-susah untuk mengecek berapa yang ia berikan. Kemudian pria itu kembali berbalik melangkah pergi tidak mendengarkan gadis itu yang masih ingin menahannya.
“Apa yang kamu lakukan?” ucap Olive akhirnya saat keduanya tiba ditempat parkir, David masih terdiam dan malah memasangkan helm pada gadis itu, tidak memperdulikan Olive yang protes. Kemudian pria itu menghidupkan motornya, menarik tangan gadis itu dan mengisyaratkan untuk mengikutinya. Olive terdiam sesaat sambil berfikir namun kemudian ia mengikuti kemauan pria itu. Perlahan Olive manaiki motornya dan membiarkan dirinya dibawa David kemanapun yang pria itu inginkan. Dalam hati ia hanya bisa berharap semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi.
Mr Hero vs Mrs Zero
Selama perjalanan, tidak ada yang membuka untuk sebuah pembicaraan. Olive hanya memperhatikan kemana arah jalan yang dilewatinya, berusaha untuk merekam dalam ingatannya. Setidaknya ia harus tau kemana ia akan pergi, kemudian David menghentikan motornya saat tiba disebuah pasar loakan kecil.
“Ayo turun,” ajak pria itu setelah memparkir motornya. Olive mengikutinya dan membuka helmnya, masih tidak tau dengan jalan fikiran David gadis itu menyerahkan helm ditangannya.
Olive masih terdiam saat pria itu membawanya menelusuri jalan setapak yang kiri kanan menjual berbagai jenis koleksi acesories, pria itu melihat kesekeliling dan memperhatikan apa yang ada ditoko acesories yang dilewatinya. Mau tidak mau Olive mengikutinya dan kemudian pria itu berhenti disalah satu toko dan memperhatikan lebih seksama apa saja yang dijual disana. Kemudian pria itu melirik kearah Olive sambil tersenyum misterius yang membuat gadis itu mengangkat kedua alisnya bingung.
“Aku mau yang itu,...” tunjuk David kearah salah satu acesories yang dijual ditoko, Olive melirik sekilas dan mencari tau apa yang dimaksud, ia melihat sepasang sampul tangan hitam bergaris biru kemudian kembali menatap kearah David “Hadiah sebagai permintaan maafmu,” lanjutnya seolah menjawab kebingungan dari raut wajah Olive.
Olive berfikir sesaat, ia sama sekali tidak menyangka akan tindakan kekanakan dari pria itu, namun juga merasa mungkin memang seharusnya ia membelikannya. Akhirnya Olive maju satu langkah kedepan tepat didepan seorang gadis yang mengambil sampul tangan yang tadi dilihatnya.
“Berapa harganya ini pak?” tanya sang gadis kearah penjual. Olive menatap kearah David yang kini tampak sedang cemberut, seolah mainan kesayangannya sedang diambil secara paksa tanpa bisa ia bantah.
“Aku akan membelikanmu setelahnya,” ucap Olive berusaha untuk menenangkan pria itu dan membuat David menunjukkan kembali wajah normalnya. Olive kembali menatap kearah sang penjual saat gadis disampingnya membayar untuk belanjanya kemudian melangkah pergi.
“Tolong, satu sampul tangan yang sama ya pak,” ucap Olive saat menyadari sampul tangan yang sama tidak ada ditempat tumpukan sampul tangan yang tersisa.
“Sebentar ya,” ucap penjual acesories dan mulai mencarinya ditumpukan jualannya yang lain. Olive membalas dengan anggukan dan sebuah senyuman, kemudian kembali menatap kesal kearah pria itu yang tampak sedang tersenyum senang. Sangat kekanak-kananakan. Namun tetap saja Olive tidak berkomentar, mengingat kejujurannya malah berakibat buruk beberapa waktu terakhir.
“Maaf mba, untuk corak yang sama sudah habis terjual. Hanya tinggal ini yang tersisa,” ucap sang penjual sambil menunjuk beberapa sampul tangan yang tersisa, ada yang berwarna merah polos, hijau pekat dan kuning keemasan. Olive merasa warna yang tersisa sama sekali tidak cocok untuk David, namun ia tetap menatap pria itu.
“Bagaimana?” tanya Olive, dan sesuai dugaan pria itu langsung menggeleng cepat “Baiklah, kita cari ditoko lainnya ya,” ajaknya sambil melangkah menuju kearah toko sebelah. David mengikutinya dan pria itu masih dengan wajah cemberutnya yakin sekali dalam tatapannya menyalahkan Olive yang tidak lebih cepat. Akhirnya setelah menghembuskan nafas berat gadis itu melanjutkan pencariannya.
“Ini semua karenamu,” tuding David langsung saat tidak menemukan sampul tangan yang sama dideretan toko lainnya.
“Bagaimana bisa kamu menyalahkanku,” Olive tidak terima.
“Jelas itu karenamu yang membiarkan gadis itu memilikinya lebih dulu,” balas David kesal.
“Aku kan sudah minta maaf sebelumnya dan mau mencari ditoko lainnya. Bukan salahku jika barang yang sama sudah habis terjual dan tidak ada stok lagi bukan?” Ucap Olive tidak mau kalah.
“Pokoknya ayo kita cari lagi, aku sudah bilang sampul tangan itu sebagai permintaan maafmu bukan?” kata David tidak mau kalah. Olive kembali menghembuskan nafasnya lelah.
“Baiklah. Aku tarik kembali ucapanku tadi,” Ucap Olive kemudian dan berbalik, David mengikuti langkahnya bingung akan sepatah kalimat yang Olive ucapkan “Aku tidak jadi minta maaf,” lanjutnya berusaha untuk menjelaskan yang membuat David langsung menatapnya kaget, kemudian mempercepat langkahnya dan berhenti tepat didepan gadis itu, memaksa gadisnya untuk ikut berhenti dan membalas tatapannya.
“Apa-apaan itu, mana ada permintaan maaf ditarik kembali,” protes David langsung.
“Aku menyesali keputusan gegabahku, aku sama sekali tidak menyangka kalau itu sesulit ini,” jawab Olive santai, meskipun ia yakin bahwa sebenarnya pria itu juga sudah memaafkannya.
“Tidak bisa, karena aku sudah terlanjur mengatakan akan memaafkanmu, aku juga tidak akan bisa menariknya kembali. Kalau begitu ayo ikut menghabiskan waktu denganku,” ucap David setelah beberapa saat. Olive terdiam untuk berfikir, namun akhirnya mengiyakan permintaan pria itu. Terbukti dengan dirinya yang melangkah kearah dimana motornya diparkir, tanpa sadar David tersenyum melihatnya.
Mr Hero vs Mrs Zero
“Pantai?” Olive menaikkan sebelah alisnya saat David menurunkannya ditempat parkir disebuah pantai yang tampak lebih indah dari biasanya, entah karena memang cuaca yang sedang cerah atau karena Olive sendiri memang sudah lama sekali tidak menghabiskan waktunya diluar seperti sekarang ini.
“Kita lihat matahari terbenam disini ya?” pinta David sambil tersenyum manis, Olive masih terdiam seolah berfikir “Sebagai ganti permintaan maafmu, tentu saja,” lanjutnya yang langsung membuat senyum sinis dari Olive, namun gadis itu tidak membantah dan malah melangkah meninggalkan David kearah bibir pantai, perlahan David tersenyum lebih lebar dan melangkah mengikuti gadisnya, setidaknya kali ini gadis itu tidak membantahnya.
Olive melepas sepatu yang ia kenakan, kemudian menjinjingnya setelah sebelumnya menggulung celananya lebih tinggai, perlahan ia melangkah kearah air dan merasakan betapa nikmatnya menenggelamkan hampir setengah kakinya kedalam air, rasa dingin itu membuat bibirnya tersenyum lebar. Ditambah dengan angin yang sepoy-sepoy membuatnya tidak bisa menahan diri untuk merenggangkan tangan, menutup matanya dan menengadah keatas, benar-benar menikmati suasana.
Mungkin nanti ia akan berterimakasih pada David, setidaknya karena pria itu ia bisa menikmati suasana liburan ini, untuk urusan pekerjaan ia hanya berdoa semoga semuanya baik-baik saja. Dari pada menyesali diri dan sibuk berfikir apa yang akan terjadi nanti, ia lebih memilih untuk menikamti apa yang seharusnya ia nikmati.
“Aku memaafkanmu,” ucap David tepat disampingnya, membuat Olive membuka mata dan melirik kearah David. Pria itu tampak tersenyum manis yang mau tidak mau juga membuat Olive ikut tersenyum, mungkin memang senyum itu bisa menular kan ya?
“Aku tau, tapi tetap saja. Terimakasih,” balas Olive tulus.
“Boleh aku bertanya?” tanya David yang membuat Olive mengagguk mempersilahkan pria itu untuk melanjutkan ucapannya “Kalau kamu bisa tertawa dan tersenyum semanis itu, kenapa kamu malah menyembunyikannya?” lanjutnya yang membuat Olive menaikkan sebelah alisnya.
“Idih, basi banget sih loe...” balas Olive sambil mendorong tangan David dengan tangannya yang bebas, namun senyuman tetap bertengger dibibir manisnya, sedikit membuat wajahnya terasa memerah.
“Tetep aja loe suka kan? Buktinya wajah loe merah gitu...” kata David bangga.
“Loe nggak lihat matahari diufuk barat sana, ini efek matahari kali...” kilah Olive langsung, kemudian memilih untuk melangkah menyusuri tepian pantai dan memainkan air dengan kakinya.
“Masih belum terpesona padaku?” tanya David yang kini mengikutinya melangkah disamping pantai.
“Pertanyaanmu membuatku tidak nyaman,” aku Olive jujur.
“Aku akan membuatmu terbiasa dengan terus mengatakannya,” jawab David tidak mau kalah. “Aku yakin, kamu tidak akan menyesal jika mengenalku lebih baik nantinya,” lanjutnya pasti.
“Kepercayaan dirimu perlu dipertanyakan, memangnya dulu ibu loe ngidam apaan sih pas hamil?” tanya Olive berusaha untuk ngelawak.
“Kenapa? Loe mau nyontoh juga, boleh kapan-kapan kita makan bareng sama orang tua gue. Tapi sepertinya akan lebih efektif dan 90% berhasil saat gue yang jadi bapaknya,” jawab David sambil nyengir kuda. Olive menatap sebel kearahnya, tidak menanggapi lawakan garing David.
“Gue serius...” ucap David sambil menahan tangan Olive dan memaksa gadis itu untuk menatap kearahnya, “Setidaknya berikan gue kesempatan untuk ngebuktikan ucapan gue,” lanjutnya “Gue janji, bakal nunjukin ke elo seberapa kesungguhan gue, agar loe nggak bakal ngejudge gue dengan kepalsuan seperti beberapa waktu lalu,” Jelas terdengar sindiran didalamnya.
“Loe masih tersinggung ya?” bukannya menanggapi ucapan ngaco David, Olive lebih memilih untuk menyuarakan kata hatinya. Jelas saja ia merasa tidak enak akan ucapan pria itu. Terdengar sedikit menyakitkan untuk mengingatnya kembali.
“Awalnya ia, tapi sekarang enggak. Gue tau gue memang penuh kepalsuan sebelumnya, tapi tetap saja harga diri gue menjadi taruhannya kalau gue menyerah sekarang. Gue bakal ngebuktikan ke elo kalau gue memang bersungguh-sungguh,” ucap David sambil tersenyum, meskipun ini pertama kalinya bagi Olive untuk mendengar sebuah pengakuan, namun entah kenapa ia merasa yakin pada ucapan pria itu.
“Dengan cara?” tanya Olive memastikan.
“Loe lihat saja nanti,” jawab David sok misterius “Dan gue mengartikan pertanyaan loe sebagai jawaban kalau loe nggak keberatan,” putus David semaunya.
“Loh memangnya kapan gue...”
“Matahari mulai terbenam...” potong David sambil menggerakkan dagunya kearah ufuk barat, Olive mengikuti kemana pandangan yang harus dilihatnya, dan kali ini sungguh membuat bibirnya melengkung membentuk senyuman kebahagiaan, ciptaan Tuhan sungguh menakjubkan. Maka dari nikmat Tuhanmu, yang mana lagikah yang kamu dustakan? Kalimat itu terus terucap dalam hati Olive saat menikmati keindahan didepannya, ia bahkan tidak menyadari saat David terus menatapnya disamping.
Bukan hanya itu, jelas ia juga tidak sadar saat ada seseorang yang dengan tanpa permisi mengabadikan moment yang ia rasakan saat ini dengan melukis dengan cepat sketsa yang ia lihat (Read : Cerpen cinta 'Jadilah Pacarku'). Ia memang tidak memperhatikan jika rasa hangat yang ia rasakan menular dari tangannya yang masih digengam pria itu. Rasa hangat yang menyenangkan dan ia berjanji akan mengingat kenangan indah ini selama ia hidup.
Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 09
Detail cerita Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 08
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.825 Word
- Serial : Part 08
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar