Mulai distabilin mau update perminggu ternyata nggak mudah juga ya. Tapi tetep saja kok, admin posting dimaksimalkan bisa ya. Masih dengan Mr Hero vs Mrs Zero dan kali ini sudah part 03.
Untuk yang sudah lupa sama part sebelumnya, bisa langsung dicek disini saja. Happy reading ya all...
Bel istirahat baru saja terdengar dan hampir seisi kelas langsung beramburan keluar kantin untuk mengisi perut mereka masing-masing saat guru yang mengajar telah pergi, David yang masih menyandarkan kepalanya diatas meja segera bangkit dan menyadari Dion bersama Hendra yang menghampirinya.
“Ada apa dengan wajahmu,?” tanya Dion kearah David yang bersandar dikursinya dengan tampang kusut.
“Persis seperti Dion saat putus dengan Ema, aku tidak menyangka kalau kamu juga bisa berexpresi seperti ini,” balas Hendra sambil tersenyum mengejek.
“Hei, siapa yang mengizinkanmu menyebut nama gadis itu,” ucap Dion kesal yang malah dibalas tawa sahabatnya.
“Memangnya kenapa,? Kalian faktanya memang putus bukan?” ejek Hendra.
“Meskipun begitu, wajahku masih bisa lebih terlihat normal dari pada pria yang satu ini, jangan bandingkan pria setia sepertiku dengan pria playboy sepertinya ya,” balas Dion bangga.
“Sudah bosen hidup ya,” ucap David sambil melirik kearah Dion tajam. Namun pria itu bukannya takut tapi malah kembali tertawa.
“Jadi apa yang terjadi, apakah ada dalam kamusmu untuk tidak mendapatkan seorang gadis,?” tanya Hendra kearah David.
“Siapa bilang aku tidak bisa mendapatkannya, kalian lihat saja nanti,” ucap David kesal.
“Wahh, jadi benar kalau ada yang menolakmu. Hahahha seorang David, Raja playboy tingkat 3 ditolak cewek, astaga siapa gadis waras yang menolakmu?” tanya Dion langsung, dan kali ini bahkan ia sambil berpindah duduk keatas meja David sangking tidak percayanya. Untuk memastikan bahwa tebakannya benar.
“Bagaimana bisa kamu mengatakan gadis itu waras saat ia menolak pria seganteng David ha,?” tanya Hendra yang ikut berpindah duduk dikursi samping David setelah menyeret kursi dari meja tetangga agar lebih mendekat kearah teman-temannya “Tajir, iya. Ganteng, juga. Pinter, apalagi? Meskipun raja bolos ini anak entah dapat ilmu dari mana selalu mendapat juara dikelas. Bahkan kamu saja si kutu buku kalah darinya kan?” lanjutnya dengan tampang tidak percaya.
“Aku menebak gadis itu bukan gadis biasa, mungkin ia tidak mengenalmu, wahh aku sedikit meragukan ketampananmu kawan...” ucap Dion sambil menepuk bahu sahabatnya dengan pandangan menilai.
“Tidak ada yang tidak bisa seorang David dapatkan, aku pastikan segera akan mendapatkannya,” ucap David penuh percaya diri.
“Sudahlah, kenapa kamu malah mengejar seseorang yang tidak menginginkanmu. Bagaimana kalau kamu mendapatkan seseorang yang jelas-jelas terus mengejar ingin bersamamu itu,” ucap Dion sambil melirik kearah sekotak bento dibelakang mejanya, melihat dari bentuknya sudah bisa dipastikan pasti bento yang dibuat oleh Nita, terkadang kedua sahabatnya juga heran, kenapa gadis itu tidak pernah bosan untuk membuatkan David bekal makanan.
Hanya karena menurut kepercayaan gadis yang sudah turun-temurun mengatakan pria akan jatuh cinta pada gadis yang bisa memasak membuat gadis itu cukup gencar melakukannya. Bahkan sejauh ini David sendiri tidak pernah menyentuh makanannya, selalu meletakkannya dimeja belakang. Entah apa yang membuat gadis itu menyangka kalau David menyukainya.
“Bahkan aku dengar kamu menolaknya beberapa hari yang lalu, gosipnya segera menyebar tau. Gadis itu kan termasuk salah satu gadis terpopuler disekolah. Kenapa kamu tidak mencoba mengencaninya saja,?” tanya Dion ikut-ikutan.
“Aku tidak tertarik,” ucap David dengan santai, hal itu membuatnya mengingat pertama kali bertemu Devi dan akhirnya bertemu Olive, lagi-lagi ingatannya menjadi tentang gadis yang menarik perhatiannya. Kalau difikir kembali, bukankah pertemuannya dengan Olive juga karena Devi, dan pertemuannya dengan Devi dikarenakan kesalahpahaman Nita, setidaknya gadis itu berhak mendapatkan ucapan terimakasih bukan (Baca Love at First Sgiht Part 4)
“Bagaimana bisa kamu tidak tertarik pada gadis sepopuler itu? Wah wah wahh, aku bahkan mendengar gadis itu sama sekali tidak mempercayai keplayboyanmu tau, dia selalu mengatakan kamu selalu menolak para gadis, padahal kamu menolak mereka setelah berpacaran 1 bulan. Memangnya apa-apaan itu, kamu sedang mengoleksi pacar atau bagaimana?” keluh Hendra sambil geleng-geleng kepala.
“Tiba-tiba aku punya ide menarik,” ucap David yang membuat Dion dan Hendra menoleh, ide untuk apa? Apakah pria itu akan mempertimbangkan untuk berpacaran sama Nita?
“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Dion penasaran.
“Karena kamu punya gelar kutu buku, aku sedang mendapatkan ide yang menyenangkan. Hari ini aku putuskan menunggumu sampai pelajaran selesai,” ucap David sambil tersenyum misterius.
“Kamu yakin? Memangnya apa yang akan kamu lakukan? Bukankah hari ini jadwalmu untuk bolos?” tanya Hendra penasaran, namun David tidak menjawabnya. Saat membicarakan Nita yang ujung-ujungnya malah mengingat Olive membuat pria itu tersenyum senang. Kali ini ia mendapatkan satu alasan untuk menemui gadis itu lagi. Dan tentunya gadis itu tidak bisa menolaknya.
Olive melangkah perlahan kearah beberapa rak untuk mengembalikan buku ditangannya, kemudian melangkah mengambil kemoceng untuk membersihkan rak-rak buku, karena hari ini tugas Neza yang menjaga kasir, namun meskipun sudah berusaha untuk cuek dengan apa yang terjadi, tetap saja dalam hati ia terasa kesal. Pandangan dari David seolah menembus rak didepannya.
Sudah hampir 2 jam pria itu hanya duduk disalah satu meja dengan satu buku ditangan, bersama dengan kedua temannya yang juga melakukan hal yang sama. Namun sepertinya pria itu malah menghabiskan 1 jam terakhir dengan hanya menatap tajam kearahnya, mengekori kemanapun Olive pergi dengan tatapan tajamnya, tanpa suara. Diam namun juga mengkhawatirkan, karena Olive sendiri tidak bisa untuk berkata apapun selama pria itu hanya menatapnya, namun jelas ia merasa cukup risih.
“Aku bersyukur kamu bukan Hero sungguhan,” bisik Hendra yang kali ini barulah membuat David sedikit mengendurkan tatapan tajamnya kearah Olive “Kalau tidak, aku yakin gadis itu akan hancur jika tatapanmu bisa mengeluarkan laser,” lanjutnya masih dengan bisikan.
“Aku tidak mengizinkanmu untuk komentar, sudah lanjutkan saja bacaanmu,” balas David yang kembali menatap kearah Olive yang masih membersihkan rak buku dengan kemoceng ditangannya.
“Bagaimana bisa, kan yang kutu buku pria itu. Aku mah anti sama buku-buku ini,” ucap Hendra sambil meletakkan buku ditangannya diatas meja dan bersandar dikursinya setelah mengisyaratkan pria yang dimaksud adalah Dion yang tampak masih anteng dengan buku-buku ditangannya.
“Tau begitu kenapa kamu ikut, aku yakin tidak mengajakmu tadi,” balas David kesal karena lagi-lagi kesenangannya yang sedang memperhatikan Olive terganggu.
“Aku mengikutimu bukan karena ingin membaca buku, aku hanya penasaran dengan rencanamu. Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Sudah 2 jam kita disini dan kamu hanya duduk diam seperti itu,” ucap Hendra yang kali ini membuat David tiba-tiba berdiri, Hendra menatapnya penuh tanya.
“Tetap disini, aku ingin beli minuman ditoko samping sebentar,” ucap David dan melangkah pergi bahkan sebelum Hendra membalas ucapannya.
Tentu saja hal itu membuat Hendra yang merasa bosen bertambah bosen, tidak ada lagi teman mengobrolnya, Hendra meraih buku diatas meja yang tadi dibacanya, namun baru sebaris kalimat ia kembali meletakkannya diatas meja kemudian melirik kearah Dion yang tampak masih menikmati bacaannya, Hendra berfikir sesaat kemudian menggeser kursinya kearah Dion dengan pasang wajah manisnya.
“Tetap ditempat, jangan berfikir untuk menggangguku,” ucap Dion sambil membalik selembar halaman bukunya bahkan tampa menoleh kearah Hendra membuat pria itu langsung cemberut.
“Membosankan...” ucap Hendra kesal dan merebahkan kepalanya diatas meja, sadar akan sikap sahabatnya yang tidak akan bisa diganggu jika sudah membaca buku.
Sementara itu Olive yang menyadari David meninggalkan tokonya tampak menghembskan nafas lega, akhirnya ia bisa sedikit lebih santai. Pria itu benar-benar membuatnya harus menahan emosinya, bahkan hanya dengan diam saja sudah membuatnya kesal. Memikirkan kembali David yang sudah tidak ada ditempatnya membuat Olive tersenyum, kemudian melanjutkan bersih-bersihnya dengan lebih tenang.
“Ternyata kamu juga bisa tersenyum,” ucap David yang muncul tiba-tiba dibalik rak, kaget Refleks Olive langsung mundur selangkah namun karena buru-buru tanpa sengaja kakinya tergelincir dan membuatnya terjatuh.
“Aduuh,” ucap Olive saat kini tubuhnya benar-benar berada diatas lantai, kemoceng ditangannya jatuh tepat disampingnya, dan makhluk didepannya tampak masih berdiri santai, menatapnya dengan gelengan kepala kemudian berjongkok mensejajarkan pandangannya.
“Butuh bantuan?” tawar David sambil mengulurkan sebelah tangannya.
“Tidak. Terimakasih,” ucap Olive sambil membersihkan tangannya dan berdiri, David ikut berdiri setelah menarik tangannya kembali karena Olive menolak uluran tangannya. Namun itu tidak berlangsung lama karena kemudian pria itu menarik tangan gadis itu yang bebas dari kemoceng dan meletakkan sekaleng minuman dingin ditangannya.
“Jangan bekerja terlalu lelah, aku melihatmu belum ada istirahat sejak tadi, sementara toko tidak begitu ramai. Minumlah,” ucap David sambil tersenyum. Olive menatap kearahnya dengan bingung, apa-apaan pria ini namun tetap saja ia tidak mengucapkan sepatah katapun.
“Dan aku yakin, rak ini sudah cukup bersih setelah kamu sejak tadi mengulangi membersihkannya karena menghindari tatapanku,” ucap David sambil memperhatikan rak disampingnya masih dengan senyuman yang bertengger dibibirnya.
“Aku tidak mengganggumu. Jadi santai saja,” lanjut David sambil menepuk bahu Olive kemudian melangkah pergi kembali kearah teman-temannya. Olive masih terdiam dan menatap minuman dingin ditangannya kemudian setelah berfikir sesaat sambil memutar matanya kemudian ia melangkah kekamar mandi untuk membersihkan tangannya. Kebetulan sekali ia sedang merasa lelah, sepertinya minuman ditangannya cukup untuk menyegarkan tenggorokannya. Tanpa sadar bibirnya tersenyum saat melangkah pergi.
Bersambung...
lanjut Ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 04
Detail cerita Mr Hero vs Mrs Zero
Untuk yang sudah lupa sama part sebelumnya, bisa langsung dicek disini saja. Happy reading ya all...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 03 |
Mr Hero vs Mrs Zero
Bel istirahat baru saja terdengar dan hampir seisi kelas langsung beramburan keluar kantin untuk mengisi perut mereka masing-masing saat guru yang mengajar telah pergi, David yang masih menyandarkan kepalanya diatas meja segera bangkit dan menyadari Dion bersama Hendra yang menghampirinya.
“Ada apa dengan wajahmu,?” tanya Dion kearah David yang bersandar dikursinya dengan tampang kusut.
“Persis seperti Dion saat putus dengan Ema, aku tidak menyangka kalau kamu juga bisa berexpresi seperti ini,” balas Hendra sambil tersenyum mengejek.
“Hei, siapa yang mengizinkanmu menyebut nama gadis itu,” ucap Dion kesal yang malah dibalas tawa sahabatnya.
“Memangnya kenapa,? Kalian faktanya memang putus bukan?” ejek Hendra.
“Meskipun begitu, wajahku masih bisa lebih terlihat normal dari pada pria yang satu ini, jangan bandingkan pria setia sepertiku dengan pria playboy sepertinya ya,” balas Dion bangga.
“Sudah bosen hidup ya,” ucap David sambil melirik kearah Dion tajam. Namun pria itu bukannya takut tapi malah kembali tertawa.
“Jadi apa yang terjadi, apakah ada dalam kamusmu untuk tidak mendapatkan seorang gadis,?” tanya Hendra kearah David.
“Siapa bilang aku tidak bisa mendapatkannya, kalian lihat saja nanti,” ucap David kesal.
“Wahh, jadi benar kalau ada yang menolakmu. Hahahha seorang David, Raja playboy tingkat 3 ditolak cewek, astaga siapa gadis waras yang menolakmu?” tanya Dion langsung, dan kali ini bahkan ia sambil berpindah duduk keatas meja David sangking tidak percayanya. Untuk memastikan bahwa tebakannya benar.
“Bagaimana bisa kamu mengatakan gadis itu waras saat ia menolak pria seganteng David ha,?” tanya Hendra yang ikut berpindah duduk dikursi samping David setelah menyeret kursi dari meja tetangga agar lebih mendekat kearah teman-temannya “Tajir, iya. Ganteng, juga. Pinter, apalagi? Meskipun raja bolos ini anak entah dapat ilmu dari mana selalu mendapat juara dikelas. Bahkan kamu saja si kutu buku kalah darinya kan?” lanjutnya dengan tampang tidak percaya.
“Aku menebak gadis itu bukan gadis biasa, mungkin ia tidak mengenalmu, wahh aku sedikit meragukan ketampananmu kawan...” ucap Dion sambil menepuk bahu sahabatnya dengan pandangan menilai.
“Tidak ada yang tidak bisa seorang David dapatkan, aku pastikan segera akan mendapatkannya,” ucap David penuh percaya diri.
“Sudahlah, kenapa kamu malah mengejar seseorang yang tidak menginginkanmu. Bagaimana kalau kamu mendapatkan seseorang yang jelas-jelas terus mengejar ingin bersamamu itu,” ucap Dion sambil melirik kearah sekotak bento dibelakang mejanya, melihat dari bentuknya sudah bisa dipastikan pasti bento yang dibuat oleh Nita, terkadang kedua sahabatnya juga heran, kenapa gadis itu tidak pernah bosan untuk membuatkan David bekal makanan.
Hanya karena menurut kepercayaan gadis yang sudah turun-temurun mengatakan pria akan jatuh cinta pada gadis yang bisa memasak membuat gadis itu cukup gencar melakukannya. Bahkan sejauh ini David sendiri tidak pernah menyentuh makanannya, selalu meletakkannya dimeja belakang. Entah apa yang membuat gadis itu menyangka kalau David menyukainya.
“Bahkan aku dengar kamu menolaknya beberapa hari yang lalu, gosipnya segera menyebar tau. Gadis itu kan termasuk salah satu gadis terpopuler disekolah. Kenapa kamu tidak mencoba mengencaninya saja,?” tanya Dion ikut-ikutan.
“Aku tidak tertarik,” ucap David dengan santai, hal itu membuatnya mengingat pertama kali bertemu Devi dan akhirnya bertemu Olive, lagi-lagi ingatannya menjadi tentang gadis yang menarik perhatiannya. Kalau difikir kembali, bukankah pertemuannya dengan Olive juga karena Devi, dan pertemuannya dengan Devi dikarenakan kesalahpahaman Nita, setidaknya gadis itu berhak mendapatkan ucapan terimakasih bukan (Baca Love at First Sgiht Part 4)
“Bagaimana bisa kamu tidak tertarik pada gadis sepopuler itu? Wah wah wahh, aku bahkan mendengar gadis itu sama sekali tidak mempercayai keplayboyanmu tau, dia selalu mengatakan kamu selalu menolak para gadis, padahal kamu menolak mereka setelah berpacaran 1 bulan. Memangnya apa-apaan itu, kamu sedang mengoleksi pacar atau bagaimana?” keluh Hendra sambil geleng-geleng kepala.
“Tiba-tiba aku punya ide menarik,” ucap David yang membuat Dion dan Hendra menoleh, ide untuk apa? Apakah pria itu akan mempertimbangkan untuk berpacaran sama Nita?
“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Dion penasaran.
“Karena kamu punya gelar kutu buku, aku sedang mendapatkan ide yang menyenangkan. Hari ini aku putuskan menunggumu sampai pelajaran selesai,” ucap David sambil tersenyum misterius.
“Kamu yakin? Memangnya apa yang akan kamu lakukan? Bukankah hari ini jadwalmu untuk bolos?” tanya Hendra penasaran, namun David tidak menjawabnya. Saat membicarakan Nita yang ujung-ujungnya malah mengingat Olive membuat pria itu tersenyum senang. Kali ini ia mendapatkan satu alasan untuk menemui gadis itu lagi. Dan tentunya gadis itu tidak bisa menolaknya.
Mr Hero vs Mrs Zero
Olive melangkah perlahan kearah beberapa rak untuk mengembalikan buku ditangannya, kemudian melangkah mengambil kemoceng untuk membersihkan rak-rak buku, karena hari ini tugas Neza yang menjaga kasir, namun meskipun sudah berusaha untuk cuek dengan apa yang terjadi, tetap saja dalam hati ia terasa kesal. Pandangan dari David seolah menembus rak didepannya.
Sudah hampir 2 jam pria itu hanya duduk disalah satu meja dengan satu buku ditangan, bersama dengan kedua temannya yang juga melakukan hal yang sama. Namun sepertinya pria itu malah menghabiskan 1 jam terakhir dengan hanya menatap tajam kearahnya, mengekori kemanapun Olive pergi dengan tatapan tajamnya, tanpa suara. Diam namun juga mengkhawatirkan, karena Olive sendiri tidak bisa untuk berkata apapun selama pria itu hanya menatapnya, namun jelas ia merasa cukup risih.
“Aku bersyukur kamu bukan Hero sungguhan,” bisik Hendra yang kali ini barulah membuat David sedikit mengendurkan tatapan tajamnya kearah Olive “Kalau tidak, aku yakin gadis itu akan hancur jika tatapanmu bisa mengeluarkan laser,” lanjutnya masih dengan bisikan.
“Aku tidak mengizinkanmu untuk komentar, sudah lanjutkan saja bacaanmu,” balas David yang kembali menatap kearah Olive yang masih membersihkan rak buku dengan kemoceng ditangannya.
“Bagaimana bisa, kan yang kutu buku pria itu. Aku mah anti sama buku-buku ini,” ucap Hendra sambil meletakkan buku ditangannya diatas meja dan bersandar dikursinya setelah mengisyaratkan pria yang dimaksud adalah Dion yang tampak masih anteng dengan buku-buku ditangannya.
“Tau begitu kenapa kamu ikut, aku yakin tidak mengajakmu tadi,” balas David kesal karena lagi-lagi kesenangannya yang sedang memperhatikan Olive terganggu.
“Aku mengikutimu bukan karena ingin membaca buku, aku hanya penasaran dengan rencanamu. Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Sudah 2 jam kita disini dan kamu hanya duduk diam seperti itu,” ucap Hendra yang kali ini membuat David tiba-tiba berdiri, Hendra menatapnya penuh tanya.
“Tetap disini, aku ingin beli minuman ditoko samping sebentar,” ucap David dan melangkah pergi bahkan sebelum Hendra membalas ucapannya.
Tentu saja hal itu membuat Hendra yang merasa bosen bertambah bosen, tidak ada lagi teman mengobrolnya, Hendra meraih buku diatas meja yang tadi dibacanya, namun baru sebaris kalimat ia kembali meletakkannya diatas meja kemudian melirik kearah Dion yang tampak masih menikmati bacaannya, Hendra berfikir sesaat kemudian menggeser kursinya kearah Dion dengan pasang wajah manisnya.
“Tetap ditempat, jangan berfikir untuk menggangguku,” ucap Dion sambil membalik selembar halaman bukunya bahkan tampa menoleh kearah Hendra membuat pria itu langsung cemberut.
“Membosankan...” ucap Hendra kesal dan merebahkan kepalanya diatas meja, sadar akan sikap sahabatnya yang tidak akan bisa diganggu jika sudah membaca buku.
Sementara itu Olive yang menyadari David meninggalkan tokonya tampak menghembskan nafas lega, akhirnya ia bisa sedikit lebih santai. Pria itu benar-benar membuatnya harus menahan emosinya, bahkan hanya dengan diam saja sudah membuatnya kesal. Memikirkan kembali David yang sudah tidak ada ditempatnya membuat Olive tersenyum, kemudian melanjutkan bersih-bersihnya dengan lebih tenang.
“Ternyata kamu juga bisa tersenyum,” ucap David yang muncul tiba-tiba dibalik rak, kaget Refleks Olive langsung mundur selangkah namun karena buru-buru tanpa sengaja kakinya tergelincir dan membuatnya terjatuh.
“Aduuh,” ucap Olive saat kini tubuhnya benar-benar berada diatas lantai, kemoceng ditangannya jatuh tepat disampingnya, dan makhluk didepannya tampak masih berdiri santai, menatapnya dengan gelengan kepala kemudian berjongkok mensejajarkan pandangannya.
“Butuh bantuan?” tawar David sambil mengulurkan sebelah tangannya.
“Tidak. Terimakasih,” ucap Olive sambil membersihkan tangannya dan berdiri, David ikut berdiri setelah menarik tangannya kembali karena Olive menolak uluran tangannya. Namun itu tidak berlangsung lama karena kemudian pria itu menarik tangan gadis itu yang bebas dari kemoceng dan meletakkan sekaleng minuman dingin ditangannya.
“Jangan bekerja terlalu lelah, aku melihatmu belum ada istirahat sejak tadi, sementara toko tidak begitu ramai. Minumlah,” ucap David sambil tersenyum. Olive menatap kearahnya dengan bingung, apa-apaan pria ini namun tetap saja ia tidak mengucapkan sepatah katapun.
“Dan aku yakin, rak ini sudah cukup bersih setelah kamu sejak tadi mengulangi membersihkannya karena menghindari tatapanku,” ucap David sambil memperhatikan rak disampingnya masih dengan senyuman yang bertengger dibibirnya.
“Aku tidak mengganggumu. Jadi santai saja,” lanjut David sambil menepuk bahu Olive kemudian melangkah pergi kembali kearah teman-temannya. Olive masih terdiam dan menatap minuman dingin ditangannya kemudian setelah berfikir sesaat sambil memutar matanya kemudian ia melangkah kekamar mandi untuk membersihkan tangannya. Kebetulan sekali ia sedang merasa lelah, sepertinya minuman ditangannya cukup untuk menyegarkan tenggorokannya. Tanpa sadar bibirnya tersenyum saat melangkah pergi.
Bersambung...
lanjut Ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 04
Detail cerita Mr Hero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero part 03
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.387 Word
- Serial : Part 03
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar