Hiii... (lambai-lambai cantik) Admin datang lagi ini, ngebawain cerpen pendek yang sepertinya terlintas begitu saja. Judulnya 'Jadilah Pacarku' salah satu cerpen yang masih belum tau apakah ada kelanjutannya atau sekedar sampai disini saja.
Masih nyangkut dengan cerpen Love at First sight juga sih, tapi hanya sedikit. Untuk yang sudah penasaran dengan cerpen kali ini, happy reading yaa...
Tepat pukul 17:30 wib Cherry dan Alvin tiba disebuah pantai yang cukup luas. Cherry merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup kemudian senyum merekah dibibirnya, menikmati segarnya angin yang berhembus menerpa wajahnya. Alvin yang melihat itu ikut tersenyum dengan alasan berbeda. Sepertinya ide yang cukup bagus untuk mengajak gadis yang ia sukai diam-diam ini kesini.
“Eh, bukannya itu David ya?” tanya Alvin kearah pria yang sedang berlutut dengan bunga ditangannya, dan tampak menggenggam tangan gadis didepannya. Meski tidak mendengar pembicaraan mereka, tebakan bahwa pria itu sedang menyatakan cinta pasti benar.
“David siapa?” tanya Cherry sambil berfikir, namun nama itu masih tampak asing ditelinganya.
“Adiknya Andika, anak sastra, temen kampusku. Kita pernah ketemu beberapa kali. Wahh Romantis juga itu anak nyatain perasaan kayak gitu, cewek mana yang bakalan nolak. Apalagi dengan tampang David yang diatas rata-rata,” komentar Alvin sambil menatap kearah pasangan yang tak jauh darinya. Cherry tidak berkomentar, membuat Alvin mengalihkan tatapannya kearah gadis disampingnya.
“Kamu menghalangi pandangnaku,” komentar Cherry saat Alvin melangkah mendekati Cherry yang ternyata sudah tidak berada disampingnya.
“Memangnya apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Alvin penasaran dan segera mengintip dari balik bahu Cherry yang sedang sibuk dengan pensil dan buku sketsa ditangannya. Cherry tidak berkomentar, dan masih bersemangat menggoreskan objek yang menarik dimatanya. Alvin membulatkan matanya kaget saat melihat sketsa wajah David dan sang gadis yang tak jauh darinya kini berada dalam buku sketsa ditangan Cherry.
Alvin sendiri mengakui, kemampuan Cherry dibidang melukis memang tidak perlu diragukan lagi, terbukti dengan hanya beberapa saat saja coretan yang ia goreskan dibuku sketsanya kini sudah menyerupai duplikat dari pemandangan didepannya. Menarik, bahkan wajah yang tergambar itu seolah tidak mempunyai cacat sedikit pun. Alvin melirik kearah expresi Cherry yang sedang mengaggumi karyanya, tersenyum penuh kemenangan. Alvin sendiri tidak tau apa yang difikiran gadis itu, entah karena memang ia mengaggumi pemandangan indah itu, dan hasil gambar yang ia buat. Atau karena dalam benaknya memikirkan jika keadaan itu berada diposisinya, memangnya cewek mana yang tidak mau diberi kejutan seperti itu. Membayangkan hal itu membuat alvin tersenyum malu, memangnya apa yang ia fikirkan?
“Kenapa wajahmu merah,?” tanya Cherry yang menyadarkan Alvin dari lamunannya.
“Tidak ada,” kilah Alvin “Loh, kemana dua makhluk itu?” tanya Alvin sambil mencari kesekelilingnya. Namun David dan gadis yang tadi bersamanya tidak ditemukan dimanapun.
“Sudah pergi, kamu sih ngelamun mulu. Ya nggak bakalan lihat lah,” jawab Cherry dan kembali meraih pensilnya kembali dengan lembar sketsa yang baru. Siap untuk melukis apapun yang menurutnya menarik.
“Wahh, aku jadi penasaran dengan gadis yang bersamanya. Bisa tuh, aku ledekin kalau aku jalan kerumah Andika, adduuh sayang sekali aku tidak mengambil fotonya. Eh tapi tunggu, kamu punya sketsanya kan. Buat aku ya?” pinta Alvin tampak antusias.
“Jangan macem-macem. Nggak boleh tau ngeledekin orang, apalagi malu-maluin dia sama temen-temennya, lagian Ini hadiah buat Olive, temennya Devi. Adiknya kak Randy yang ganteng itu,” jawab Cherry.
“Randy? Anak seni itu, dia jurusan musik kan? Apa menariknya tampang sok kegantengan dan selalu tebar pesona sama cewek itu,” keluh Alvin tampak kesal.
“Enak aja, lagian dia memang ganteng kok. Jangan cemburu gitu,” ledek Cherry.
“Siapa juga yang cemburu, orang beneran dia sok kegantengan kok. Buktinya sampai saat ini aku belum mendengar dia sudah punya pacar, itu pasti karena dia mau mencari perhatian dari para gadis, dengan modal tampang enak dilihat gitu,” keluh Alvin.
“Siapa bilang nggak punya pacar itu mencari perhatian dari banyak orang? Memangnya kamu seperti itu, kan kamu belum punya pacar juga.” Cherry balik bertanya.
“Jangan sama-samakan aku dengan pria itu. Dan aku nggak suka kamu memujinya begitu, bikin bad mood aja,” keluh Alvin kesal, Cherry menatapnya siap mau ngeledek, karena dari nadanya jelas sekali jika pria ini sedang cemburu “Tapi kenapa hadiahnya buat Olive, memangnya siapa dia? Kamu kenal?” Alvin mengalihkan pembicaraan.
“Olive itu ya gadis yang bersama David tadi, aku pernah bertemu dengannya beberapa kali dirumah Devi,” jawab Cherry.
“Jangan bilang kamu sengaja mencari-cari alasan untuk datang kerumah Randy itu,” Alvin segera menarik kesimpulan sebelum Cherry sempat menjelaskan maksudnya.
“Kok kamu tau,?” tanya Cherry dengan tampang polos yang membuat Alvin mendelik kearahnya, tapi bukannya takut Cherry malah tertawa “Iya, bercada. Marah mulu, aku bukan cari-cari alasan. Orang aku memang kenal Devi kok, dan aku juga baru tau kalau Devi itu adiknya Randy setelah aku kerumahnya beberapa waktu lalu, dan hadiah ini sengaja untuk meledeki Olive dirumah Devi nanti,” lanjut Cherry dengan senyum menyeringai.
“Heh, memangnya siapa tadi yang ngelarang ngejadikan ini sebagai bahan ledekan coba?” protes Alvin.
“Kalau aku berbeda, kan persahabatan cowok sama cewek itu beda. Jadi nggak apa-apa kalau aku menggunakannya, orang Cuma main-main kok,” elak Cherry dengan senyum misteriusnya. Membuat Alvin bergidik ngeri, ini cewek terkadang keisengannya suka nggak jelas banget.
“Aku jadi curiga, jaggan-jangan lukisan kamu buat ngeledekin orang semua ya,” tuduh Alvin langsung dan dengan cepat meraih buku sketsa yang tadi digunakan Cherry untuk melukis dan membuka lembar pertama siap melihat apa saja yang sudah diabadikan dibuku sketsa gadis itu.
“Eh, tunggu alvin... itu...” Cherry siap merebut buku sketsa ditangan Alvin namun sepertinya pria itu lebih cepat menahannya dan kaget begitu melihat lembar pertama, Cherry yang tidak bisa menahan pria itu akhirnya berhenti melakukannya dan membiarkan Alvin terus membuka lembar demi lembar buku sketsa ditangnanya dengan ekspresinya sulit diungkapkan.
Cherry terdiam, Alvin masih memperhatikan satu demi satu lukisan yang digambar Alvin, bahkan hanya melihat sekilaspun sudah tau sketsa itu wajah Randy, dengan berbagai ekspresi dan semuanya tampak fokus kearah lain, fakta bahwa lukisan itu diambil secara diam-diam. Dan bukan hanya satu, hampir sebagian dari sketsa ditangannya menunjukkan objek yang sama meski dengan latar yang berbeda.
Rasa sakit menjalari ketubuh Alvin, dan sepertinya ia tidak kuat untuk menunggu lebih lama lagi. Terbukti dengan Alvin yang segera menutup buku sketsa milik Cherry dan membuat Cherry menatapnya penuh tanya, tatapan Alvin tampak kosong. Dan entah kenapa aura dingin jelas terpancar. Cherry bertanya-tanya dalam hati apakah pria ini marah dengan semua gambar sketsa itu.
“Ayo pulang,” ucap Alvin sambil berdiri, bahkan tanpa perlu susah-susah untuk melirik kearah Cherry.
“Eh tapi Alvin, tunggu... aku belum...” Cherry tidak menyelesaikan ucapannya dan dengan cepat membereskan peralatannya karena Alvin sepertinya tidak mau mendengarkan ucapannya sedikitpun, terbukti dengan langkah pria itu yang terus menjauh.
“Aku bilang tunggu,” keluh Cherry tegas dan tampak kesal sambil menarik tangan Alvin dan memaksanya untuk menatap kearahnya dengan paksa. Alvin masih terdiam dengan aura tampak dingin, dan baru kali ini Cherry mendapat perlakukan seperti itu, dan hatinya terasa sakit dengan kesalahpahaman ini.
“Dengar, aku tidak tau kenapa kamu marah. Dan aku bahkan tidak tau kenapa aku harus melakukan ini, aku mengambar kak Randy hanya karena ia menarik dijadikan sebagai objek lukisan,” kata Cherry sambil memaksa Alvin menerima buku sketsa yang hampir semua berisi sketsa wajah Randy “Kalau sudah memaksa melihat buku orang lain, seharusnya kamu menyelesaikan melihatnya! sama halnya dengan Kalau sudah memaksa masuk kehati orang lain, seharusnya kamu menyelesaikan untuk menjaganya!” bentaknya kesal kemudian melangkah berlawanan arah meninggalkan Alvin sendiri yang masih terdiam kali ini dengan tatapan bingung.
Ragu untuk menahan kepergian Cherry, alvin lebih memilih untuk melangkah pergi. Namun baru dua langkah ia menghentikan langkahnya kembali dan dengan kesal membuka secara acak buku sketsa yang berada ditangannya. Dan kali ini wajah dalam buku sketsa ditangannya bukan wajah milik Randy meski tetap seorang cowok, Alvin membuka lembar selanjutnya, masih pria yang sama dengan sebelumnya yang ia lihat. Bahkan lembar ketiga, keempat dan kelima yang ia buka masih objek yang sama. Perlahan senyumnya terbentuk dibibir manisnya saat melihat sketsa terakhir ada caption dibawahnya ‘Jadilah pacarku,’
“Hei, Cherry. Tunggu aku,” teriak Alvin sambil mengangkat tanganya yang masih menggenggam buku sketsa dan karena Cherry masih terus melangkah meski ia yakin gadis itu mendengar teriakannya membuat Alvin memutuskan mengejar gadis itu.
“Dasar Alvin nyebelin, pergi aja sono. Ngapain ngikutin aku segala,” Omel Cherry sendiri, kesal dengan sikap Alvin yang mengabaikannya, namun lebih kesal lagi saat menyadari kebodohannya yang membiarkan pria itu melihat buku sketsa rahasianya.
“Hei Cherry,” teriak Alvin dengan suara lebih keras dan masih mengejar gadis itu, Cherry dengan kesal membalikkan tubuhnya kearah Alvin yang terus-terusan meneriakkan namanya “Aku suka kamu, kamu maukan jadi pacarku?” lanjut Alvin masih dengan teriakan, karena jarak mereka yang masih berjauhan. Membuat Cherry yang tadinya kesal bertambah kesal karena malu. Pria itu benar-benar membuatnya salah tingkah, dan siap melangkah balik arah untuk pergi.
“Kamu tidak menginginkan bukumu kembali? Bagaimana dengan hadiah untuk Olive? Aku kasi ke David untuk ngeledekin dia saja ya,” ucap Alvin yang membuat Cherry mengurungkan niatnya untuk pergi dan kembali menatap kearah Alvin kemudian menyadari Alvin melangkah berlawanan arah dengannya dan tangan terangkat melambai tanpa menoleh.
“Eh tidak, tunggu Alvin. Itu hartaku yang bisa kujadikan alasan untuk kerumah kak Randy. Heii berhenti disana...” teriak Cherry yang berbalik mengejar Alvin. Namun pria itu malah tetap melangkah dengan senyuman lebar dibibirnya.
The End,
Detail cerita Pendek Jadilah Pacarku
Masih nyangkut dengan cerpen Love at First sight juga sih, tapi hanya sedikit. Untuk yang sudah penasaran dengan cerpen kali ini, happy reading yaa...
Cerita Pendek 'Jadilah Pacarku' |
Cerita Pendek 'Jadilah Pacarku'
Tepat pukul 17:30 wib Cherry dan Alvin tiba disebuah pantai yang cukup luas. Cherry merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup kemudian senyum merekah dibibirnya, menikmati segarnya angin yang berhembus menerpa wajahnya. Alvin yang melihat itu ikut tersenyum dengan alasan berbeda. Sepertinya ide yang cukup bagus untuk mengajak gadis yang ia sukai diam-diam ini kesini.
“Eh, bukannya itu David ya?” tanya Alvin kearah pria yang sedang berlutut dengan bunga ditangannya, dan tampak menggenggam tangan gadis didepannya. Meski tidak mendengar pembicaraan mereka, tebakan bahwa pria itu sedang menyatakan cinta pasti benar.
“David siapa?” tanya Cherry sambil berfikir, namun nama itu masih tampak asing ditelinganya.
“Adiknya Andika, anak sastra, temen kampusku. Kita pernah ketemu beberapa kali. Wahh Romantis juga itu anak nyatain perasaan kayak gitu, cewek mana yang bakalan nolak. Apalagi dengan tampang David yang diatas rata-rata,” komentar Alvin sambil menatap kearah pasangan yang tak jauh darinya. Cherry tidak berkomentar, membuat Alvin mengalihkan tatapannya kearah gadis disampingnya.
“Kamu menghalangi pandangnaku,” komentar Cherry saat Alvin melangkah mendekati Cherry yang ternyata sudah tidak berada disampingnya.
“Memangnya apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Alvin penasaran dan segera mengintip dari balik bahu Cherry yang sedang sibuk dengan pensil dan buku sketsa ditangannya. Cherry tidak berkomentar, dan masih bersemangat menggoreskan objek yang menarik dimatanya. Alvin membulatkan matanya kaget saat melihat sketsa wajah David dan sang gadis yang tak jauh darinya kini berada dalam buku sketsa ditangan Cherry.
Alvin sendiri mengakui, kemampuan Cherry dibidang melukis memang tidak perlu diragukan lagi, terbukti dengan hanya beberapa saat saja coretan yang ia goreskan dibuku sketsanya kini sudah menyerupai duplikat dari pemandangan didepannya. Menarik, bahkan wajah yang tergambar itu seolah tidak mempunyai cacat sedikit pun. Alvin melirik kearah expresi Cherry yang sedang mengaggumi karyanya, tersenyum penuh kemenangan. Alvin sendiri tidak tau apa yang difikiran gadis itu, entah karena memang ia mengaggumi pemandangan indah itu, dan hasil gambar yang ia buat. Atau karena dalam benaknya memikirkan jika keadaan itu berada diposisinya, memangnya cewek mana yang tidak mau diberi kejutan seperti itu. Membayangkan hal itu membuat alvin tersenyum malu, memangnya apa yang ia fikirkan?
“Kenapa wajahmu merah,?” tanya Cherry yang menyadarkan Alvin dari lamunannya.
“Tidak ada,” kilah Alvin “Loh, kemana dua makhluk itu?” tanya Alvin sambil mencari kesekelilingnya. Namun David dan gadis yang tadi bersamanya tidak ditemukan dimanapun.
“Sudah pergi, kamu sih ngelamun mulu. Ya nggak bakalan lihat lah,” jawab Cherry dan kembali meraih pensilnya kembali dengan lembar sketsa yang baru. Siap untuk melukis apapun yang menurutnya menarik.
“Wahh, aku jadi penasaran dengan gadis yang bersamanya. Bisa tuh, aku ledekin kalau aku jalan kerumah Andika, adduuh sayang sekali aku tidak mengambil fotonya. Eh tapi tunggu, kamu punya sketsanya kan. Buat aku ya?” pinta Alvin tampak antusias.
“Jangan macem-macem. Nggak boleh tau ngeledekin orang, apalagi malu-maluin dia sama temen-temennya, lagian Ini hadiah buat Olive, temennya Devi. Adiknya kak Randy yang ganteng itu,” jawab Cherry.
“Randy? Anak seni itu, dia jurusan musik kan? Apa menariknya tampang sok kegantengan dan selalu tebar pesona sama cewek itu,” keluh Alvin tampak kesal.
“Enak aja, lagian dia memang ganteng kok. Jangan cemburu gitu,” ledek Cherry.
“Siapa juga yang cemburu, orang beneran dia sok kegantengan kok. Buktinya sampai saat ini aku belum mendengar dia sudah punya pacar, itu pasti karena dia mau mencari perhatian dari para gadis, dengan modal tampang enak dilihat gitu,” keluh Alvin.
“Siapa bilang nggak punya pacar itu mencari perhatian dari banyak orang? Memangnya kamu seperti itu, kan kamu belum punya pacar juga.” Cherry balik bertanya.
“Jangan sama-samakan aku dengan pria itu. Dan aku nggak suka kamu memujinya begitu, bikin bad mood aja,” keluh Alvin kesal, Cherry menatapnya siap mau ngeledek, karena dari nadanya jelas sekali jika pria ini sedang cemburu “Tapi kenapa hadiahnya buat Olive, memangnya siapa dia? Kamu kenal?” Alvin mengalihkan pembicaraan.
“Olive itu ya gadis yang bersama David tadi, aku pernah bertemu dengannya beberapa kali dirumah Devi,” jawab Cherry.
“Jangan bilang kamu sengaja mencari-cari alasan untuk datang kerumah Randy itu,” Alvin segera menarik kesimpulan sebelum Cherry sempat menjelaskan maksudnya.
“Kok kamu tau,?” tanya Cherry dengan tampang polos yang membuat Alvin mendelik kearahnya, tapi bukannya takut Cherry malah tertawa “Iya, bercada. Marah mulu, aku bukan cari-cari alasan. Orang aku memang kenal Devi kok, dan aku juga baru tau kalau Devi itu adiknya Randy setelah aku kerumahnya beberapa waktu lalu, dan hadiah ini sengaja untuk meledeki Olive dirumah Devi nanti,” lanjut Cherry dengan senyum menyeringai.
“Heh, memangnya siapa tadi yang ngelarang ngejadikan ini sebagai bahan ledekan coba?” protes Alvin.
“Kalau aku berbeda, kan persahabatan cowok sama cewek itu beda. Jadi nggak apa-apa kalau aku menggunakannya, orang Cuma main-main kok,” elak Cherry dengan senyum misteriusnya. Membuat Alvin bergidik ngeri, ini cewek terkadang keisengannya suka nggak jelas banget.
“Aku jadi curiga, jaggan-jangan lukisan kamu buat ngeledekin orang semua ya,” tuduh Alvin langsung dan dengan cepat meraih buku sketsa yang tadi digunakan Cherry untuk melukis dan membuka lembar pertama siap melihat apa saja yang sudah diabadikan dibuku sketsa gadis itu.
“Eh, tunggu alvin... itu...” Cherry siap merebut buku sketsa ditangan Alvin namun sepertinya pria itu lebih cepat menahannya dan kaget begitu melihat lembar pertama, Cherry yang tidak bisa menahan pria itu akhirnya berhenti melakukannya dan membiarkan Alvin terus membuka lembar demi lembar buku sketsa ditangnanya dengan ekspresinya sulit diungkapkan.
Cherry terdiam, Alvin masih memperhatikan satu demi satu lukisan yang digambar Alvin, bahkan hanya melihat sekilaspun sudah tau sketsa itu wajah Randy, dengan berbagai ekspresi dan semuanya tampak fokus kearah lain, fakta bahwa lukisan itu diambil secara diam-diam. Dan bukan hanya satu, hampir sebagian dari sketsa ditangannya menunjukkan objek yang sama meski dengan latar yang berbeda.
Rasa sakit menjalari ketubuh Alvin, dan sepertinya ia tidak kuat untuk menunggu lebih lama lagi. Terbukti dengan Alvin yang segera menutup buku sketsa milik Cherry dan membuat Cherry menatapnya penuh tanya, tatapan Alvin tampak kosong. Dan entah kenapa aura dingin jelas terpancar. Cherry bertanya-tanya dalam hati apakah pria ini marah dengan semua gambar sketsa itu.
“Ayo pulang,” ucap Alvin sambil berdiri, bahkan tanpa perlu susah-susah untuk melirik kearah Cherry.
“Eh tapi Alvin, tunggu... aku belum...” Cherry tidak menyelesaikan ucapannya dan dengan cepat membereskan peralatannya karena Alvin sepertinya tidak mau mendengarkan ucapannya sedikitpun, terbukti dengan langkah pria itu yang terus menjauh.
“Aku bilang tunggu,” keluh Cherry tegas dan tampak kesal sambil menarik tangan Alvin dan memaksanya untuk menatap kearahnya dengan paksa. Alvin masih terdiam dengan aura tampak dingin, dan baru kali ini Cherry mendapat perlakukan seperti itu, dan hatinya terasa sakit dengan kesalahpahaman ini.
“Dengar, aku tidak tau kenapa kamu marah. Dan aku bahkan tidak tau kenapa aku harus melakukan ini, aku mengambar kak Randy hanya karena ia menarik dijadikan sebagai objek lukisan,” kata Cherry sambil memaksa Alvin menerima buku sketsa yang hampir semua berisi sketsa wajah Randy “Kalau sudah memaksa melihat buku orang lain, seharusnya kamu menyelesaikan melihatnya! sama halnya dengan Kalau sudah memaksa masuk kehati orang lain, seharusnya kamu menyelesaikan untuk menjaganya!” bentaknya kesal kemudian melangkah berlawanan arah meninggalkan Alvin sendiri yang masih terdiam kali ini dengan tatapan bingung.
Ragu untuk menahan kepergian Cherry, alvin lebih memilih untuk melangkah pergi. Namun baru dua langkah ia menghentikan langkahnya kembali dan dengan kesal membuka secara acak buku sketsa yang berada ditangannya. Dan kali ini wajah dalam buku sketsa ditangannya bukan wajah milik Randy meski tetap seorang cowok, Alvin membuka lembar selanjutnya, masih pria yang sama dengan sebelumnya yang ia lihat. Bahkan lembar ketiga, keempat dan kelima yang ia buka masih objek yang sama. Perlahan senyumnya terbentuk dibibir manisnya saat melihat sketsa terakhir ada caption dibawahnya ‘Jadilah pacarku,’
“Hei, Cherry. Tunggu aku,” teriak Alvin sambil mengangkat tanganya yang masih menggenggam buku sketsa dan karena Cherry masih terus melangkah meski ia yakin gadis itu mendengar teriakannya membuat Alvin memutuskan mengejar gadis itu.
“Dasar Alvin nyebelin, pergi aja sono. Ngapain ngikutin aku segala,” Omel Cherry sendiri, kesal dengan sikap Alvin yang mengabaikannya, namun lebih kesal lagi saat menyadari kebodohannya yang membiarkan pria itu melihat buku sketsa rahasianya.
“Hei Cherry,” teriak Alvin dengan suara lebih keras dan masih mengejar gadis itu, Cherry dengan kesal membalikkan tubuhnya kearah Alvin yang terus-terusan meneriakkan namanya “Aku suka kamu, kamu maukan jadi pacarku?” lanjut Alvin masih dengan teriakan, karena jarak mereka yang masih berjauhan. Membuat Cherry yang tadinya kesal bertambah kesal karena malu. Pria itu benar-benar membuatnya salah tingkah, dan siap melangkah balik arah untuk pergi.
“Kamu tidak menginginkan bukumu kembali? Bagaimana dengan hadiah untuk Olive? Aku kasi ke David untuk ngeledekin dia saja ya,” ucap Alvin yang membuat Cherry mengurungkan niatnya untuk pergi dan kembali menatap kearah Alvin kemudian menyadari Alvin melangkah berlawanan arah dengannya dan tangan terangkat melambai tanpa menoleh.
“Eh tidak, tunggu Alvin. Itu hartaku yang bisa kujadikan alasan untuk kerumah kak Randy. Heii berhenti disana...” teriak Cherry yang berbalik mengejar Alvin. Namun pria itu malah tetap melangkah dengan senyuman lebar dibibirnya.
The End,
Detail cerita Pendek Jadilah Pacarku
- Judul cerpen : Jadilah Pacarku
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.424 Word
- Serial : Oneshoot
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar