Hufh, sepertinya makin lama makin malas saja untuk menulis ini, entah kemana perginya kegemaran sejak dulu. Setelah sebelumnya menyelesaikan cerpen cinta hanya sebatas mimpi.
Kali ini admin lanjutin cerpen Cinta Love at first Sight yang masih terbengkalai. Untuk yang udah lupa sama part sebelumnya, langsung klik saja disini. Happy reading...
"Aku tidak tau kalau kamu beneran segila itu," bentakku langsung kearah David yang masih belum menyadari apa yang terjadi. Bahkan aku tidak memperdulikan tatapan tanya dari beberapa teman pria itu yang sedang berada disampingnya.
Setelah mendengar cerita Olive kemarin sore, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan emosiku dengan baik. Dan bertekat untuk memberikan plajaran pada pria brengsek ini, sembarangan saja dia memperlakukan sahabatku sedemikian rupa. Jadi disinilah aku, setelah bel istirahat berbunyi langsung berlari kearah sekolah SMU bangsa yang tidak jauh dari sekolahku. Setelah susah payah mencari informasi dimana keberadaan David akhirnya aku menemukannya disela-sela kerumunan anak-anak lain yang sedang tertawa membicarakan sesuatu yang menurut mereka menarik.
"Devi..." Hanya satu kalimat itu yang David keluarkan, terpancar jelas kekagetan dalam raut wajahnya. Tentu saja tidak menyangka jika aku berada didepannya, bahkan langsung melabraknya seperti ini. Namun hal itu tidak membuatku berniat menjelaskan padanya kenapa hal itu terjadi, saat ini kekesalanku akan ulahnya pada sahabatku benar-benar membuatku perlu memberinya peringatan.
"Sebenarnya aku sama sekali tidak perduli dengan gangguan kejiwaan yang ada pada dirimu, namun akan lain ceritanya karena itu menyangkut sahabatku.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Olive?!" bentakku langsung, Seolah baru menyadari alasanku berada didepannya David melirik teman-temannya yang masih menatap bingung kearahku dan kearah David bergantian.
"Ikut aku," ucap David langsung, dan sebelum aku sempat protes tanganku sudah berada dalam genggamannya dan dipaksa untuk mengikuti langkah kakinya. Kaget karena langsung ditarik begitu saja, akhirnya aku hanya diam dan mengikuti langkahnya, sepertinya bertengkar dimuka umum juga bukan sesuatu yang benar. Meski aku sedikit merasa teman-temannya harus tau akan tindakan gila pria ini, namun hal itu tentu saja akan memeprmalukan Olive sendiri, dan aku tidak mau hal itu terjadi.
"Sekarang bicaralah, kamu boleh mengatakan apapun yang ingin kamu katakan," ucap David dengan santai setelah membawaku keatap gedung sekolah. Aku menatap sebel kearahnya, David melipat kedua tangannya didada dan bersandar ditembok sambil menatap kerah samping, sama sekali tidak menatap kearahku.
"Aku mau ngasi peringatan pertama dan terakhir buat kamu, jangan pernah gangguin aku dan sahabatku. Dan kalau memang kegilaan kamu itu tidak bisa disembuhkan lagi, berhenti membawa-bawa aku kedalam gangguan kejiwaanmu," ucapku kesal. Dan berusaha sebaik mungkin agar terlihat sangar.
"Jadi nama gadis itu Olive," bukannya merasa bersalah. Pria itu malah mengalihkan pembicaraan dan menatap penuh tanya kearahku.
"Kamu nggak tau namanya tapi brani-braninya..." aku menghentikan ucapanku dengan menahan kekesalanku dan melihat kesekeliling yang tampak kosong, kemudian sedikit mendekatkan wajahku kearah David "Menciumnya?" lanjutku dengan suara yang lebih lirih.
"Yaelah, aku cuma nempelin doank kok. Itu juga nggak lebih dari 5 detik. Nggak ada apa-apa yang terjadi, nggak usah lebay deh," ucap David sambil mengibaskan tangannya yang secara reflek langsung tanganku terangkat dan memukul kepalanya. Kali aja tadi otaknyanya bergeser dan bisa kembali normal.
"Aduh, sakit tau. Kamu gila ya," keluh David sebel sambil mengelus-elus kepalanya.
"Nggak kebalik. Aku ingin memperbaiki otakmu yang sepertinya kegeser itu," ucapku langsung dengan kesal.
"Huh," David menghembuskan nafas kesal sambil menatap kearah lain untuk meredam kekesalannya "Olive nggak punya pacar kan?" kemudian kalimat itu yang keluar dari mulutnya membuat ku membulatkan mata kaget "Karena sepertinya dia menarik," lanjutnya dan kembali tangaku refleks terulur memukul kepalanya. Mungkin otaknya malah tambah bergeser gegara aku pukul.
"Jangan bawa-bawa Olive lagi untuk menghadapi kegilaan kamu," ucapku tajam kemudian melangkah pergi. Sepertinya bicara sama cowok psyko itu benar-benar menguras tenaga. Menyebalkan, keluku sambil melangkahkan menuruni tangga dan bergegas balik kesekolahku. Karena terburu-buru dan kesal aku sedikit tidak memperhatikan langkahku hingga tanpa sadar aku merasa menubruk seseorang, dan sebelum aku tersadar apakah aku akan jatuh atau tidak aku merasakan sebuah tangan menahan tubuhku dengan cepat. Dan pandanganku langsung bertemu dengan seseorang yang menahan tubuhku.
"Devi, apa yang terjadi?" tanya Revan dengan kaget dan pandangan khawatir. Aku berusaha untuk menarik fikiranku kembali yang sepertinya masih dikuasai oleh alam bawah sadar.
"Eh, Revan..." ucapku sedikit kaku sambil kembali berdiri tegak dan merapikan rambutku.
"Kenapa buru-buru? apa yang baru saja terjadi?" tanya Revan kembali yang mengingatkan aku akan kekesalan akibat pria itu.
"Abis ngasi plajaran sama David," jawabku spontan.
"Benarkah? kenapa justru malah aku melihat kamu yang tampak kesal?" tanya Revan dengan wajah penuh tanya. Aku menatap kearah Revan sejenak sementara yang ditatap malah menunjukkan wajah bingung sendiri. Kemudian aku sedikit menimbang apakah harus kuceritakan pada pria ini atau tetap diam, tapi sepertinya aku butuh seseorang untuk mencari jalan tenganya.
"Aku lapar," Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulutku.
"Aku juga, karena mencarimu hampir kesekeliling sekolah aku melewatkan makan siang, dan karena jam pelajaran sudah lewat lebih dari 15 menit, mending kamu ikut aku bolos satu mata pelajaran. Ayo," ucapan Revan membuatku sedikit kaget, namun belum sempat aku menjawab pria itu sudah lebih dulu menarik tanganku untuk mengikutinya dan tentu saja aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.
Tunggu, kenapa sepertinya dari tadi aku gampang banget untuk mengikuti seseorang. Namun kali ini, tampaknya tangan yang menggenggam tanganku terasa lebih hangat dan lebih pas. Dan tanpa sadar bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman. Aku ingin terus menggenggam tangan ini.
To be continue...
Berlanjut ke cerpen cinta love at first sight part 12
Detail cerpen Love at Firs Sight
Kali ini admin lanjutin cerpen Cinta Love at first Sight yang masih terbengkalai. Untuk yang udah lupa sama part sebelumnya, langsung klik saja disini. Happy reading...
Cerpen Cinta Love at First Sight ~ part 11 |
"Aku tidak tau kalau kamu beneran segila itu," bentakku langsung kearah David yang masih belum menyadari apa yang terjadi. Bahkan aku tidak memperdulikan tatapan tanya dari beberapa teman pria itu yang sedang berada disampingnya.
Setelah mendengar cerita Olive kemarin sore, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan emosiku dengan baik. Dan bertekat untuk memberikan plajaran pada pria brengsek ini, sembarangan saja dia memperlakukan sahabatku sedemikian rupa. Jadi disinilah aku, setelah bel istirahat berbunyi langsung berlari kearah sekolah SMU bangsa yang tidak jauh dari sekolahku. Setelah susah payah mencari informasi dimana keberadaan David akhirnya aku menemukannya disela-sela kerumunan anak-anak lain yang sedang tertawa membicarakan sesuatu yang menurut mereka menarik.
"Devi..." Hanya satu kalimat itu yang David keluarkan, terpancar jelas kekagetan dalam raut wajahnya. Tentu saja tidak menyangka jika aku berada didepannya, bahkan langsung melabraknya seperti ini. Namun hal itu tidak membuatku berniat menjelaskan padanya kenapa hal itu terjadi, saat ini kekesalanku akan ulahnya pada sahabatku benar-benar membuatku perlu memberinya peringatan.
"Sebenarnya aku sama sekali tidak perduli dengan gangguan kejiwaan yang ada pada dirimu, namun akan lain ceritanya karena itu menyangkut sahabatku.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Olive?!" bentakku langsung, Seolah baru menyadari alasanku berada didepannya David melirik teman-temannya yang masih menatap bingung kearahku dan kearah David bergantian.
"Ikut aku," ucap David langsung, dan sebelum aku sempat protes tanganku sudah berada dalam genggamannya dan dipaksa untuk mengikuti langkah kakinya. Kaget karena langsung ditarik begitu saja, akhirnya aku hanya diam dan mengikuti langkahnya, sepertinya bertengkar dimuka umum juga bukan sesuatu yang benar. Meski aku sedikit merasa teman-temannya harus tau akan tindakan gila pria ini, namun hal itu tentu saja akan memeprmalukan Olive sendiri, dan aku tidak mau hal itu terjadi.
"Sekarang bicaralah, kamu boleh mengatakan apapun yang ingin kamu katakan," ucap David dengan santai setelah membawaku keatap gedung sekolah. Aku menatap sebel kearahnya, David melipat kedua tangannya didada dan bersandar ditembok sambil menatap kerah samping, sama sekali tidak menatap kearahku.
"Aku mau ngasi peringatan pertama dan terakhir buat kamu, jangan pernah gangguin aku dan sahabatku. Dan kalau memang kegilaan kamu itu tidak bisa disembuhkan lagi, berhenti membawa-bawa aku kedalam gangguan kejiwaanmu," ucapku kesal. Dan berusaha sebaik mungkin agar terlihat sangar.
"Jadi nama gadis itu Olive," bukannya merasa bersalah. Pria itu malah mengalihkan pembicaraan dan menatap penuh tanya kearahku.
"Kamu nggak tau namanya tapi brani-braninya..." aku menghentikan ucapanku dengan menahan kekesalanku dan melihat kesekeliling yang tampak kosong, kemudian sedikit mendekatkan wajahku kearah David "Menciumnya?" lanjutku dengan suara yang lebih lirih.
"Yaelah, aku cuma nempelin doank kok. Itu juga nggak lebih dari 5 detik. Nggak ada apa-apa yang terjadi, nggak usah lebay deh," ucap David sambil mengibaskan tangannya yang secara reflek langsung tanganku terangkat dan memukul kepalanya. Kali aja tadi otaknyanya bergeser dan bisa kembali normal.
"Aduh, sakit tau. Kamu gila ya," keluh David sebel sambil mengelus-elus kepalanya.
"Nggak kebalik. Aku ingin memperbaiki otakmu yang sepertinya kegeser itu," ucapku langsung dengan kesal.
"Huh," David menghembuskan nafas kesal sambil menatap kearah lain untuk meredam kekesalannya "Olive nggak punya pacar kan?" kemudian kalimat itu yang keluar dari mulutnya membuat ku membulatkan mata kaget "Karena sepertinya dia menarik," lanjutnya dan kembali tangaku refleks terulur memukul kepalanya. Mungkin otaknya malah tambah bergeser gegara aku pukul.
"Jangan bawa-bawa Olive lagi untuk menghadapi kegilaan kamu," ucapku tajam kemudian melangkah pergi. Sepertinya bicara sama cowok psyko itu benar-benar menguras tenaga. Menyebalkan, keluku sambil melangkahkan menuruni tangga dan bergegas balik kesekolahku. Karena terburu-buru dan kesal aku sedikit tidak memperhatikan langkahku hingga tanpa sadar aku merasa menubruk seseorang, dan sebelum aku tersadar apakah aku akan jatuh atau tidak aku merasakan sebuah tangan menahan tubuhku dengan cepat. Dan pandanganku langsung bertemu dengan seseorang yang menahan tubuhku.
"Devi, apa yang terjadi?" tanya Revan dengan kaget dan pandangan khawatir. Aku berusaha untuk menarik fikiranku kembali yang sepertinya masih dikuasai oleh alam bawah sadar.
"Eh, Revan..." ucapku sedikit kaku sambil kembali berdiri tegak dan merapikan rambutku.
"Kenapa buru-buru? apa yang baru saja terjadi?" tanya Revan kembali yang mengingatkan aku akan kekesalan akibat pria itu.
"Abis ngasi plajaran sama David," jawabku spontan.
"Benarkah? kenapa justru malah aku melihat kamu yang tampak kesal?" tanya Revan dengan wajah penuh tanya. Aku menatap kearah Revan sejenak sementara yang ditatap malah menunjukkan wajah bingung sendiri. Kemudian aku sedikit menimbang apakah harus kuceritakan pada pria ini atau tetap diam, tapi sepertinya aku butuh seseorang untuk mencari jalan tenganya.
"Aku lapar," Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulutku.
"Aku juga, karena mencarimu hampir kesekeliling sekolah aku melewatkan makan siang, dan karena jam pelajaran sudah lewat lebih dari 15 menit, mending kamu ikut aku bolos satu mata pelajaran. Ayo," ucapan Revan membuatku sedikit kaget, namun belum sempat aku menjawab pria itu sudah lebih dulu menarik tanganku untuk mengikutinya dan tentu saja aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.
Tunggu, kenapa sepertinya dari tadi aku gampang banget untuk mengikuti seseorang. Namun kali ini, tampaknya tangan yang menggenggam tanganku terasa lebih hangat dan lebih pas. Dan tanpa sadar bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman. Aku ingin terus menggenggam tangan ini.
To be continue...
Berlanjut ke cerpen cinta love at first sight part 12
Detail cerpen Love at Firs Sight
- Judul cerpen : Love at Firs Sight
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 821 Word
- Serial : Serial ketiga
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar