Mantan??? apa yang terlintas diingatanmu kalau kata ini terdengar ditelinga. Marah kah, atau malah menjadi membuatmu teringat masa-masa indah yang pernah dilalui??? Atau mungkin malah tidak ada apa-apa yang terlintas, seolah hanya kata tanpa makna. Hemm kali ini admin mau bikin cerpen pendek bertemakan mantan, eng maksudnya sedikit kisah tengan dia lah. Bukan, bukan seseorang yang pernah admin suka sii, cuman tema nya aja.
Judulnya Special Valentine "Come Back be Happy" Cerpen special valentin yang kayaknya udah mulai tercium bau nya, hohoho... Dan untuk cerpen sebelumnya yang judulnya Love at First Sight kayaknya bakalan nanti lagi deh dilanjutnya yaa, untuk cerpen pendek ini yang udah penasaran, langsung aja happy reading yaa...
"Silvi..." teguran yang lebih keras itu membuat Silvi menoleh keasal suara dan menatap kearah Ilham yang sedang menatap kearahnya "Kamu mendengarkanku tidak sih??" gerutunya yang membuat Silvi langsung menyadari kalau barusan ia memang sama sekali tidak mendengarkan ucapan apapun dari pria itu.
"Apa yang sedang kamu lamunkan?" Silvi mengalihkan tatapannya dari Ilham dan menatap kearah Anggel yang duduk disamping Ilham didepannya kemudian makin menyadari dilema yang ia rasakan. Sedikit menghembuskan nafas kesal menahan gerutuan kecil yang hampir ia ungkapkan kemudian Silvi tersenyum kaku kearah sepasang kekasih dihadapannya. Bukan, bukan hanya karena ia diharuskan untuk menjadi obat nyamuk dimalam valentin ini. Lebih dari pada itu, yang membuatnya merasa menyesal telah dilahirkan didunia.
Oke, mungkin itu sedikit berlebihan. Hanya saja siapa yang akan menyangka kalau posisi dan situasi ini yang harus ia hadapi sekarang, makan satu meja bersama mantan-yang masih sangat ia cintai- dan seorang teman yang baru ia kenal ditempat kerjanya sebulan yang lalu dan ngakunya sudah menjadi pacar dari pria ini. Dulu dia lah yang menjadi orang paling bahagia karena bisa memiliki Ilham, tapi serkarang posisinya hanya sebatas teman, teman dari seorang mantan pacarnya. Dan tentu saja Anggel sama sekali tidak tau kisah dibalik semua itu.
Yang Silvi tau hanya, saat ia memutuskan untuk jalan bersama Anggel menghabiskan waktu malam valentin berdua karena Silvi yang berstatus single setelah resmi putus dari Ilham dan Anggle yang ngakunya terpaksa ikutan ber single-ria karena pacarnya tidak bisa datang untuk menghabiskan waktu bersama itu siap melangkah keluar tiba-tiba bertemu dengan satu ketidak sengajaan yang cukup romantis. Ilham tiba-tiba muncul dihadapan mereka dengan alasan untuk memberikan kejutan pada Anggle sementara keadaan canggung harus mereka rasa saat akhirnya Silvi dipaksa atau lebih tepat kalau dibilang diseret untuk ikut serta makan malam dengan alasan Anggle merasa tidak enak kalau harus membatalkan acara mereka hanya karena kehadiran Ilham yang secara tiba-tiba.
"Tuh kan kamu ngelamun lagi," teguran beserta senggolan dilengan Silvi membuatnya menoleh kearah Anggle yang cemberut dihadapannya.
"Aku baik-baik saja, hanya saja aku sedang merasa sangat lapar," balas Silvi dan menyantap makanan dihadapannya dengan sedikit lebih berantusias untuk menghindari pertanyaan dari teman dan mantan yang masih ia cintai itu. Sedikit rasa sakit menusuk hatinya, kenapa harus pacaran sama temannya sendiri sih nih anak. Atau akan lebih tepat kalau dikatakan dia lah yang berteman pada pacar pria itu, menyadari itu makin membuat Silvi merasa marah entah dengan siapa. Keadaankah? Bisa jadi sih, karena Anggle sudah pacaran hampir dua bulan sementara ia berteman baru satu bulan, bukankah itu artinya dia sendiri yang menjatuhkan dirinya untuk merasakan sakit??
"Jadi apa jawabanmu?" tanya Ilham yang membuat Silvi menghentikan kunyahanya dan sedikit memutar otak untuk mengingat pertanyaan apa yang harus ia jawab karena sejak beberapa menit yang lalu ia lebih memilih untuk melamun kan berbagai penyesalan dari pada mendengarkan pembicaraan kedua makhluk pasangan kekasih itu yang jelas saja makin membuat hatinya sakit.
"Kita sedang meminta pendapatmu apakah kamu akan keberatan kalau seandainya setelah ini kamu ikut untuk menghabiskan malam valentin dengan ber karaoke," Anggle memberikan jawaban dari kebingungan yang jelas terlintas pada ekspresi yang Silvi tunjukkan.
"Apa?? Ikut kalian kee..." Silvi tidak menyelesaikan ucapannya, karena kalimat itu sepertinya tidak pantas untuk dilanjutkan. Masih belum cukup kah untuk membuatnya merasakan sakit karena melihat mereka berdua, kenapa harus terus-terus dipaksa untuk menyaksikan lebih lama lagi.
"Kamu tidak keberatan kan? Kita teman bukan? Lagian kan kamu juga udah berteman sama Ilham lebih dulu, itu artinya kamu nggak bisa beralasan kalau kamu merasa nggak enak sama Ilham atau dengan alasan konyol lainnya, seperti karena kita pacaran mungkin," balasan dari Anggle membuat Silvi mencibir dalam hati, lalu alasan apa lagi yang akan ia berikan kalau begitu, lah kan memang kedua alasan itu yang membuatnya tidak bisa berkutik dihadapan kedua orang itu. Terlebih lagi berakhirnya hubungan itu dulu Silvi yang telah memutuskan, jadi bagaimana bisa ia baik-baik saja didekat pria itu.
"Ayo Silvi, aku bertaruh dengan jawabnmu. Kalau kamu menolak itu artinya aku masih punya sedikit harapan kalau kamu mungkin masih mencintaiku," Bisik hati Ilham sambil menatap kearah Silvi dengan harap-harap cemas, Silvi yang menyadari tatapan Ilham yang seolah menantikan dan penuh harap itu semakin merasa lebih baik bumi segera menelannya detik itu juga dari pada diharuskan untuk menghadapi situasi seperti ini.
"Aku lebih senang kalau kalian pergi berdua saja, tapi aku tentu tidak akan menolak ajakan kalau itu berbau gratis seperti saat ini. Heheheh..." terdengar tawa sumbang yang jelas dipaksakan dari mulut Silvi dan berusaha semampu mungkin untuk tampak bahagia dihadapan mereka "Mana mungkin aku menolak kalau Ilham jelas-jelas sedang menunggu jawabanku dengan ekpresi seperti itu, aku sudah mengenalnya cukup baik sehingga aku tau kalau ia sangat berharap jawabanku adalah menolak. Aku yakin dia ingin membuktikan aku masih mencintainya dan mempermalukanku untuk membalas rasa sakit yang dulu ia rasakan karena aku memutuskannya begitu saja," Gerutu hati Silvi dalam diam dan semakin yakin saat menyadari Ilham yang menyadarkan tubuhnya kembali dikursi dengan ekspresi kecewa yang hanya Silvi sendiri yang bisa merasakannya.
"Aku senang sekali mendengarnya, sudah lama aku tidak karaokean. Dan kita akan bersenang-senang hari ini, Benarkan say?" tanya Anggle dengan senang sambil menatap kearah Ilham yang duduk disampingnya. Memaksa pria itu membalas senyuman lebarnya dan menunjukkan ekpresi senang.
"Tentu saja, akan lebih mengasikkan kalau semakin banyak orang merasa bahagia. Aku merasa tidak sia-sia karena memberikan kejutan bertemu denganmu hari ini," balas Ilham sambil tersenyum senang membuat Silvi memutar bola matanya merasa eneg namun tidak bisa membantah. Berusaha sekuat mungkin menahan emosinya dan menahan untuk tidak menghancurkan apapun yang berada dihadapannya.
"Aku seneng kamu akhirnya bisa datang, padahal tadi aku sudah cukup kecewa karena kamu mengatakan kalau kamu tidak bisa menemuiku dan blab la bla…" Silvi sudah tidak lagi mendengar apapun yang Anggel katakana dan jawaban dari pria itu yang membuatnya makin sakit, ia lebih memilih untuk menikmati makanannya yang jelas saja tidak terasa nikmat dengan hati segundah itu.
"Silvi tidak punya pacar??" Pertanyaan bernada kaget itu mampu menarik Silvi kembali kealam sadarnya dan menatap kearah Ilham yang dengan sangat amat yakin kalau pria itu hampir tertawa menanti jawaban atas pertanyaannya.
"Iya, lagian kamu kan temannya dulu. Tidak mungkin kamu tidak mengetahui hal itu," jawab Anggle tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Kita bahkan sudah tidak ada komunikasi hampir 3 bulanan ini. Aku kaget dia masih betah menjomblo, padahal setauku dulu dia masih mempunyai seorang pacar yang cukup tampan. Aku penasaran kenapa ia melepaskan pria itu," ucapan Ilham membuat Silvi merasa lebih baik melenyapkan pria itu dari pada melenyapkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya malah kalimat itu yang ia ucapkan.
"Waahh kamu mengenal mantan Silvi ya, kamu tau nggak. Aku sudah cukup penasaran sama mantan terakhirnya yang masih membuat Silvi memilih single selama ini," Balasan yang Anggle ucapkan sungguh tidak pernah Silvi bayangkan harus seekstrim dan semengerikan itu ditelinganya, mungkin ia harus kembali mengoreksi niatnya tadi. Akan lebih aman jika melenyapkan Anggle terlebih dahulu sebelum ia semakin dipermalukan dengan gelar 'Gagal Move On' yang selama ini sudah melekat pada dirinya setelah putus dari pria ini.
"Gegara mantannya??? Jangan-jangan sampai sekarang Silvi masih..."
"Sangat membenci pria itu!" ucapan tegas Silvi membuat kedua orang yang sedang mengobrol antusias itu menoleh kearahnya dengan cepat. Selain karena Silvi yang mengatakannya dengan cukup tegas juga karena Silvi tiba-tiab memotong ucapan yang bahkan belum sempat Ilham selesaikan "Iya, karena aku masih _Membenci_ pria itu, makannya aku tidak mau menjalin hubungan dengan pria lain. Akan lebih tepat kalau dibilang trauma dengan sebuah hubungan aku rasa," lanjutnya sambil menikmati makanannya seolah pria yang ia katakan sama sekali tidak ada dihadapannya, Silvi merasa cukup puas saat menyadari eskpresi Ilham yang tampak kecewa, tersenyum dalam hati atas kemenangan yang ia rasakan. Pasti pria itu kecewa untuk kesekian kalinya karena tidak bisa mempermalukannya.
"Silvi… Bukannya…”
"Itulah alasan sebenarnya Anggle," potong Silvi dengan cukup puas dan sedikit memaksa agar Anggle tidak menyangkal ucapannya dan menceritakan semua yang pernah ia katakan dulu kalau ia memang masih sangat mencintai mantannya dan bahkan waktu terasa cukup melelahkan tanpa adanya mantannya itu dalam hidupnya.
"Aku rasa, pria itu memang cukup tidak pantas untuk mendapatkan gadis sebaik kamu Silvi, karena aku _Dulu_ mengenalmu dengan cukup baik. Aku sedikit terkejut kamu akhirnya bisa membenci seseorang," ucapan Ilham membuat Silvi sedikit menyipitkan matanya untuk membaca ekspresi apa yang terlintas dari wajah didepanya itu, namun membuatnya menghembuskan nafas kesal saat ia tidak bisa membaca ekpresi yang ilham tunjukkan.
"Aku pastikan untuk memberikannya pelajaran kalau aku bertemu dengannya, berani-beraninya dia membuat Silvi menyandang status single dan tidak mau melepaskannya," tekat Anggle sambil menggenggamkan tangannya dengan semangat yang dibalas tawa dari Silvi dan Ilham dengan tawa karena alasan yang berbeda.
“Eh, aku ke toilet sebentar yaa…” ucap Silvi sambil berdiri dari kursinya, setelah mendapat anggukan kepala dari Anggel dan Ilham, Silvi melangkahkan kakinya meninggalkan mejanya. Silvi mencuci wajahnya di wastafel untuk mengurangi rasa panas yang ia rasakan, mungkin terasa sedikit membantu saat perasaan lega sedikit menjalari perasaannya, hari yang cukup melelahkan. Korban hati jiwa bahkan raga sekalian. Ada kejutan mengerikan apa lagi yang akan ia dapatkan setelah ini. Dan mulai malam ini, Silvi sudah yakin akan menobatkan malam Valentine sebagai malam penuh musibah untuknya.
Setelah sedikit memperbaiki riasannya dan perasaan yang lebih baik, Silvi melangkah keluar siap menuju mejanya kembali, namun langkahnya terhenti saat menyadari apa yang dilihatnya, tampak Ilham dan Anggel yang sedang tertawa bersama dengan bahagianya, perasaan sakit menusuk hatinya, cemburu sudah pasti dan mungkin ia tidak bisa membuat perasaan itu lebih parah dari pada sekarang. Perlahan langkahnya mundur beberapa langkah, ia tidak bisa mengganggu pasangan itu, atau lebih tepat jika sudah cukup dengan semua rasa sakit yang ia rasakan sejak tadi. Kemudian berbalik dan melangkah pergi, mungkin nanti ia bisa beralasan sakit via ponsel pada Anggle angar wanita itu tidak curiga.
Sedikit perasaan lega menjalari dadanya saat langkahnya sudah sampai diluar namun perasaan nyesek yang lainnya malah terasa, menyesali kebodohannya yang mungkin sudah tidak bisa diungkapkan lagi. Sangat mengerikan berada dalam situasi yang sulit ini. Ia merasa cukup bangga saat bisa melewati situasi itu tanpa meneteskan air mata. Baiklah, mungkin malam Valentine memang diwajibkan untuk menggalau mala mini.
“Silvi tunggu!!” langkah Silvi terhenti tepat setelah seseorang menarik tangannya secara paksa dan membuat keseimbangannya sempat goyah “Jelaskan padaku apa kesalahanku yang membuatmu sampai membenciku sejauh ini,” kelanjutan ucapan itu masih belum cukup untuk menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Tatapannya masih terpaku pada wajah frustasi yang Ilham tunjukkan didepannya.
“Aku hampir gila, tidak bisa menghubungimu selama ini. Dan sekarang, saat aku bisa menemuimu dengan ketidak sengajaan ini, kamu akan pergi begitu saja. Waw, hebat sekali kamu ya. Sejauh apa lagi kamu ingin menyakitiku ha?!” entah karena bentakan atau memang kata itu berhasil menyentuh hatinya, tanpa sadar air matanya mengalir.
“Aku…”
“Please, berhentilah menyiksaku dan beri aku kesempatan untuk kembali bersamamu. Asal kamu tau saja, aku sudah menjadi pria paling brengsek setelah kamu meninggalkanku tanpa alasan, gonta ganti pacar selingkuh disana sini, tapi aku tidak bisa mengisi hatiku yang kosong. Kembalilah padaku, dan aku akan…”
“Betapa menyakitkannya melihatmu kembali saat bersama orang lain, bahkan temanku sendiri…” Potong Silvi sebelum Ilham menyelesaikan ucapannya. “Memutuskan untuk hidup tanpamu mungkin memang benar adalah tindakan bunuh diri, aku hanya…”
“Lupakan masa lalu, aku tidak akan menanyakanmu atau memaksamu untuk mengatakannya, aku sudah mengatakan pada Anggel tadi. Aku harap kamu bersedia menerimaku kembali,” ucap Ilham sambil mengusap air mata yang menetes dipipi Silvi dan tanpa memilirkan tentang apa yang akan terjadi nanti, perlahan Silvi mengangguk. Perasaan bahagia itu membuatnya menyadari satu hal, mungkin memang dibalik penderitaan selalu muncul kebahagiaan tak terduga.
Seperti saat ini, siapa yang akan menduga kalau ternyata Ilham masih mencintainya, dan Silvi yakin Anggel akan baik-baik saja, karena ia sendiri tau kalau Anggel memang memiliki pacar tidak Cuma satu, hanya saja ia tidak menduga kalau salah satu pacar Anggel ternyata adalah mantan yang masih dicintainya. Ternyata malam Valentine tidak seburuk yang ia fikirkan tadi, peraasan sakitnya, mungkin bisa terbayar lunas dengan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang.
Happy Valentine Day All….
The End.
Endingnya maksa?? Ember, nggak sesuai dengan apa yang admin bayangkan sebelumnya. Ahh sudahlah, salah siapa Valentine nya keburu dateng sebelum selesai ngetik, efek demam selama dua hari yang lalu. Anggap saja sedang tertipu. Oke guys, sampai ketemu di cerpen selanjutnya saja yaaa…
Detail cerpen
Judulnya Special Valentine "Come Back be Happy" Cerpen special valentin yang kayaknya udah mulai tercium bau nya, hohoho... Dan untuk cerpen sebelumnya yang judulnya Love at First Sight kayaknya bakalan nanti lagi deh dilanjutnya yaa, untuk cerpen pendek ini yang udah penasaran, langsung aja happy reading yaa...
Special Valentin "Come Back be Happy" {Cerpen} |
Special Valentine "Come Back be Happy"
"Silvi..." teguran yang lebih keras itu membuat Silvi menoleh keasal suara dan menatap kearah Ilham yang sedang menatap kearahnya "Kamu mendengarkanku tidak sih??" gerutunya yang membuat Silvi langsung menyadari kalau barusan ia memang sama sekali tidak mendengarkan ucapan apapun dari pria itu.
"Apa yang sedang kamu lamunkan?" Silvi mengalihkan tatapannya dari Ilham dan menatap kearah Anggel yang duduk disamping Ilham didepannya kemudian makin menyadari dilema yang ia rasakan. Sedikit menghembuskan nafas kesal menahan gerutuan kecil yang hampir ia ungkapkan kemudian Silvi tersenyum kaku kearah sepasang kekasih dihadapannya. Bukan, bukan hanya karena ia diharuskan untuk menjadi obat nyamuk dimalam valentin ini. Lebih dari pada itu, yang membuatnya merasa menyesal telah dilahirkan didunia.
Oke, mungkin itu sedikit berlebihan. Hanya saja siapa yang akan menyangka kalau posisi dan situasi ini yang harus ia hadapi sekarang, makan satu meja bersama mantan-yang masih sangat ia cintai- dan seorang teman yang baru ia kenal ditempat kerjanya sebulan yang lalu dan ngakunya sudah menjadi pacar dari pria ini. Dulu dia lah yang menjadi orang paling bahagia karena bisa memiliki Ilham, tapi serkarang posisinya hanya sebatas teman, teman dari seorang mantan pacarnya. Dan tentu saja Anggel sama sekali tidak tau kisah dibalik semua itu.
Yang Silvi tau hanya, saat ia memutuskan untuk jalan bersama Anggel menghabiskan waktu malam valentin berdua karena Silvi yang berstatus single setelah resmi putus dari Ilham dan Anggle yang ngakunya terpaksa ikutan ber single-ria karena pacarnya tidak bisa datang untuk menghabiskan waktu bersama itu siap melangkah keluar tiba-tiba bertemu dengan satu ketidak sengajaan yang cukup romantis. Ilham tiba-tiba muncul dihadapan mereka dengan alasan untuk memberikan kejutan pada Anggle sementara keadaan canggung harus mereka rasa saat akhirnya Silvi dipaksa atau lebih tepat kalau dibilang diseret untuk ikut serta makan malam dengan alasan Anggle merasa tidak enak kalau harus membatalkan acara mereka hanya karena kehadiran Ilham yang secara tiba-tiba.
"Tuh kan kamu ngelamun lagi," teguran beserta senggolan dilengan Silvi membuatnya menoleh kearah Anggle yang cemberut dihadapannya.
"Aku baik-baik saja, hanya saja aku sedang merasa sangat lapar," balas Silvi dan menyantap makanan dihadapannya dengan sedikit lebih berantusias untuk menghindari pertanyaan dari teman dan mantan yang masih ia cintai itu. Sedikit rasa sakit menusuk hatinya, kenapa harus pacaran sama temannya sendiri sih nih anak. Atau akan lebih tepat kalau dikatakan dia lah yang berteman pada pacar pria itu, menyadari itu makin membuat Silvi merasa marah entah dengan siapa. Keadaankah? Bisa jadi sih, karena Anggle sudah pacaran hampir dua bulan sementara ia berteman baru satu bulan, bukankah itu artinya dia sendiri yang menjatuhkan dirinya untuk merasakan sakit??
"Jadi apa jawabanmu?" tanya Ilham yang membuat Silvi menghentikan kunyahanya dan sedikit memutar otak untuk mengingat pertanyaan apa yang harus ia jawab karena sejak beberapa menit yang lalu ia lebih memilih untuk melamun kan berbagai penyesalan dari pada mendengarkan pembicaraan kedua makhluk pasangan kekasih itu yang jelas saja makin membuat hatinya sakit.
"Kita sedang meminta pendapatmu apakah kamu akan keberatan kalau seandainya setelah ini kamu ikut untuk menghabiskan malam valentin dengan ber karaoke," Anggle memberikan jawaban dari kebingungan yang jelas terlintas pada ekspresi yang Silvi tunjukkan.
"Apa?? Ikut kalian kee..." Silvi tidak menyelesaikan ucapannya, karena kalimat itu sepertinya tidak pantas untuk dilanjutkan. Masih belum cukup kah untuk membuatnya merasakan sakit karena melihat mereka berdua, kenapa harus terus-terus dipaksa untuk menyaksikan lebih lama lagi.
"Kamu tidak keberatan kan? Kita teman bukan? Lagian kan kamu juga udah berteman sama Ilham lebih dulu, itu artinya kamu nggak bisa beralasan kalau kamu merasa nggak enak sama Ilham atau dengan alasan konyol lainnya, seperti karena kita pacaran mungkin," balasan dari Anggle membuat Silvi mencibir dalam hati, lalu alasan apa lagi yang akan ia berikan kalau begitu, lah kan memang kedua alasan itu yang membuatnya tidak bisa berkutik dihadapan kedua orang itu. Terlebih lagi berakhirnya hubungan itu dulu Silvi yang telah memutuskan, jadi bagaimana bisa ia baik-baik saja didekat pria itu.
"Ayo Silvi, aku bertaruh dengan jawabnmu. Kalau kamu menolak itu artinya aku masih punya sedikit harapan kalau kamu mungkin masih mencintaiku," Bisik hati Ilham sambil menatap kearah Silvi dengan harap-harap cemas, Silvi yang menyadari tatapan Ilham yang seolah menantikan dan penuh harap itu semakin merasa lebih baik bumi segera menelannya detik itu juga dari pada diharuskan untuk menghadapi situasi seperti ini.
"Aku lebih senang kalau kalian pergi berdua saja, tapi aku tentu tidak akan menolak ajakan kalau itu berbau gratis seperti saat ini. Heheheh..." terdengar tawa sumbang yang jelas dipaksakan dari mulut Silvi dan berusaha semampu mungkin untuk tampak bahagia dihadapan mereka "Mana mungkin aku menolak kalau Ilham jelas-jelas sedang menunggu jawabanku dengan ekpresi seperti itu, aku sudah mengenalnya cukup baik sehingga aku tau kalau ia sangat berharap jawabanku adalah menolak. Aku yakin dia ingin membuktikan aku masih mencintainya dan mempermalukanku untuk membalas rasa sakit yang dulu ia rasakan karena aku memutuskannya begitu saja," Gerutu hati Silvi dalam diam dan semakin yakin saat menyadari Ilham yang menyadarkan tubuhnya kembali dikursi dengan ekspresi kecewa yang hanya Silvi sendiri yang bisa merasakannya.
"Aku senang sekali mendengarnya, sudah lama aku tidak karaokean. Dan kita akan bersenang-senang hari ini, Benarkan say?" tanya Anggle dengan senang sambil menatap kearah Ilham yang duduk disampingnya. Memaksa pria itu membalas senyuman lebarnya dan menunjukkan ekpresi senang.
"Tentu saja, akan lebih mengasikkan kalau semakin banyak orang merasa bahagia. Aku merasa tidak sia-sia karena memberikan kejutan bertemu denganmu hari ini," balas Ilham sambil tersenyum senang membuat Silvi memutar bola matanya merasa eneg namun tidak bisa membantah. Berusaha sekuat mungkin menahan emosinya dan menahan untuk tidak menghancurkan apapun yang berada dihadapannya.
"Aku seneng kamu akhirnya bisa datang, padahal tadi aku sudah cukup kecewa karena kamu mengatakan kalau kamu tidak bisa menemuiku dan blab la bla…" Silvi sudah tidak lagi mendengar apapun yang Anggel katakana dan jawaban dari pria itu yang membuatnya makin sakit, ia lebih memilih untuk menikmati makanannya yang jelas saja tidak terasa nikmat dengan hati segundah itu.
"Silvi tidak punya pacar??" Pertanyaan bernada kaget itu mampu menarik Silvi kembali kealam sadarnya dan menatap kearah Ilham yang dengan sangat amat yakin kalau pria itu hampir tertawa menanti jawaban atas pertanyaannya.
"Iya, lagian kamu kan temannya dulu. Tidak mungkin kamu tidak mengetahui hal itu," jawab Anggle tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Kita bahkan sudah tidak ada komunikasi hampir 3 bulanan ini. Aku kaget dia masih betah menjomblo, padahal setauku dulu dia masih mempunyai seorang pacar yang cukup tampan. Aku penasaran kenapa ia melepaskan pria itu," ucapan Ilham membuat Silvi merasa lebih baik melenyapkan pria itu dari pada melenyapkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya malah kalimat itu yang ia ucapkan.
"Waahh kamu mengenal mantan Silvi ya, kamu tau nggak. Aku sudah cukup penasaran sama mantan terakhirnya yang masih membuat Silvi memilih single selama ini," Balasan yang Anggle ucapkan sungguh tidak pernah Silvi bayangkan harus seekstrim dan semengerikan itu ditelinganya, mungkin ia harus kembali mengoreksi niatnya tadi. Akan lebih aman jika melenyapkan Anggle terlebih dahulu sebelum ia semakin dipermalukan dengan gelar 'Gagal Move On' yang selama ini sudah melekat pada dirinya setelah putus dari pria ini.
"Gegara mantannya??? Jangan-jangan sampai sekarang Silvi masih..."
"Sangat membenci pria itu!" ucapan tegas Silvi membuat kedua orang yang sedang mengobrol antusias itu menoleh kearahnya dengan cepat. Selain karena Silvi yang mengatakannya dengan cukup tegas juga karena Silvi tiba-tiab memotong ucapan yang bahkan belum sempat Ilham selesaikan "Iya, karena aku masih _Membenci_ pria itu, makannya aku tidak mau menjalin hubungan dengan pria lain. Akan lebih tepat kalau dibilang trauma dengan sebuah hubungan aku rasa," lanjutnya sambil menikmati makanannya seolah pria yang ia katakan sama sekali tidak ada dihadapannya, Silvi merasa cukup puas saat menyadari eskpresi Ilham yang tampak kecewa, tersenyum dalam hati atas kemenangan yang ia rasakan. Pasti pria itu kecewa untuk kesekian kalinya karena tidak bisa mempermalukannya.
"Silvi… Bukannya…”
"Itulah alasan sebenarnya Anggle," potong Silvi dengan cukup puas dan sedikit memaksa agar Anggle tidak menyangkal ucapannya dan menceritakan semua yang pernah ia katakan dulu kalau ia memang masih sangat mencintai mantannya dan bahkan waktu terasa cukup melelahkan tanpa adanya mantannya itu dalam hidupnya.
"Aku rasa, pria itu memang cukup tidak pantas untuk mendapatkan gadis sebaik kamu Silvi, karena aku _Dulu_ mengenalmu dengan cukup baik. Aku sedikit terkejut kamu akhirnya bisa membenci seseorang," ucapan Ilham membuat Silvi sedikit menyipitkan matanya untuk membaca ekspresi apa yang terlintas dari wajah didepanya itu, namun membuatnya menghembuskan nafas kesal saat ia tidak bisa membaca ekpresi yang ilham tunjukkan.
"Aku pastikan untuk memberikannya pelajaran kalau aku bertemu dengannya, berani-beraninya dia membuat Silvi menyandang status single dan tidak mau melepaskannya," tekat Anggle sambil menggenggamkan tangannya dengan semangat yang dibalas tawa dari Silvi dan Ilham dengan tawa karena alasan yang berbeda.
“Eh, aku ke toilet sebentar yaa…” ucap Silvi sambil berdiri dari kursinya, setelah mendapat anggukan kepala dari Anggel dan Ilham, Silvi melangkahkan kakinya meninggalkan mejanya. Silvi mencuci wajahnya di wastafel untuk mengurangi rasa panas yang ia rasakan, mungkin terasa sedikit membantu saat perasaan lega sedikit menjalari perasaannya, hari yang cukup melelahkan. Korban hati jiwa bahkan raga sekalian. Ada kejutan mengerikan apa lagi yang akan ia dapatkan setelah ini. Dan mulai malam ini, Silvi sudah yakin akan menobatkan malam Valentine sebagai malam penuh musibah untuknya.
Setelah sedikit memperbaiki riasannya dan perasaan yang lebih baik, Silvi melangkah keluar siap menuju mejanya kembali, namun langkahnya terhenti saat menyadari apa yang dilihatnya, tampak Ilham dan Anggel yang sedang tertawa bersama dengan bahagianya, perasaan sakit menusuk hatinya, cemburu sudah pasti dan mungkin ia tidak bisa membuat perasaan itu lebih parah dari pada sekarang. Perlahan langkahnya mundur beberapa langkah, ia tidak bisa mengganggu pasangan itu, atau lebih tepat jika sudah cukup dengan semua rasa sakit yang ia rasakan sejak tadi. Kemudian berbalik dan melangkah pergi, mungkin nanti ia bisa beralasan sakit via ponsel pada Anggle angar wanita itu tidak curiga.
Sedikit perasaan lega menjalari dadanya saat langkahnya sudah sampai diluar namun perasaan nyesek yang lainnya malah terasa, menyesali kebodohannya yang mungkin sudah tidak bisa diungkapkan lagi. Sangat mengerikan berada dalam situasi yang sulit ini. Ia merasa cukup bangga saat bisa melewati situasi itu tanpa meneteskan air mata. Baiklah, mungkin malam Valentine memang diwajibkan untuk menggalau mala mini.
“Silvi tunggu!!” langkah Silvi terhenti tepat setelah seseorang menarik tangannya secara paksa dan membuat keseimbangannya sempat goyah “Jelaskan padaku apa kesalahanku yang membuatmu sampai membenciku sejauh ini,” kelanjutan ucapan itu masih belum cukup untuk menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Tatapannya masih terpaku pada wajah frustasi yang Ilham tunjukkan didepannya.
“Aku hampir gila, tidak bisa menghubungimu selama ini. Dan sekarang, saat aku bisa menemuimu dengan ketidak sengajaan ini, kamu akan pergi begitu saja. Waw, hebat sekali kamu ya. Sejauh apa lagi kamu ingin menyakitiku ha?!” entah karena bentakan atau memang kata itu berhasil menyentuh hatinya, tanpa sadar air matanya mengalir.
“Aku…”
“Please, berhentilah menyiksaku dan beri aku kesempatan untuk kembali bersamamu. Asal kamu tau saja, aku sudah menjadi pria paling brengsek setelah kamu meninggalkanku tanpa alasan, gonta ganti pacar selingkuh disana sini, tapi aku tidak bisa mengisi hatiku yang kosong. Kembalilah padaku, dan aku akan…”
“Betapa menyakitkannya melihatmu kembali saat bersama orang lain, bahkan temanku sendiri…” Potong Silvi sebelum Ilham menyelesaikan ucapannya. “Memutuskan untuk hidup tanpamu mungkin memang benar adalah tindakan bunuh diri, aku hanya…”
“Lupakan masa lalu, aku tidak akan menanyakanmu atau memaksamu untuk mengatakannya, aku sudah mengatakan pada Anggel tadi. Aku harap kamu bersedia menerimaku kembali,” ucap Ilham sambil mengusap air mata yang menetes dipipi Silvi dan tanpa memilirkan tentang apa yang akan terjadi nanti, perlahan Silvi mengangguk. Perasaan bahagia itu membuatnya menyadari satu hal, mungkin memang dibalik penderitaan selalu muncul kebahagiaan tak terduga.
Seperti saat ini, siapa yang akan menduga kalau ternyata Ilham masih mencintainya, dan Silvi yakin Anggel akan baik-baik saja, karena ia sendiri tau kalau Anggel memang memiliki pacar tidak Cuma satu, hanya saja ia tidak menduga kalau salah satu pacar Anggel ternyata adalah mantan yang masih dicintainya. Ternyata malam Valentine tidak seburuk yang ia fikirkan tadi, peraasan sakitnya, mungkin bisa terbayar lunas dengan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang.
Happy Valentine Day All….
The End.
Endingnya maksa?? Ember, nggak sesuai dengan apa yang admin bayangkan sebelumnya. Ahh sudahlah, salah siapa Valentine nya keburu dateng sebelum selesai ngetik, efek demam selama dua hari yang lalu. Anggap saja sedang tertipu. Oke guys, sampai ketemu di cerpen selanjutnya saja yaaa…
Detail cerpen
- Judul cerpen : Come Back be Happy
- Panjang cerpen : 1,951 words
- Penulis : Mia mulyani
- Serial : Special Valentine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar