Hallooo... Datang lagi nih dengan Cerpen baru nya Ihihihi... Ada yang pada nungguin ga, Waahhh kayaknya enggak ya, Hahaha okke lah ga papa, Yang penting datang ya. Dan sepertinya bukan Cerpen cinta 'Ending' lagi deh, Baru setengah kayaknya tuhh... Mungkin tuh cerpen juga tinggal Satu Part lagi. Udah ga mau bikin kebanyakan part. Bingung nyelesainya. Wwkkwkkwk...
Baiklah, Daripada kebanyakan curcol ga jelas, langsung saja kecerpennya. Cerpen cinta Sweety Heart. Untuk gimana sama ceritanya, langsung di cek ajja deh yaa... Over all, Happy Reading...
Savira melangkahkan kakinya memasuki gerbang kampusnya dengan santai sambil mendengarkan musik dari Mp3 Hpnya. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya, dan membuatnya jatuh. Dengan kesel Savira menatap orang yang menabraknya dan siap menumpahkan segala emosinya, tapi sebelum semua cacian itu keluar dari bibirnya. Tiba-tiba semua yang difikirkannya hilang begitu saja saat melihat wajah cowok dihadapannya yang tampak sedang mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan.
“Sorry, Maaf ya. Ga sengaja, tadi Aku buru-buru banget. Aku kira terlambat. Jadi Aku ga liad ada kamu. Sorry yaa...” Cerocos Farel sambil mengumpulkan buku-bukunya. Setelah selesai Farel mengalihkan perhatiannya dan menatap kearah Savira.
Baiklah, Daripada kebanyakan curcol ga jelas, langsung saja kecerpennya. Cerpen cinta Sweety Heart. Untuk gimana sama ceritanya, langsung di cek ajja deh yaa... Over all, Happy Reading...
Savira melangkahkan kakinya memasuki gerbang kampusnya dengan santai sambil mendengarkan musik dari Mp3 Hpnya. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya, dan membuatnya jatuh. Dengan kesel Savira menatap orang yang menabraknya dan siap menumpahkan segala emosinya, tapi sebelum semua cacian itu keluar dari bibirnya. Tiba-tiba semua yang difikirkannya hilang begitu saja saat melihat wajah cowok dihadapannya yang tampak sedang mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan.
“Sorry, Maaf ya. Ga sengaja, tadi Aku buru-buru banget. Aku kira terlambat. Jadi Aku ga liad ada kamu. Sorry yaa...” Cerocos Farel sambil mengumpulkan buku-bukunya. Setelah selesai Farel mengalihkan perhatiannya dan menatap kearah Savira.
Dan detik itu, keduanya saling bertatapan dengan fikirannya masing-masing. Terasa seperti waktu terhenti begitu saja. Bahkan detak jantung langsung memompa terburu-buru. Berdetak lebih cepat dari biasanya. Untuk keduanya, satu hal yang bisa mereka rasakan untuk pertemuan pertama mereka. Apa yang mereka lihat menjadi objek terpenting dalam hidup.
“Savira...” Merasa namanya dipanggil, Savira segera menoleh kearah samping begitu juga dengan Farel.
“Dirga...” Ucap Savira sambil berdiri, diikuti oleh Farel.
“Kamu ngapain? Kelas udah hampir masuk tuh...” Kata Dirga.
“Benarkah? Ya udah, yuk buruan masuk...” Ajak Savira dan melangkah meninggalkan Farel yang masih terdiam di tempat. Memperhatikan Savira yang melangkah pergi meninggalkannya.
“Sepertinya ada yang salah dalam diriku... Tapi cewek ituu... benarkah dia tidak mengenaliku sama sekali? Savira.??? Aku ga salah orang kan?” kata Farel sendiri. Kemudian melangkah menuju kelasnya. Daaann... jreng jreng jrenggg... penulis datang menyanyikan lagu ‘Kehadiranmu’ Ihihihihi... love at sign???
“Kamu kenal sama Farel?” Tanya Dirga kearah Savira begitu menjauh dari lapangan.
“Farel? Siapa?” Savira tampak bingung.
“Cowok yang bersama Kamu di lapangan tadi” Jawab Dirga.
“Ooo ituu... enggak. Cuma tadi itu dia ga sengaja nabrak Aku” Jelas Savira.
“Tapi Kamu ga apa-apa kan?” Tanya Dirga tampak khawatir.
“Enggak. Aku ga apa-apa kok. Santai ajja...” Jawab Savira sambil tersenyum, merasa senang dengan perhatian yang diberikan Dirga, sudah dari dulu ia menyukai cowok yang berstatus sahabatnya ini. Tapi sepertinya Dirga sama sekali tidak mengetahui itu. Dan sepertinya mencintai diam-diam itu juga tidak terlalu buruk. Yaahh mungkin akan sendikit menyakitkan, tapi buat Savira, ia yakin hidupnya akan baik-baik saja asal Dirga selalu disampingnya, ga perduli apa itu hanya sebatas sahabat atau apa.
Savira meletakkan nampan berisi Mie so dan es campur diatas meja. Lalu mendudukan tubuhnya dikursi. Siap menikmati makanannya. Sendirian. Karena tadi Dirga dan Seril tidak ikut dan lebih memilih keperpustakaan untuk menyelesaikan tugas yang belum dikerjakannya. Berhubung Savira sudah lapar, jadi ia putuskan untuk makan sendiri, meski sebenarnya ia juga tidak suka makan sendiri, tapi sepertinya akan lebih buruk lagi jika ia menunggu sampai pulang.
Baru dua sendok Savira memakan Mie so nya. Gerakannya terhenti saat melihat seseorang yang duduk di depannya sambil meletakkan nampan dengan santai. Savira melirik kanan dan kiri, kantin sedang rame dan memang tidak ada kursi kosong disana. Lalu pandangannya kembali kesosok makhluk didepannya dengan tampang sebel. Tidak bisakah tuh orang menyapanya walau hanya sekedar bilang ‘Permisi’ untuk duduk dimeja yang sama dengannya? Benar-benar mampu membuat darahnya mendidih.
“Kamu ga mungkin keberatankan kalau Aku duduk disini kan?” Tanya Farel yang malah terdengar sebagai pernyataan.
“Ya jelas keberatan la, ini kan kursiku, ngapain Kamu main asal duduk ajja. Mana ga pake acara minta izin segala lagi, Kamu tau ga sii kalau Aku itu ga suka makan bareng sama orang yang ga Aku kenal. Dan kamu udah dengan seenaknya duduk disini tanpa permisi. Kamu fikir ini tempat nenek moyangmu apa? Dan...”
“Stop” Potong Farel tiba-tiba “Kamu bilang Kamu ga suka makan sama orang asing kan? Tapi kenapa Kamu bicara sepanjang lebar itu...” Lanjutnya sambil mengusap-usap telingannya yang tampak berdenging.
“Kamu...” Tunjuk Savira kehabisan kata-kata.
“Denger ya, Aku bukannya duduk sembarangan. Yang Aku tau, disini udah ga ada lagi kursi kosong selain nih bangku, lagian ini tempat umum kan? Kenapa Aku harus minta izin dulu?” Balas Farel santai.
“Tapi kan Aku dulu yang duduk disini”
“Dan satu lagi, ini memang bukan tempat nenek moyangku, tapi yaa masih punya hubungan darahlah sama Aku...” Jawab Farel tanpa menanggapi protesan Savira.
“Hais, Kamu itu bener-bener menyebalkan...” balas Savira sebel, yang hanya dibalas dengan angkatan bahu oleh Farel tanda ga perduli. Dan dengan santai menikmati makanannya. Sementara Savira menatapnya dengan tatapan membunuh, beserta cacian dalam hatinya dan memutar otak berdikir untuk membalas perbuatan Farel lebih kejam lagi.
“Ngomong-ngomong Kamu ga jadi makan?” Tanya Farel tanpa menoleh “Atau Kamu langsung kenyang karena udah puas ngeliatin wajah Aku dari tadi?” Lanjutnya dan langsung menatap kearah Savira yang masih menatapnya.
Dan lagi-lagi, prasaan itu muncul, jantung yang bekerja dua kali lipat dari biasanya, bumi yang seolah berhenti bergerak, prasaan gugup yang tiba-tiba muncul, serta apa yang dilihat saat ini menjadi objek terpenting dalam hidup.
“Ga usah ge-er!” Timpal Savira dengan gugup dan buru-buru mengalihkan tatapannya kemangkok Mie so yang sempat ia tinggalkan.
Farel lagi-lagi hanya mengangkat bahu lalu kembali menikmati makanannya, berusaha keras untuk menetralkan detak jantung nya yang kembali menggila. Hais, ada apa dengannya saat ini??
“Tapi tunggu deh, bukannya tadi ada yang bilang ga suka makan sama orang asing ya?” Sindir Farel begitu melihat mangkok Mie so Savira yang tinggal setengah.
“Aku laper!” Balas Savira ketus tanpa menoleh.
“Ooo Aku kira Kamu kenal Aku” Kata Farel lirih dan kembali menunduk, Savira menoleh dan menatap kearah Farel, perasaannya saja atau memang Farel mengucapkannya dengan nada sebel yang jelas ketara ya. Ga mau mengambil pusing dengan reaksi Farel, Savira hanya mengangkat bahunya dan kembali menikmati makanannya.
“Mana mungkin. Ketemu kamu ajja baru tadi pagi. Tau nama Kamu juga dari Dirga. So, mana mungkin Aku kenal” Jawab Savira kemudian tanpa menoleh.
“Ternyata Kamu bener-bener sudah melupakan Aku” Kata Farel lirih “Ehem, Kamu tau nama Aku dari Dirga? Waahhh Kamu tanya-tanya apa saja tentang Aku sama dia. Kamu suka sama Aku ya?” Lanjutnya antusias.
“Astaga! Gila, Kamu sakit ya? Atau kaburan dari RSJ. Idih siapa juga yang tanya-tanya tentang kamu, orang Dirga sendiri yang mau ngasi tau. Lagian mana mungkin Aku suka sama Kamu” Komentar Savira.
“Kamu yakin?” Tanya Farel sambil menatap Savira lebih dekat dengan melipat kedua tangannya diatas meja yang langsung sukses membuat Savira gugup.
“Ya... Yaa... Yakin lah. Ehem, mana mungkin Aku suka sama Kamu” Kilah Savira sambil mengalihkan tatapannya kearah lain.
“Kenapa ga mungkin?” Tanya Farel.
“Lah kenapa harus?” Savira balik bertanya.
“Baiklah, mungkin Kamu udah lupa. Dan Aku tentu benar-benar ga menyangka kalau Kamu beneran melupakan Aku. Jadi Aku ingatkan sekali lagi sama Kamu. Kamu itu dilahirkan, karena Aku udah lahir. Dan kamu tercipta karena Aku telah tercipta. Takdir Kamu itu hanya bersama Aku. Meskipun nantinya Takdir berkata lain, percayalah Kamu ga bakal bisa lepas dari Aku” Tegas Farel dan langsung beranjak meninggalkan tempat duduknya lalu melangkah meninggalkan kantin.
“Tuh anak sakit ya?” komentar Savira “Tapi tunggu, kata ituuu...” dan ingatan savira kembali kemasa-masa dulu yang tampak samar. Ada dua orang anak, cowok dan cewek yang duduk ditaman sambil memainkan ayunan. Tampak si cewek sudah berlinangan air mata. Dan samar-samar Savira mengingat kata-kata itu.
“Sudahlahh.. jangan menangis lagi...” kata si cowok menenangkan.
“Tapi kakak bakal pergi jauh” Balas si cewek dengan mata yang terus berair.
“Tenanglah... kamu harus tau satu hal, alasan kenapa kamu dilahirkan, it hanya untuk bersamaku. Dan kamu percaya takdir kan?” Cowok itu kembali menenangkan.
“Tapi bagaimana jika takdir berkata lain?”
“Percayalah, meskipun takdir berkata lain, kamu ga bakal bisa lepas dariku” Tegasnya
“Sekarang kamu harus tersenyum, jangan menangis lagi...” Lanjutnya yang membuat sang gadis tersenyum meski air mata masih berlinangan dipipinya.
“Aaww...” Kata Savira sambil memijit pelipisnya yang tampak berdenyut, kilasan-kilasan masa lalunya masih terlihat samar-samar. Membuat kepalanya terasa sakit setiap kali ia mencoba untuk mengingatnya.
“Ril, kamu kenal yang namanya Farel?” Tanya Savira begitu duduk dikursinya kembali.
“Farel anak pemilik kampus?” Seril balik bertanya.
“Apa? Farel anak pemilik nih kampus?” Savira tampak kaget.
“Eee bukan Farel yang itu ya... Emm Farel yang mana yang kamu maksud?” Tanya Seril.
“Eee yang mana ya? Ga tau juga sii. Aku Cuma tau namanya ajja. Itu juga dari Dirga” Jawab Savira sambil cengengesan. Seril hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
“Emang kamu nemu dimana?” Tanya Seril.
“Emm, tadi itu dia ga sengaja nabrak aku. Dan yaa... maksudnya, aku seperti pernah mengenalnya. Dan.. tadi dia juga mengatakan... sesuatu yang aneh” Savira tampak sedikit ragu.
“Aneh seperti apa maksudmu?” tanya Seril penasaran.
“Dia bilang... Aku ituu... ee maksudku... dia bilang kalau... kalau aku ituu... takdirnya dia” Jawab Savira akhirnya.
“What? Bwahaahahha... apakah itu artinya kamu baru ditembak sama dia?”
“Ga ada yang lucu disini Seril.!” Protes Savira sebel.
“Heheh ia iaa sorry. Abis buatku ini lucu banget. Masa ia kamu ditembak sama orang yang baru kamu kenal. Ralat. Maksudku, orang yang sama sekali ga kamu kenal”
“Dia ga nembak aku Seril. Aku Cuma bilang kalau dia mengatakan aku itu takdirnya dia. Dan satu lagi, aku itu... emmm aku itu ngerasa pernah kenal sama dia” Ralat Savira.
“Oh ayolah Sav, bukannya dia bilang itu kamu takdirnya dia ya? Bahkan itu bukan hanya sekedar pacar. Tapi pasangan hidup” Ucap Seril.
“Tapi ini mustahil Seril...”
“Yaa aku juga ngerasa sii. Kalian kan ‘Katanya’ baru kenal. Kalau bener dia suka sama kamu, pasti bukan Farel anak pemilik kampus”
“Kamu yakin?”
“Yakin banget. Setau ku yaa Farel it orangnya dingin banget, bukan Cuma sama cewek tapi sama cowok juga. Udah gitu pinter lagi. Dan ekspresinya dia juga datar-datar ajja. Kita ga bakal tau dia lagi sedih seneng marah atau apapun. Jadi yaa mana mungkin dia ngomong gitu sama kamu” Jelas Seril.
“Bisa jadi si... soalnya Farel yang ini nyebelin banget”
“Mungkin memang bukan kali ya, Farel tu anaknya tertutup banget meski penggemarnya dia dimana-mana. Siapa sii yang ga suka sama anak sekeren, sepinter dan setajir dia” Balas Seril.
“Waahh kamu juga naksir ya sama si Farel-Farel ituu?”
“Hahahah ya enggak lah. Sayangnya, orang yang aku suka lebih istimewa dari pada siapa pun” Jawab Saril misterius.
“Oh ya siapa? Kok aku ga tau... waahh sejak kapan kita main rahasia-rahasiaan begini?”
“Heheh entar juga kamu tau... ya udah pulang yuk” Ajak Seril dan sambil membereskan buku-bukunya. Siap untuk pulang karena udah saatnya ia keluar. Dan Savira hanya manut mengikutinya. Bukan karena ia tidak penasaran, hanya saja meskipun Seril sahabatnya, semua orang berhak punya rahasia bukan? Kalo emang udah saatnya ia tau, pasti Seril akan cerita dengan sendirinya.
“Kamu pulang bareng siapa Ril?” Tanya Savira begitu tiba digerbang kampus.
“Emm sama kak Adit, tapi ga tau juga nih orang. Jam segini ga nongol-nongol, padahal tadikan udah aku SMS” Jawab Seril sambil melirik jam tangannya.
“Hei, kalian belum pulang?” Sapa seseorang dari samping, Seril dan Savira melirik kearah suara yang menyapa mereka, Dirga.
“Dirga? Kok kamu jam segini belum pulang?” Savira balik bertanya.
“Ooo aku ada perlu tadi sama salah satu dosen. Sepertinya nilai ku akan bermasalah sama tuh dosen satu. Hahah benar-benar menjengkelkan. Dan kalian sendiri, kenapa belom pulang juga?” Gantian Dirga yang bertanya.
“Ini juga mau pulang kali, tapi Seril lagi nungguin kakaknya. Dan aku, aku tentu sajaa... sama. Hehehe...” Jawab Savira sambil cengengesan.
“Oo, Eh Ril, gimana kalo loe aku antar ajja?” Tawar Dirga. Savira langsung menoleh kaget. Dirga menawarkan untuk mengantar Seril. Sementara jelas banget rumah mereka ga searah.? Dan terlebih lagi, Dirga kan tetanggaan dengannya. Kenapa malah lebih memilih untuk mengantar Seril. Berlebih lagi saat ini keduanya sama-sama sedang menunggu jemputan.
“Kamu ga keberatan?” Tanya Seril tampak seneng.
“Tentu saja tidak” Jawab Dirga ikut tersenyum.
“Bolleh sii, tapi Savira...” Seril menatap kearah Savira yang langsung mengusahakan untuk tersenyum.
“Aku? Sudah ku bilang kan kalau aku menunggu kakakku menjemput. Ya sudah, kalian duluan saja. Tuh orang bentar lagi juga sampai. Tadi dia SMS lagi dijalan soalnya” Jawab Savira dengan senyum keterpaksaan. Hei, Dirga itu cowok yang disukainya kan? Bagaimana mungkin dia baik-baik saja saat kejadian ini tepat didepannya. Cowok yang disukainya lebih memilih untuk mengantar sahabatnya ketimbang dirinya sendiri.
“Ya sudah, aku ngambil motor bentar yaa...” Kata Dirga dan langsung melangkah pergi sebelum sempat dijawab seril maupun savira.
“Dirga keren ya” Komentar Seril yang masih melihat Dirga yang melangkah menjauh dan yakin ucapannya tidak mungkin didengar Dirga.
“Ya??” Tanya Savira “Keren? Memang sii,...” Lanjutnya.
“Udah begitu baik lagi” Tambah Seril dengan tatapan menerawang. Dan saat itu Savira baru menyadari satu hal. Jangan-jangan...
“Orang yang kamu maksud tadi, bukan Dirga kan?” Tanya Savira memastikan. Berharab banyak apa yang ia fikirkan saat ini salah, tapi Seril hanya tersenyum misterius.
“Ga ada salahnya kan kalau aku naksir sama Dirga?” Jawab Seril masih dengan senyumannya, membuat Savira syok ditempat. Astaga! Seril menyukai Dirga. Ini seperti mimpi buruk untuknya, dan sebelum sempat berkomentar, Dirga sudah kembali menghampiri mereka dengan motornya.
Ga tau bagaimana Savira bisa melewati ini, yang jelas saat ini ia sudah terduduk di bangku yang kebetulan ada disana dengan lemas. Bagaimana mungkin ini terjadi, cowok yang ia sukai selama ini secara diam-diam ternyata juga orang yang sama yang sahabatnya suka? Bagaimana kalau nantinya Dirga menyukai Seril, apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Ini... benar-benar sesuatu yang tidak pernah ia fikirkan sebelumnya.
Bersambung...
Ho ho ho hoo... Cut dullu yak, hehehe Tapi mudah-mudahan ini ngelanjutnnya ga lama lagi. Ihihihi, tetep diusahain kok. Karena memang lebih mudah untuk membuat baru dari pada harus mengingat yang lama, Nyindir Prince and Princess.
Salam~Mia Cantik~“Savira...” Merasa namanya dipanggil, Savira segera menoleh kearah samping begitu juga dengan Farel.
“Dirga...” Ucap Savira sambil berdiri, diikuti oleh Farel.
“Kamu ngapain? Kelas udah hampir masuk tuh...” Kata Dirga.
“Benarkah? Ya udah, yuk buruan masuk...” Ajak Savira dan melangkah meninggalkan Farel yang masih terdiam di tempat. Memperhatikan Savira yang melangkah pergi meninggalkannya.
“Sepertinya ada yang salah dalam diriku... Tapi cewek ituu... benarkah dia tidak mengenaliku sama sekali? Savira.??? Aku ga salah orang kan?” kata Farel sendiri. Kemudian melangkah menuju kelasnya. Daaann... jreng jreng jrenggg... penulis datang menyanyikan lagu ‘Kehadiranmu’ Ihihihihi... love at sign???
“Kamu kenal sama Farel?” Tanya Dirga kearah Savira begitu menjauh dari lapangan.
“Farel? Siapa?” Savira tampak bingung.
“Cowok yang bersama Kamu di lapangan tadi” Jawab Dirga.
“Ooo ituu... enggak. Cuma tadi itu dia ga sengaja nabrak Aku” Jelas Savira.
“Tapi Kamu ga apa-apa kan?” Tanya Dirga tampak khawatir.
“Enggak. Aku ga apa-apa kok. Santai ajja...” Jawab Savira sambil tersenyum, merasa senang dengan perhatian yang diberikan Dirga, sudah dari dulu ia menyukai cowok yang berstatus sahabatnya ini. Tapi sepertinya Dirga sama sekali tidak mengetahui itu. Dan sepertinya mencintai diam-diam itu juga tidak terlalu buruk. Yaahh mungkin akan sendikit menyakitkan, tapi buat Savira, ia yakin hidupnya akan baik-baik saja asal Dirga selalu disampingnya, ga perduli apa itu hanya sebatas sahabat atau apa.
~ Cerpen cinta 'Sweety Heart' ~
Savira meletakkan nampan berisi Mie so dan es campur diatas meja. Lalu mendudukan tubuhnya dikursi. Siap menikmati makanannya. Sendirian. Karena tadi Dirga dan Seril tidak ikut dan lebih memilih keperpustakaan untuk menyelesaikan tugas yang belum dikerjakannya. Berhubung Savira sudah lapar, jadi ia putuskan untuk makan sendiri, meski sebenarnya ia juga tidak suka makan sendiri, tapi sepertinya akan lebih buruk lagi jika ia menunggu sampai pulang.
Baru dua sendok Savira memakan Mie so nya. Gerakannya terhenti saat melihat seseorang yang duduk di depannya sambil meletakkan nampan dengan santai. Savira melirik kanan dan kiri, kantin sedang rame dan memang tidak ada kursi kosong disana. Lalu pandangannya kembali kesosok makhluk didepannya dengan tampang sebel. Tidak bisakah tuh orang menyapanya walau hanya sekedar bilang ‘Permisi’ untuk duduk dimeja yang sama dengannya? Benar-benar mampu membuat darahnya mendidih.
“Kamu ga mungkin keberatankan kalau Aku duduk disini kan?” Tanya Farel yang malah terdengar sebagai pernyataan.
“Ya jelas keberatan la, ini kan kursiku, ngapain Kamu main asal duduk ajja. Mana ga pake acara minta izin segala lagi, Kamu tau ga sii kalau Aku itu ga suka makan bareng sama orang yang ga Aku kenal. Dan kamu udah dengan seenaknya duduk disini tanpa permisi. Kamu fikir ini tempat nenek moyangmu apa? Dan...”
“Stop” Potong Farel tiba-tiba “Kamu bilang Kamu ga suka makan sama orang asing kan? Tapi kenapa Kamu bicara sepanjang lebar itu...” Lanjutnya sambil mengusap-usap telingannya yang tampak berdenging.
“Kamu...” Tunjuk Savira kehabisan kata-kata.
“Denger ya, Aku bukannya duduk sembarangan. Yang Aku tau, disini udah ga ada lagi kursi kosong selain nih bangku, lagian ini tempat umum kan? Kenapa Aku harus minta izin dulu?” Balas Farel santai.
“Tapi kan Aku dulu yang duduk disini”
“Dan satu lagi, ini memang bukan tempat nenek moyangku, tapi yaa masih punya hubungan darahlah sama Aku...” Jawab Farel tanpa menanggapi protesan Savira.
“Hais, Kamu itu bener-bener menyebalkan...” balas Savira sebel, yang hanya dibalas dengan angkatan bahu oleh Farel tanda ga perduli. Dan dengan santai menikmati makanannya. Sementara Savira menatapnya dengan tatapan membunuh, beserta cacian dalam hatinya dan memutar otak berdikir untuk membalas perbuatan Farel lebih kejam lagi.
“Ngomong-ngomong Kamu ga jadi makan?” Tanya Farel tanpa menoleh “Atau Kamu langsung kenyang karena udah puas ngeliatin wajah Aku dari tadi?” Lanjutnya dan langsung menatap kearah Savira yang masih menatapnya.
Dan lagi-lagi, prasaan itu muncul, jantung yang bekerja dua kali lipat dari biasanya, bumi yang seolah berhenti bergerak, prasaan gugup yang tiba-tiba muncul, serta apa yang dilihat saat ini menjadi objek terpenting dalam hidup.
“Ga usah ge-er!” Timpal Savira dengan gugup dan buru-buru mengalihkan tatapannya kemangkok Mie so yang sempat ia tinggalkan.
Farel lagi-lagi hanya mengangkat bahu lalu kembali menikmati makanannya, berusaha keras untuk menetralkan detak jantung nya yang kembali menggila. Hais, ada apa dengannya saat ini??
“Tapi tunggu deh, bukannya tadi ada yang bilang ga suka makan sama orang asing ya?” Sindir Farel begitu melihat mangkok Mie so Savira yang tinggal setengah.
“Aku laper!” Balas Savira ketus tanpa menoleh.
“Ooo Aku kira Kamu kenal Aku” Kata Farel lirih dan kembali menunduk, Savira menoleh dan menatap kearah Farel, perasaannya saja atau memang Farel mengucapkannya dengan nada sebel yang jelas ketara ya. Ga mau mengambil pusing dengan reaksi Farel, Savira hanya mengangkat bahunya dan kembali menikmati makanannya.
“Mana mungkin. Ketemu kamu ajja baru tadi pagi. Tau nama Kamu juga dari Dirga. So, mana mungkin Aku kenal” Jawab Savira kemudian tanpa menoleh.
“Ternyata Kamu bener-bener sudah melupakan Aku” Kata Farel lirih “Ehem, Kamu tau nama Aku dari Dirga? Waahhh Kamu tanya-tanya apa saja tentang Aku sama dia. Kamu suka sama Aku ya?” Lanjutnya antusias.
“Astaga! Gila, Kamu sakit ya? Atau kaburan dari RSJ. Idih siapa juga yang tanya-tanya tentang kamu, orang Dirga sendiri yang mau ngasi tau. Lagian mana mungkin Aku suka sama Kamu” Komentar Savira.
“Kamu yakin?” Tanya Farel sambil menatap Savira lebih dekat dengan melipat kedua tangannya diatas meja yang langsung sukses membuat Savira gugup.
“Ya... Yaa... Yakin lah. Ehem, mana mungkin Aku suka sama Kamu” Kilah Savira sambil mengalihkan tatapannya kearah lain.
“Kenapa ga mungkin?” Tanya Farel.
“Lah kenapa harus?” Savira balik bertanya.
“Baiklah, mungkin Kamu udah lupa. Dan Aku tentu benar-benar ga menyangka kalau Kamu beneran melupakan Aku. Jadi Aku ingatkan sekali lagi sama Kamu. Kamu itu dilahirkan, karena Aku udah lahir. Dan kamu tercipta karena Aku telah tercipta. Takdir Kamu itu hanya bersama Aku. Meskipun nantinya Takdir berkata lain, percayalah Kamu ga bakal bisa lepas dari Aku” Tegas Farel dan langsung beranjak meninggalkan tempat duduknya lalu melangkah meninggalkan kantin.
“Tuh anak sakit ya?” komentar Savira “Tapi tunggu, kata ituuu...” dan ingatan savira kembali kemasa-masa dulu yang tampak samar. Ada dua orang anak, cowok dan cewek yang duduk ditaman sambil memainkan ayunan. Tampak si cewek sudah berlinangan air mata. Dan samar-samar Savira mengingat kata-kata itu.
“Sudahlahh.. jangan menangis lagi...” kata si cowok menenangkan.
“Tapi kakak bakal pergi jauh” Balas si cewek dengan mata yang terus berair.
“Tenanglah... kamu harus tau satu hal, alasan kenapa kamu dilahirkan, it hanya untuk bersamaku. Dan kamu percaya takdir kan?” Cowok itu kembali menenangkan.
“Tapi bagaimana jika takdir berkata lain?”
“Percayalah, meskipun takdir berkata lain, kamu ga bakal bisa lepas dariku” Tegasnya
“Sekarang kamu harus tersenyum, jangan menangis lagi...” Lanjutnya yang membuat sang gadis tersenyum meski air mata masih berlinangan dipipinya.
“Aaww...” Kata Savira sambil memijit pelipisnya yang tampak berdenyut, kilasan-kilasan masa lalunya masih terlihat samar-samar. Membuat kepalanya terasa sakit setiap kali ia mencoba untuk mengingatnya.
~ Cerpen cinta 'Sweety Heart' ~
“Ril, kamu kenal yang namanya Farel?” Tanya Savira begitu duduk dikursinya kembali.
“Farel anak pemilik kampus?” Seril balik bertanya.
“Apa? Farel anak pemilik nih kampus?” Savira tampak kaget.
“Eee bukan Farel yang itu ya... Emm Farel yang mana yang kamu maksud?” Tanya Seril.
“Eee yang mana ya? Ga tau juga sii. Aku Cuma tau namanya ajja. Itu juga dari Dirga” Jawab Savira sambil cengengesan. Seril hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
“Emang kamu nemu dimana?” Tanya Seril.
“Emm, tadi itu dia ga sengaja nabrak aku. Dan yaa... maksudnya, aku seperti pernah mengenalnya. Dan.. tadi dia juga mengatakan... sesuatu yang aneh” Savira tampak sedikit ragu.
“Aneh seperti apa maksudmu?” tanya Seril penasaran.
“Dia bilang... Aku ituu... ee maksudku... dia bilang kalau... kalau aku ituu... takdirnya dia” Jawab Savira akhirnya.
“What? Bwahaahahha... apakah itu artinya kamu baru ditembak sama dia?”
“Ga ada yang lucu disini Seril.!” Protes Savira sebel.
“Heheh ia iaa sorry. Abis buatku ini lucu banget. Masa ia kamu ditembak sama orang yang baru kamu kenal. Ralat. Maksudku, orang yang sama sekali ga kamu kenal”
“Dia ga nembak aku Seril. Aku Cuma bilang kalau dia mengatakan aku itu takdirnya dia. Dan satu lagi, aku itu... emmm aku itu ngerasa pernah kenal sama dia” Ralat Savira.
“Oh ayolah Sav, bukannya dia bilang itu kamu takdirnya dia ya? Bahkan itu bukan hanya sekedar pacar. Tapi pasangan hidup” Ucap Seril.
“Tapi ini mustahil Seril...”
“Yaa aku juga ngerasa sii. Kalian kan ‘Katanya’ baru kenal. Kalau bener dia suka sama kamu, pasti bukan Farel anak pemilik kampus”
“Kamu yakin?”
“Yakin banget. Setau ku yaa Farel it orangnya dingin banget, bukan Cuma sama cewek tapi sama cowok juga. Udah gitu pinter lagi. Dan ekspresinya dia juga datar-datar ajja. Kita ga bakal tau dia lagi sedih seneng marah atau apapun. Jadi yaa mana mungkin dia ngomong gitu sama kamu” Jelas Seril.
“Bisa jadi si... soalnya Farel yang ini nyebelin banget”
“Mungkin memang bukan kali ya, Farel tu anaknya tertutup banget meski penggemarnya dia dimana-mana. Siapa sii yang ga suka sama anak sekeren, sepinter dan setajir dia” Balas Seril.
“Waahh kamu juga naksir ya sama si Farel-Farel ituu?”
“Hahahah ya enggak lah. Sayangnya, orang yang aku suka lebih istimewa dari pada siapa pun” Jawab Saril misterius.
“Oh ya siapa? Kok aku ga tau... waahh sejak kapan kita main rahasia-rahasiaan begini?”
“Heheh entar juga kamu tau... ya udah pulang yuk” Ajak Seril dan sambil membereskan buku-bukunya. Siap untuk pulang karena udah saatnya ia keluar. Dan Savira hanya manut mengikutinya. Bukan karena ia tidak penasaran, hanya saja meskipun Seril sahabatnya, semua orang berhak punya rahasia bukan? Kalo emang udah saatnya ia tau, pasti Seril akan cerita dengan sendirinya.
“Kamu pulang bareng siapa Ril?” Tanya Savira begitu tiba digerbang kampus.
“Emm sama kak Adit, tapi ga tau juga nih orang. Jam segini ga nongol-nongol, padahal tadikan udah aku SMS” Jawab Seril sambil melirik jam tangannya.
“Hei, kalian belum pulang?” Sapa seseorang dari samping, Seril dan Savira melirik kearah suara yang menyapa mereka, Dirga.
“Dirga? Kok kamu jam segini belum pulang?” Savira balik bertanya.
“Ooo aku ada perlu tadi sama salah satu dosen. Sepertinya nilai ku akan bermasalah sama tuh dosen satu. Hahah benar-benar menjengkelkan. Dan kalian sendiri, kenapa belom pulang juga?” Gantian Dirga yang bertanya.
“Ini juga mau pulang kali, tapi Seril lagi nungguin kakaknya. Dan aku, aku tentu sajaa... sama. Hehehe...” Jawab Savira sambil cengengesan.
“Oo, Eh Ril, gimana kalo loe aku antar ajja?” Tawar Dirga. Savira langsung menoleh kaget. Dirga menawarkan untuk mengantar Seril. Sementara jelas banget rumah mereka ga searah.? Dan terlebih lagi, Dirga kan tetanggaan dengannya. Kenapa malah lebih memilih untuk mengantar Seril. Berlebih lagi saat ini keduanya sama-sama sedang menunggu jemputan.
“Kamu ga keberatan?” Tanya Seril tampak seneng.
“Tentu saja tidak” Jawab Dirga ikut tersenyum.
“Bolleh sii, tapi Savira...” Seril menatap kearah Savira yang langsung mengusahakan untuk tersenyum.
“Aku? Sudah ku bilang kan kalau aku menunggu kakakku menjemput. Ya sudah, kalian duluan saja. Tuh orang bentar lagi juga sampai. Tadi dia SMS lagi dijalan soalnya” Jawab Savira dengan senyum keterpaksaan. Hei, Dirga itu cowok yang disukainya kan? Bagaimana mungkin dia baik-baik saja saat kejadian ini tepat didepannya. Cowok yang disukainya lebih memilih untuk mengantar sahabatnya ketimbang dirinya sendiri.
“Ya sudah, aku ngambil motor bentar yaa...” Kata Dirga dan langsung melangkah pergi sebelum sempat dijawab seril maupun savira.
“Dirga keren ya” Komentar Seril yang masih melihat Dirga yang melangkah menjauh dan yakin ucapannya tidak mungkin didengar Dirga.
“Ya??” Tanya Savira “Keren? Memang sii,...” Lanjutnya.
“Udah begitu baik lagi” Tambah Seril dengan tatapan menerawang. Dan saat itu Savira baru menyadari satu hal. Jangan-jangan...
“Orang yang kamu maksud tadi, bukan Dirga kan?” Tanya Savira memastikan. Berharab banyak apa yang ia fikirkan saat ini salah, tapi Seril hanya tersenyum misterius.
“Ga ada salahnya kan kalau aku naksir sama Dirga?” Jawab Seril masih dengan senyumannya, membuat Savira syok ditempat. Astaga! Seril menyukai Dirga. Ini seperti mimpi buruk untuknya, dan sebelum sempat berkomentar, Dirga sudah kembali menghampiri mereka dengan motornya.
Ga tau bagaimana Savira bisa melewati ini, yang jelas saat ini ia sudah terduduk di bangku yang kebetulan ada disana dengan lemas. Bagaimana mungkin ini terjadi, cowok yang ia sukai selama ini secara diam-diam ternyata juga orang yang sama yang sahabatnya suka? Bagaimana kalau nantinya Dirga menyukai Seril, apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Ini... benar-benar sesuatu yang tidak pernah ia fikirkan sebelumnya.
Bersambung...
Ho ho ho hoo... Cut dullu yak, hehehe Tapi mudah-mudahan ini ngelanjutnnya ga lama lagi. Ihihihi, tetep diusahain kok. Karena memang lebih mudah untuk membuat baru dari pada harus mengingat yang lama, Nyindir Prince and Princess.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar