Hallooo... Jingkrak-jingkrak ga jelas... Sii admin yang cantik ini muncul dengan pasang wajah tanpa dosa. Ihihihi udah lama juga sepertinya bersemedi mencari ide dadakan. Tapi berhubung tuh ide dengan sangat menyebalkannya, enggak juga muncul. Akhirnyaaa... pindah cerpen ajja deh. Sepertinya Prince and Princess memang sudah diawang-awang tuu ide nya. Kagak mau balik lagi.
Jadiiii saat ini muncul dengan ide Cerpen cinta 'Ending' saja deh. Bagus atau enggaknya sepertinya ituu ga bisa jamin juga Penulis cantik ini. Ihihihi... Oke lah, untuk yang udah nungguin. Monggo... Happy reading ajja...
“Jangan pacara dulu Tiara” Ucapan sang mama kembali terngiang diingatan Tiara saat dirinya lagi-lagi terdapati sedang melamun dikursi depan kelasnya. Menunggu jam pelajarang dimulai, pelajarang Akuntansi pasti bentar lagi masuk karena jam telah menunjukkan hampir pukul 08 : 00 wib. Tapi fikiran Tiara masih saja bergerayang entah kemana, membayangkan apa yang akan terjadi pada hubungannya. Sementara Mama nya melarangnya untuk pacaran.
Dalam hati ia memberontak. Heii,, Dia sudah besar, bukan anak kecil lagi. Bahkan SMU saja dia udah tamat. Karena sekarang dia sudah masuk ke sekolah lebih tinggi lagi. Mengingat hubungannya dan Sam baru akan memasuki satu bulan esok hari. Dan tidak ada masalah diantar mereka, Tiara sendiri bigung apa yang harus dia lakukan sekarang.
“Cowok itu kebanyakan hanya menyakitkan Tiara, kamu jangan pacaran dulu. Pelajarang kamu bisa terganggu. Kalau kamu ada masalah dengan pacarmu, nanti apa yang akan kamu lakukan dengan pelajaran kamu.? Belajar yang benar dengan nilai yang memuaskan. Lalu kehidupan kamu tentu akan lebih baik dari pada Mama” Ucapan sang Mama lagi-lagi kembali diingatannya.
Tiara mendengus. Justru karna inilah yang membuat fikirannya terganggu. Bagaimana mungkin dia bisa belajar dengan baik jika hubungannya terancam berakhir. Saat Mama nya menasehatinya tentang betapa menyakitkannya laki-laki, Tiara hanya terdiam. Ingin hatinya membantah. Tapi tak bisa, satu kata pun tidak keluar dari mulutnya, karena ia yakin. Jika sedikit saja ia bersuara, pasti air matanya akan menetes. Selemah itukah dirinya.??
Marah? Tentu saja. Kecewa? Banget. Tapiii... apa yang Mama nya bilang ada benarnya juga bukan?? Gara-gara seperti ini saja, pelajarannya sudah terganggu. Apa lagi nanti? Tiara menghembuskan nafas panjang. Huuuffhh... apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa yang akan dia ucapkan kepada Sam. Dia tidak mungkin membohongi Mama nya dengan mengatakan sudah tidak pacaran lagi. Tapi, Putus dengan Sam?? Kenapa itu terdengar terlalu mengerikan? Bukannya dia udah janji untuk tidak menyakiti Sam? Terlebih lagi dia sudah berdoa agar Sam tidak tersakiti lagi, apa lagi karena dirinya. Tapi sekarang...
“Tiara... Hei, kamu kenapa sii?” Goyangan pada bahunya menyadarkan Tiara dari lamunannya. Ia menoleh, dan menatap Vitta disampingnya. Dia tidak bisa menceritakan masalahnya kepada siapapun. Tiara menggeleng.
“Pak sudah datang?” tanya Tiara sambil berdiri.
“Sudah, orang nya lagi di parkiran tuh... Pasti bentar lagi masuk” jawab Vitta.
“Ya udah, masuk yukk...” ajak Tiara sambil menggandeng tangan Vita dan melangkah menuju kelasnya. Berusaha keras mengusir fikiran yang berakibat mengganggu fikirannya. Ini saat nya belajar Tiara. Ungkap batinnya menguatkan diri.
“Kamu nggax mau duduk dekat aku lagi ya?” Tanya Tiara kearah Sam yang duduk tidak jauh darinya di bangku taman. Sepulang kursus ia menyempatkan diri untuk menemui Sam di taman. Sudah dua hari sejak larangan dari Mama nya, membuat fikiran Tiara sedikit terganggu dan tampak sensitif. Dan entah kenapa itu malah membuat Sam terlihat sedikit menghindarinya. Menambah beban fikiran yang terasa sesak dihati Tiara.
“Bukannya biasanya kalau aku deket kamu, kamu akan menghindar ya?” pertanyaan atau lebih tepat dibilang sindiran dari Sam membuat rasa sesak kembali Tiara rasakan. Sebegitu buruknya kah perannya sebagai pacar? Tiara menghembuskan nafasnya pelan.
“Apakah itu artinya kamu ga mau deket aku lagi?” tanya Tiara, berusaha untuk menetralkan detak jantungnya.
“Ini yang kamu inginkan bukan?” Sam balas bertanya.
“Aku tidak menginginkannya Sam...” Jawab Tiara berusaha untuk membendung air mata nya yang mulai menetes. Bukan! Bukan karena dia lemah, hanya begitu saja udah menangis. Hanya saja, bayangan bahwa ini hari terkahir dia bisa menatap Sam sebagai pacarnya kembali memasuki ingatannya. Ia harus mengatakannya sekarang. Keputusan Sam nantinya harus dia terima, yang penting dia harus mengatakan apa yang menjadi beban dalam fikirannya. Tapii,, kenapa kata itu terlalu sulit?
“Sudahlah... kenyataanya begitu bukan, setiap aku mendekatimu. Kamu akan menghindar, melihatku seolah aku tidak pantas untuk mendekatimu. Oh ya, kamu bilang ada yang ingin kamu bicarakan? Katakanlah” kata Sam kearah Tiara.
“Aku bingung harus memulainya dari mana...” Ucap Tiara, lalu terdiam. Sam juga diam menunggu kelanjutan dari ucapan Tiara “Apakah kamu merasa bosan? Maksudku, dengan hubungan ini. Akuuu bukanlah cewek yang bisa bersikap romantis, bahkan aku selalu menghindar saat kamu mendekat. Sebenarnya aku hanya takuut. Ya, aku takut...” lanjut Tiara.
“Takut kenapa?” tanya Sam sambil menatap Tiara yang tidak berani membalas tatapannya.
“Entahlah...” Tiara menggeleng “Aku juga tidak tau kenapa aku bisa takut. Aku hanya merasa... yaahh.... aku tidak pernah melakukannya. Jadi aku takut” Jawab Tiara “Aku takut kamu menganggapku cewek sembarangan, atau fikiran buruk lainnya” Lanjut Tiara dalam hati.
“Baiklah... kalau begitu, ini yang kamu inginkan bukan? Berjauhan seperti ini...” Balas Sam sambil menjaga jarak kembali.
“Bukan seperti itu maksudku Sam...” Ucap Tiara sambil menatap Sam serba salah, bingung dengan apa yang harusnya ia lakukan “Kalau kamu memang merasa bosan dengan hubungan ini. Kamu hanya perlu mengatakannya” lanjut Tiara.
“Aku akan menuruti permintaanmu...”Jawab Sam membuat Tiara terdiam. Berfikir ulang tentang apa yang telah direncanakannya. Jika ia menceritakan dia dilarang pacaran, apakah Sam akan langsung menyetujuinya? Jika ia, apakah Sam tidak benar-benar menginginkannya. Tapi jika Sam menolak, lalu apa yang harus ia lakukan... apakah dia harus melanggar janjinya dan menyakiti Sam?
“Aku memintamu untuk mendekat Sam... duduk disamping ku” Jawab Tiara akhirnya “Mungkin untuk yang terakhir kalinya...” lanjutnya dalam hati. Berusaha keras, menahan kesedihan yang ia rasakan.
“Bukannya biasanya ituuu...”
“Aku mohon, kali ini saja... mendekatlah. Aku yang memintanya, apakah masih ada alasan lain untuk menolaknya?” Potong Tiara, Sam menarik ujung bibirnya menahan senyuman yang hampir dilakukannya.
“Saat aku menginginkannya, kamu menjauh. Kali ini, kamu yang harus mendekat. Kemarilah...” ujar Sam mempersilahkan Tiara duduk disampingnya. Walau sedikit ragu dan detak jantung yang semakin menggila, Tiara melangkah dan duduk disamping Sam. Menggengam tangannya. Sam balas menggenggam tangan Tiara yang tanpa disadari menguatkan Tiara yang semakin rapuh.
Tiara tersenyum samar, genggaman tangan Sam terasa menenangkan. Membuatnya lebih bisa menjalani semuanya. Tapi, apakah memang harus berakhir sekarang? Kenyataan itu kembali menyesakkan nafasnya.
“Apa yang ingin kamu bicarakan? Katakanlah...” kata Sam sambil menggengam tangan Tiara.
“Boleh aku memelukmu?” tanya Tiara, Sam tampak terdiam sesaat. Berfikir. Lalu mengangguk dan memberikan kesempatan pada Tiara untuk memeluknya. Tiara menyandarkan kepalanya didada Sam... merasa nyaman mendengar detak jantung Sam yang berdetak beraturan. Ya, biasanya dia tidak akan sejauh ini. Bahkan akan menghindar saat Sam mendekatinya. Tapi kali ini sebagai pengecualian. Untuk terakhir kalinya. Tidak papa, semua akan berakhir juga.
“Kamu kenapa Tiara?” tanya Sam yang mungkin menyadari perubahan atas sikap Tiara kepadanya. Tiara menggeleng.
“Beberapa hari ini... aku tau, aku menjadi sangat sensitif... aku minta maaf jika itu menyakitimu. Tapi, aku sedang ada masalah sekarang... masalah keluarga...” ucap Tiara tanpa berani menoleh... hanya sampai disitu, karena tiba-tiba suaranya menghilang. Tidak bisa mengatakan apa yang harusnya ia katakan.
“Kamu tau, kamu bisa menceritakan apa pun padaku...” kata Sam sambil menggenggam tangan Tiara. Berusaha untuk menguatkannya.
“Sayy... jika diingat-ingat... hari ini tepat satu bulan kita pacaran... dan aku belum mengatakan perasaanku kepadamu sesungguhnya bukan? Dan kali ini, aku mau bilang. Bahwa aku mencintaimu, tidak maksudku... aku sangat mencintaimu...” ucap Tiara dan mempererat pelukannya. Ia menyadari detak jantung Sam yang berdetak lebih cepat, senang menyadari bahwa kata-katanya masih mampu mempengarui detak jantung Sam. Itu artinya, ia masih punya sedikit harapan bahwa Sam masih memiliki rasa yang sama.
“Kamu berhasil mengatakannya...” Kata Sam, Tiara tersenyum. Merasa lega dengan apa yang ia katakan. Akhirnya, kata itu terucap. Ini pertama kali ia malakukannya, mengatakan bahwa ia mencintai seseorang secara langsung. Walau ia tidak bisa melakukannya jika menatap orangnya langsung, makanya ia memilih untuk mengatakan nya sambil memeluk Sam, agar ia bisa menyembunyikan wajahnya yang sudah pasti memerah karena malu.
“Iya. Aku berhasil mengatakannya... karena aku mencintaimu Sam...” ucap Tiara “Walau mungkin untuk terakhir dalam hidupku” lanjutnya dalam hati. Tiara melepaskan pelukannya dan menatap Sam. Ia harus mengatakannya sekarang, apapun keputusan Sam nantinya harus ia terima, yang penting Sam harus tau bahwa ia benar-benar mencintai nya.
“Kenapa?” Tanya Sam.
“Masalahku... Sebenarnya... Akkuuu, maksudku Mama ku... Diaa...”
“Kenapa?”
“Masalah keluarga, aku ada sedikit masalah dengan Mama ku, aku rela tersakiti demi Mama, jadi aku tidak mau menayakiti hati Mamaku, karena jika dia sakit. Aku akan merasakan lebih sakit lagi...” Ucap Tiara “Seperti sekarang” lanjutnya dalam hati.
“Lalu?”
“Saat ini... Mama menginginkanku untuk...” Ucapan Tiara terhenti saat air mata mengalir dari matanya. Tiara buru-buru mengusap air matanya yang langsung disadari oleh Sam.
“Tiara, kamu kenapa?” Tanya Sam dan mengusap air mata yang mengalir dipipi Tiara “Sudahlah... kamu jangan nangis lagi... aku tau, kamu adalah wanita yang kuat. Kamu pasti bisa melewati semua ini... jangan menangis lagi...” lanjut Sam sambil mengusap air mata Tiara yang terus mengalir menepikan tangan Tiara yang ingin menghapus sendiri.
“Jangan lihat akuu...” kata Tiara sambil menunduk “Aku sedang sangat kacau sekarang, pasti kamu menganggap aku wanita yang lemah bukan? Menangis seperti ini” lanjutnya dan kembali mengusap air matanya yang mengalir.
“Tidak. Aku tau, Tiara adalah wanita yang kuat. Tegar, dan pasti bisa melewati semua ini. Udah donk... jangan menangis lagi yaa..” kata Sam berusaha untuk menyemangati Tiara yang terdiam berusaha untuk menengangkan dirinya. Tidak sanggup untuk meneruskan kata-kata yang harusnya ia katakan. Biarlah ia lebih tenang dulu, bagaimana ia bisa mengatakan jika hatinya menolak untuk malakukannya. Berpisah dengan Sam sementara dia tau saling mencintai? Tidak. Ia tidak sanggup.
‘Kamu sudah putus ya sama Sam?’ Tiara membaca ulang inbox di facebooknya. Pertanyaan ituu... kenapa sii nih orang. Pertanyaannya begini banget, memang sih dia sudah berharap meminta yang terbaik dari Sang Pencipta. Apapun yang akan terjadi nanti semoga dia kuat menjalaninya. Tapi, apakah mungkin ada yang mengharapkan dia dan Sam berakhir. Sampai-sampai pertanyaan itu terlontar.
‘Kenapa memangnya?’ Tiara membalas inbox Facebook nya.
‘Sam bilang... dia mau memutuskanmu... aku hanya bertanya apakah dia sudah melakukannya’ tidak lama kemudian balasan dari pertanyaannya muncul.
‘Sam berencana memutusakanku??? Kenapa?’ tanya Tiara yang rasa nyesek dihatinya langsung merasuki dalam dirinya. Setelah semua ini, inikah akhir dari doa nya? Tuhan, harus dengan cara ini kah hubungannya berakhir? Ini kah yang tebaik menurut-Mu???
‘Berarti belum. Baiklah, aku sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaanku tadi. Persiapkan diri Tiaraaa... kuatkan hatimu’
‘Beritahu aku apa yang terjadi’
‘Kamu juga akan tau nantinya’
‘Ceritakanlah...’
Setelah dengan susah payah dan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama, akhirnya Tiara tau. Dengan informasi yang ia dengar katanya Sam sedang mengejar seseorang. Sakit. Rasa nyesek itu jelas terasa dalam hatinya. Kenapa ini semua harus terjadi? Disaat ia bisa mencintai sesseorang lagi, disaat ia bisa percaya adanya cinta lagi, dan disaat ia telah bahagia karenanya. Kenapa malah seperti ini. Hatinya membantah dengan sakit yang ia rasakan.
Tenanglah Tiara... ini akan semakin memudahkanmu bukan? Kamu punya alasan untuk mengakhiri hubungan ini, tanpa harus merasa bersalah. Seharusnya kamu bisa menerima bukan. Setidaknya bukan kamu yang menyakitinya, dia tidak mencintamu lagi pasti tidak akan membuatnya sakit hati saat hubungan kalian berakhir nantinya. Sebelah hatinya membela.
Tapii... kenapa? Dia sudah berusaha untuk menjaga hati Sam dengan tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kenapa hatinya yang tersakiti. Apakah menjadi orang baik itu meamng harus terus disakiti? Rasa sakit ini, rasa sakit karena diputuskan oleh orang yang dicintai ini. Apakah harus ia terima lagi? Apakah ini balasan dari usahanya yang telah menjaga hati seseorang. Pengkhianatan??
Tidak Tiara. Berfikir positif lah dari semua yang terjadi, Allah pasti telah menyiapakan sesuatu yang baik untukmu. Ini hanya cara-Nya memberikan yang Terbaik. Kamu juga tidak boleh pacaran bukan? Dari pada hubungan ini berakhir karena kamu dan membuatmu mengingkari janji karena menyakitinya. lebih baik seperti ini. Berfikir positif lah, biarkan dia yang melakukannya. Dengan begini kamu tidak akan ingkar janji dan kamu juga tidak harus membohongi Mamamu. Dan rasa sakit itu pasti akan terasa. Tapi lebih baik merasakan sakit sekarang tanpa menyakitinya, dari pada merasakan sakit karena menyakitinya bukan? Sudah cukup rasa sakit ini kamu yang merasakan. Jangan biarkan dia juga merasakannya. Kuatkan hatimu.
Bisikan dari hatinya, pemberontakan dari fikirannya membuat Tiara merasa sangat kacau. Apakah begini akhir dari semuanya?? Ini yang tebaik, dan meamng ini lah yang harusnya terjadi. Usaha untuk mendewasakan diri. Biarkan dia yang melakukannya. Dengan menguatkan diri, Tiara menarik nafas panjang. Ya, ia akan menunggu. Mungkin jika Sam yang melakukannya, dia tidak akan merasa bersalah. Dan... dengan banyak rasa sakit yang ia rasakan. Mungkin ia bisa melupakan rasa ini. Agar dia bisa melupakan orang yang hanya mampir dihatinya. Orang yang sepertinya akan memutuskannya hanya demi wanita lain. Pria seperti itu tidak pantas untuk dipertahankan bukan? Dan sepertinya Mama nya sudah merasakan apa yang akan terjadi. Terimakasih Mama...
Bersambung...
Cut dulluuu.... Ihihihi yaa diusahain lah, bisa secepatnya tuh muncul kelanjutannya. Sampai ketemu di Cerpen selanjutnya saja yaa...
Salam~Mia Cantik~
Jadiiii saat ini muncul dengan ide Cerpen cinta 'Ending' saja deh. Bagus atau enggaknya sepertinya ituu ga bisa jamin juga Penulis cantik ini. Ihihihi... Oke lah, untuk yang udah nungguin. Monggo... Happy reading ajja...
“Jangan pacara dulu Tiara” Ucapan sang mama kembali terngiang diingatan Tiara saat dirinya lagi-lagi terdapati sedang melamun dikursi depan kelasnya. Menunggu jam pelajarang dimulai, pelajarang Akuntansi pasti bentar lagi masuk karena jam telah menunjukkan hampir pukul 08 : 00 wib. Tapi fikiran Tiara masih saja bergerayang entah kemana, membayangkan apa yang akan terjadi pada hubungannya. Sementara Mama nya melarangnya untuk pacaran.
Dalam hati ia memberontak. Heii,, Dia sudah besar, bukan anak kecil lagi. Bahkan SMU saja dia udah tamat. Karena sekarang dia sudah masuk ke sekolah lebih tinggi lagi. Mengingat hubungannya dan Sam baru akan memasuki satu bulan esok hari. Dan tidak ada masalah diantar mereka, Tiara sendiri bigung apa yang harus dia lakukan sekarang.
“Cowok itu kebanyakan hanya menyakitkan Tiara, kamu jangan pacaran dulu. Pelajarang kamu bisa terganggu. Kalau kamu ada masalah dengan pacarmu, nanti apa yang akan kamu lakukan dengan pelajaran kamu.? Belajar yang benar dengan nilai yang memuaskan. Lalu kehidupan kamu tentu akan lebih baik dari pada Mama” Ucapan sang Mama lagi-lagi kembali diingatannya.
Tiara mendengus. Justru karna inilah yang membuat fikirannya terganggu. Bagaimana mungkin dia bisa belajar dengan baik jika hubungannya terancam berakhir. Saat Mama nya menasehatinya tentang betapa menyakitkannya laki-laki, Tiara hanya terdiam. Ingin hatinya membantah. Tapi tak bisa, satu kata pun tidak keluar dari mulutnya, karena ia yakin. Jika sedikit saja ia bersuara, pasti air matanya akan menetes. Selemah itukah dirinya.??
Marah? Tentu saja. Kecewa? Banget. Tapiii... apa yang Mama nya bilang ada benarnya juga bukan?? Gara-gara seperti ini saja, pelajarannya sudah terganggu. Apa lagi nanti? Tiara menghembuskan nafas panjang. Huuuffhh... apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa yang akan dia ucapkan kepada Sam. Dia tidak mungkin membohongi Mama nya dengan mengatakan sudah tidak pacaran lagi. Tapi, Putus dengan Sam?? Kenapa itu terdengar terlalu mengerikan? Bukannya dia udah janji untuk tidak menyakiti Sam? Terlebih lagi dia sudah berdoa agar Sam tidak tersakiti lagi, apa lagi karena dirinya. Tapi sekarang...
“Tiara... Hei, kamu kenapa sii?” Goyangan pada bahunya menyadarkan Tiara dari lamunannya. Ia menoleh, dan menatap Vitta disampingnya. Dia tidak bisa menceritakan masalahnya kepada siapapun. Tiara menggeleng.
“Pak sudah datang?” tanya Tiara sambil berdiri.
“Sudah, orang nya lagi di parkiran tuh... Pasti bentar lagi masuk” jawab Vitta.
“Ya udah, masuk yukk...” ajak Tiara sambil menggandeng tangan Vita dan melangkah menuju kelasnya. Berusaha keras mengusir fikiran yang berakibat mengganggu fikirannya. Ini saat nya belajar Tiara. Ungkap batinnya menguatkan diri.
~ Cerpen cinta 'Ending' ~
“Kamu nggax mau duduk dekat aku lagi ya?” Tanya Tiara kearah Sam yang duduk tidak jauh darinya di bangku taman. Sepulang kursus ia menyempatkan diri untuk menemui Sam di taman. Sudah dua hari sejak larangan dari Mama nya, membuat fikiran Tiara sedikit terganggu dan tampak sensitif. Dan entah kenapa itu malah membuat Sam terlihat sedikit menghindarinya. Menambah beban fikiran yang terasa sesak dihati Tiara.
“Bukannya biasanya kalau aku deket kamu, kamu akan menghindar ya?” pertanyaan atau lebih tepat dibilang sindiran dari Sam membuat rasa sesak kembali Tiara rasakan. Sebegitu buruknya kah perannya sebagai pacar? Tiara menghembuskan nafasnya pelan.
“Apakah itu artinya kamu ga mau deket aku lagi?” tanya Tiara, berusaha untuk menetralkan detak jantungnya.
“Ini yang kamu inginkan bukan?” Sam balas bertanya.
“Aku tidak menginginkannya Sam...” Jawab Tiara berusaha untuk membendung air mata nya yang mulai menetes. Bukan! Bukan karena dia lemah, hanya begitu saja udah menangis. Hanya saja, bayangan bahwa ini hari terkahir dia bisa menatap Sam sebagai pacarnya kembali memasuki ingatannya. Ia harus mengatakannya sekarang. Keputusan Sam nantinya harus dia terima, yang penting dia harus mengatakan apa yang menjadi beban dalam fikirannya. Tapii,, kenapa kata itu terlalu sulit?
“Sudahlah... kenyataanya begitu bukan, setiap aku mendekatimu. Kamu akan menghindar, melihatku seolah aku tidak pantas untuk mendekatimu. Oh ya, kamu bilang ada yang ingin kamu bicarakan? Katakanlah” kata Sam kearah Tiara.
“Aku bingung harus memulainya dari mana...” Ucap Tiara, lalu terdiam. Sam juga diam menunggu kelanjutan dari ucapan Tiara “Apakah kamu merasa bosan? Maksudku, dengan hubungan ini. Akuuu bukanlah cewek yang bisa bersikap romantis, bahkan aku selalu menghindar saat kamu mendekat. Sebenarnya aku hanya takuut. Ya, aku takut...” lanjut Tiara.
“Takut kenapa?” tanya Sam sambil menatap Tiara yang tidak berani membalas tatapannya.
“Entahlah...” Tiara menggeleng “Aku juga tidak tau kenapa aku bisa takut. Aku hanya merasa... yaahh.... aku tidak pernah melakukannya. Jadi aku takut” Jawab Tiara “Aku takut kamu menganggapku cewek sembarangan, atau fikiran buruk lainnya” Lanjut Tiara dalam hati.
“Baiklah... kalau begitu, ini yang kamu inginkan bukan? Berjauhan seperti ini...” Balas Sam sambil menjaga jarak kembali.
“Bukan seperti itu maksudku Sam...” Ucap Tiara sambil menatap Sam serba salah, bingung dengan apa yang harusnya ia lakukan “Kalau kamu memang merasa bosan dengan hubungan ini. Kamu hanya perlu mengatakannya” lanjut Tiara.
“Aku akan menuruti permintaanmu...”Jawab Sam membuat Tiara terdiam. Berfikir ulang tentang apa yang telah direncanakannya. Jika ia menceritakan dia dilarang pacaran, apakah Sam akan langsung menyetujuinya? Jika ia, apakah Sam tidak benar-benar menginginkannya. Tapi jika Sam menolak, lalu apa yang harus ia lakukan... apakah dia harus melanggar janjinya dan menyakiti Sam?
“Aku memintamu untuk mendekat Sam... duduk disamping ku” Jawab Tiara akhirnya “Mungkin untuk yang terakhir kalinya...” lanjutnya dalam hati. Berusaha keras, menahan kesedihan yang ia rasakan.
“Bukannya biasanya ituuu...”
“Aku mohon, kali ini saja... mendekatlah. Aku yang memintanya, apakah masih ada alasan lain untuk menolaknya?” Potong Tiara, Sam menarik ujung bibirnya menahan senyuman yang hampir dilakukannya.
“Saat aku menginginkannya, kamu menjauh. Kali ini, kamu yang harus mendekat. Kemarilah...” ujar Sam mempersilahkan Tiara duduk disampingnya. Walau sedikit ragu dan detak jantung yang semakin menggila, Tiara melangkah dan duduk disamping Sam. Menggengam tangannya. Sam balas menggenggam tangan Tiara yang tanpa disadari menguatkan Tiara yang semakin rapuh.
Tiara tersenyum samar, genggaman tangan Sam terasa menenangkan. Membuatnya lebih bisa menjalani semuanya. Tapi, apakah memang harus berakhir sekarang? Kenyataan itu kembali menyesakkan nafasnya.
“Apa yang ingin kamu bicarakan? Katakanlah...” kata Sam sambil menggengam tangan Tiara.
“Boleh aku memelukmu?” tanya Tiara, Sam tampak terdiam sesaat. Berfikir. Lalu mengangguk dan memberikan kesempatan pada Tiara untuk memeluknya. Tiara menyandarkan kepalanya didada Sam... merasa nyaman mendengar detak jantung Sam yang berdetak beraturan. Ya, biasanya dia tidak akan sejauh ini. Bahkan akan menghindar saat Sam mendekatinya. Tapi kali ini sebagai pengecualian. Untuk terakhir kalinya. Tidak papa, semua akan berakhir juga.
“Kamu kenapa Tiara?” tanya Sam yang mungkin menyadari perubahan atas sikap Tiara kepadanya. Tiara menggeleng.
“Beberapa hari ini... aku tau, aku menjadi sangat sensitif... aku minta maaf jika itu menyakitimu. Tapi, aku sedang ada masalah sekarang... masalah keluarga...” ucap Tiara tanpa berani menoleh... hanya sampai disitu, karena tiba-tiba suaranya menghilang. Tidak bisa mengatakan apa yang harusnya ia katakan.
“Kamu tau, kamu bisa menceritakan apa pun padaku...” kata Sam sambil menggenggam tangan Tiara. Berusaha untuk menguatkannya.
“Sayy... jika diingat-ingat... hari ini tepat satu bulan kita pacaran... dan aku belum mengatakan perasaanku kepadamu sesungguhnya bukan? Dan kali ini, aku mau bilang. Bahwa aku mencintaimu, tidak maksudku... aku sangat mencintaimu...” ucap Tiara dan mempererat pelukannya. Ia menyadari detak jantung Sam yang berdetak lebih cepat, senang menyadari bahwa kata-katanya masih mampu mempengarui detak jantung Sam. Itu artinya, ia masih punya sedikit harapan bahwa Sam masih memiliki rasa yang sama.
“Kamu berhasil mengatakannya...” Kata Sam, Tiara tersenyum. Merasa lega dengan apa yang ia katakan. Akhirnya, kata itu terucap. Ini pertama kali ia malakukannya, mengatakan bahwa ia mencintai seseorang secara langsung. Walau ia tidak bisa melakukannya jika menatap orangnya langsung, makanya ia memilih untuk mengatakan nya sambil memeluk Sam, agar ia bisa menyembunyikan wajahnya yang sudah pasti memerah karena malu.
“Iya. Aku berhasil mengatakannya... karena aku mencintaimu Sam...” ucap Tiara “Walau mungkin untuk terakhir dalam hidupku” lanjutnya dalam hati. Tiara melepaskan pelukannya dan menatap Sam. Ia harus mengatakannya sekarang, apapun keputusan Sam nantinya harus ia terima, yang penting Sam harus tau bahwa ia benar-benar mencintai nya.
“Kenapa?” Tanya Sam.
“Masalahku... Sebenarnya... Akkuuu, maksudku Mama ku... Diaa...”
“Kenapa?”
“Masalah keluarga, aku ada sedikit masalah dengan Mama ku, aku rela tersakiti demi Mama, jadi aku tidak mau menayakiti hati Mamaku, karena jika dia sakit. Aku akan merasakan lebih sakit lagi...” Ucap Tiara “Seperti sekarang” lanjutnya dalam hati.
“Lalu?”
“Saat ini... Mama menginginkanku untuk...” Ucapan Tiara terhenti saat air mata mengalir dari matanya. Tiara buru-buru mengusap air matanya yang langsung disadari oleh Sam.
“Tiara, kamu kenapa?” Tanya Sam dan mengusap air mata yang mengalir dipipi Tiara “Sudahlah... kamu jangan nangis lagi... aku tau, kamu adalah wanita yang kuat. Kamu pasti bisa melewati semua ini... jangan menangis lagi...” lanjut Sam sambil mengusap air mata Tiara yang terus mengalir menepikan tangan Tiara yang ingin menghapus sendiri.
“Jangan lihat akuu...” kata Tiara sambil menunduk “Aku sedang sangat kacau sekarang, pasti kamu menganggap aku wanita yang lemah bukan? Menangis seperti ini” lanjutnya dan kembali mengusap air matanya yang mengalir.
“Tidak. Aku tau, Tiara adalah wanita yang kuat. Tegar, dan pasti bisa melewati semua ini. Udah donk... jangan menangis lagi yaa..” kata Sam berusaha untuk menyemangati Tiara yang terdiam berusaha untuk menengangkan dirinya. Tidak sanggup untuk meneruskan kata-kata yang harusnya ia katakan. Biarlah ia lebih tenang dulu, bagaimana ia bisa mengatakan jika hatinya menolak untuk malakukannya. Berpisah dengan Sam sementara dia tau saling mencintai? Tidak. Ia tidak sanggup.
~ Cerpen cinta 'Ending' ~
‘Kamu sudah putus ya sama Sam?’ Tiara membaca ulang inbox di facebooknya. Pertanyaan ituu... kenapa sii nih orang. Pertanyaannya begini banget, memang sih dia sudah berharap meminta yang terbaik dari Sang Pencipta. Apapun yang akan terjadi nanti semoga dia kuat menjalaninya. Tapi, apakah mungkin ada yang mengharapkan dia dan Sam berakhir. Sampai-sampai pertanyaan itu terlontar.
‘Kenapa memangnya?’ Tiara membalas inbox Facebook nya.
‘Sam bilang... dia mau memutuskanmu... aku hanya bertanya apakah dia sudah melakukannya’ tidak lama kemudian balasan dari pertanyaannya muncul.
‘Sam berencana memutusakanku??? Kenapa?’ tanya Tiara yang rasa nyesek dihatinya langsung merasuki dalam dirinya. Setelah semua ini, inikah akhir dari doa nya? Tuhan, harus dengan cara ini kah hubungannya berakhir? Ini kah yang tebaik menurut-Mu???
‘Berarti belum. Baiklah, aku sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaanku tadi. Persiapkan diri Tiaraaa... kuatkan hatimu’
‘Beritahu aku apa yang terjadi’
‘Kamu juga akan tau nantinya’
‘Ceritakanlah...’
Setelah dengan susah payah dan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama, akhirnya Tiara tau. Dengan informasi yang ia dengar katanya Sam sedang mengejar seseorang. Sakit. Rasa nyesek itu jelas terasa dalam hatinya. Kenapa ini semua harus terjadi? Disaat ia bisa mencintai sesseorang lagi, disaat ia bisa percaya adanya cinta lagi, dan disaat ia telah bahagia karenanya. Kenapa malah seperti ini. Hatinya membantah dengan sakit yang ia rasakan.
Tenanglah Tiara... ini akan semakin memudahkanmu bukan? Kamu punya alasan untuk mengakhiri hubungan ini, tanpa harus merasa bersalah. Seharusnya kamu bisa menerima bukan. Setidaknya bukan kamu yang menyakitinya, dia tidak mencintamu lagi pasti tidak akan membuatnya sakit hati saat hubungan kalian berakhir nantinya. Sebelah hatinya membela.
Tapii... kenapa? Dia sudah berusaha untuk menjaga hati Sam dengan tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kenapa hatinya yang tersakiti. Apakah menjadi orang baik itu meamng harus terus disakiti? Rasa sakit ini, rasa sakit karena diputuskan oleh orang yang dicintai ini. Apakah harus ia terima lagi? Apakah ini balasan dari usahanya yang telah menjaga hati seseorang. Pengkhianatan??
Tidak Tiara. Berfikir positif lah dari semua yang terjadi, Allah pasti telah menyiapakan sesuatu yang baik untukmu. Ini hanya cara-Nya memberikan yang Terbaik. Kamu juga tidak boleh pacaran bukan? Dari pada hubungan ini berakhir karena kamu dan membuatmu mengingkari janji karena menyakitinya. lebih baik seperti ini. Berfikir positif lah, biarkan dia yang melakukannya. Dengan begini kamu tidak akan ingkar janji dan kamu juga tidak harus membohongi Mamamu. Dan rasa sakit itu pasti akan terasa. Tapi lebih baik merasakan sakit sekarang tanpa menyakitinya, dari pada merasakan sakit karena menyakitinya bukan? Sudah cukup rasa sakit ini kamu yang merasakan. Jangan biarkan dia juga merasakannya. Kuatkan hatimu.
Bisikan dari hatinya, pemberontakan dari fikirannya membuat Tiara merasa sangat kacau. Apakah begini akhir dari semuanya?? Ini yang tebaik, dan meamng ini lah yang harusnya terjadi. Usaha untuk mendewasakan diri. Biarkan dia yang melakukannya. Dengan menguatkan diri, Tiara menarik nafas panjang. Ya, ia akan menunggu. Mungkin jika Sam yang melakukannya, dia tidak akan merasa bersalah. Dan... dengan banyak rasa sakit yang ia rasakan. Mungkin ia bisa melupakan rasa ini. Agar dia bisa melupakan orang yang hanya mampir dihatinya. Orang yang sepertinya akan memutuskannya hanya demi wanita lain. Pria seperti itu tidak pantas untuk dipertahankan bukan? Dan sepertinya Mama nya sudah merasakan apa yang akan terjadi. Terimakasih Mama...
Bersambung...
Cut dulluuu.... Ihihihi yaa diusahain lah, bisa secepatnya tuh muncul kelanjutannya. Sampai ketemu di Cerpen selanjutnya saja yaa...
Salam~Mia Cantik~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar