Halo teman teman. Mia cantik balik lagi nih #lambai jemuran. Nah, as always mia muncul masih dengan lanjutan cerpen cinta falling in love with you bagian ke06. Yah hanya tinggal satu part lagi baru deh kita ketemu sama yang namanya ending. Soalnya emang cuma tinggal satu part lagi.
Nah, buat yang penasaran sama lanjutannya mending kita simak langsung aja yuk gimana ceritannya. And biar nggak bingung sama jalan ceritanya gimana saran mia sih mendingan baca dulu bagian sebelumnya disini.
“Jadi ini alasan kenapa loe tau semua hal tentang gue Steve? Termasuk apa yang udah gue lakukan sama Surya dulu? Loe mau membuat gue tersakiti lagi kan? Loe mau gue tersiksa terus. Kenapa Steve? Kenapa harus elo yang melakukan ini?” kata Mirma sendiri setelah ia duduk dikasurnya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.
“Kenapa loe tega melakukan ini sama gue, kenapa loe membuat gue merasakan sakit yang harusnya gue lupakan. Kenapa gue bisa begitu bodohnya masuk kedalam perangkap yang sama. Bahkan sampai mencintai Steven sedalam ini. Kenapa gue harus begitu mencintai orang yang sudah menghancurkan semua kenangan indah gue. Kenapa??” Mirma menyesali dirinya sendiri lalu menekuk kedua kakinya, memeluknya, lalu menyambunyukan wajahnya diantara kedua lututnya. Menangis.
Tanpa keinginannya sendiri, kenangan-kenangan yang telah ia lalui dulu kembali terngiang dalam ingatannya. Dia ingat sekarang siapa yang telah ia lupakan. Sesosok makhluk yang telah memberikan sepucuk surat dari Surya 5 tahun lalu. Ia ingat mata itu milik siapa. Dan sekarang ia yakin kalau sang pemilik mata yang ia perhatikan itu milik Steven. Adik kandung Surya sendiri. Kenapa dia dengan bodohnya sempat melupakan wajah itu. Kenapa ia terlambat menyadarinya, kalau ia tau dari awal mungkin dia bisa mencegah rasa cinta ini. Tapi sekarang, perasaannya benar-benar nggax bisa dikompromi. Rasa cinta nya kepada Steven membuat hatinya makin seolah teriris. Sakit, perih dan ngilu.
Dengan langkah gontai, Mirma keluar dari kampusnya. Hari ini ia memang datang kekampus, tapi nggax ada satu kata dari Dosen pun yang mampu masuk dalam ingatannya. Fikirannya masih melayang entah kemana, dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja. Tidak mengikuti pelajaran selanjutnya. Tubuhnya benar-benar lemah begitu juga dengan fikirannya sekarang. Bahkan hatinya ikut-ikutan lelah.
“Mirma tunggu” Mirma menolah keasal suara dengan lemas begitu tau siapa yang telah memanggilnya.
“Mau apa lagi loe sekarang?” tanya Mirma lemah tanpa tenaga.
“Gue minta maaf. Gue nggax bermaksud menganggu elo, loe tenang saja. Gue pasti akan pergi, hanya saja sebelum gue pergi, gue mau memberikan ini buat loe” kata Steven sambil menyerahkan dua buku kearah Mirma yang menatapnya bingung.
“Untuk apa?” tanya Mirma.
“Loe bisa baca sendiri” kata Steven sambil menarik tangan Mirma dan meletakkan buku itu ditangan Mirma. “Sekali lagi gue minta Maaf Mir, gue nggax bermaksud Menyakiti elo, dan gue yakin kalau kak Surya juga begitu. Jadi gue mewakili kakak gue untuk minta maaf sama loe. Gue mau loe tetap tegar dan kembali lah tersenyum Mirma...” lanjutnya “Gue mau loe bahagia Mirma... karena gue...” Steven terdiam sesaat “Gue mencintai elo Mirma” lanjutnya.
“Udah kan ngomongnya? Gue pergi” kata Mirma lalu melangkah meninggalkan Steven sendiri.
“Jaga diri loe baik-baik Mirma...” kata Steven begitu Mirma berlalu. Tapi ia yakin kalau Mirma masih mempu mendengarkan nya, Mirma menghentikan langkahnya, lalu berbalik tapi tetap disaat Steven yang telah berbalik melangkah pergi, membuat Mirma lagi-lagi meneteskan air matanya.
Begitu tiba dirumah, Mirma membaringkan tubunya dikasur kamarnya, mengambil buku yang tadi dititipkan Steven kearahnya, lalu dengan hati-hati membuka buku lembaran pertama. Terdapat tulisan tangan ‘My Diarry’ dan terpampang jelas nama Surya disana. Lalu selembar kertas terjatuh dari buku. Mirma memungutnya dan melihat foto nya dan Surya dulu yang tersenyum bersama, air matanya membendung dipelupuk matanya.
Mirma memperhatikan fotonya, dan saat ia membalikkan fotonya terdapat satu kalimat yang membuat air Matanya mengalir. Kata itu bertulisan dengan sangat jelas ‘Aku dan segala hal yang ku inginkan dalam hidup’. Dengan hati-hati Mirma membuka lembar kedua dari buku diarry itu. Membuat air matanya mengalir dengan begitu deras. Membaca satu kata demi kata dari buku diarry Milik kekasihnya dulu. Tanpa sadar membuat sakit dihatinya kembali terasa.
Disana tertulis jelas, semua yang telah ia lalui bersama Surya dulu. Mulai dari pertama kali pertemuan mereaka saat Surya jatuh dari atas pohon, pertemuan kedua mereaka saat Surya membantunya mengumpulkan buku-bukunya yang terjatuh, pertemuan ketiga dikantin sekolah saat mengatakan kalau Surya adalah Secret Admirer nya. Lalu pertemuan-pertemuan selanjutnya yang ntah kenapa seperti apa yang dia lakukan bersama Steven baru-baru ini.
Termasuk apa yang dia lakukan untuk kejutan ulang tahun Mirma. Dan satu kenyataan yang baru Mirma tau sekarang. Ternyata Surya mengidap penyakit kelainan jantung sejak lahir. Membuat Surya tidak bisa bertahan lama untuk hidup. Mirma menyesali apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa ia sebagai pacar yang udah menjalani selama dua tahun tidak mengetahui kenyataan itu. Padahal selama ini ia selalu bersama Surya.
Disana juga tertulis jelas semua hal tentang Mirma, mulai dari hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar sekalipun. Mulai dari Mirma yang sangat menyukai hujan, ice cream, takut ketinggian, suka masakan yang pedes, nggax suka bawang goreng juga timun, serta paling suka melukis saat sore hari. Karena suasana yang menyenangkan juga goresan sinar matahari yang berwarna samar itu membuatnya tidak merasa kepanasan. Ditambah lagi kursi yang selalu ia duduki ditaman tidak pernah berubah lantaran disana suasanya paling adem karean batang pohon rindang disampingnya yang menutupi cahaya matahari.
Perhatian Mirma tertuju pada tanggal 17 bulan Februari setelah beberapa bulan mereka pacaran. Goresan itu terlihat banyak bekas air yang membuat tinta nya sedikit memudar, mungkin karena keringat atau bahkan air mata yang sempat menetes. Kalimat itu membuat tangisan Mirma pecah dan sakit dihati yang ia rasakan makin parah.
17 Februari,
Hari ini gue membuat Mirma menunggu, cowok seperti apa gue ini??? Kenapa gue begitu lemah, kenapa sakit ini harus gue yang menanggung. Tadi sebelum keberangkatan gue, malah gue sempat pingsan dan membuat orang tau gue khawatir dan begitu tersadar gue udah dirumah sakit. Dengan cepat gue keluar diam-diam dan menemuinya, gue terlambat satu jam. Dan Membuat Mirma ngambek karena gue nggax datang-datang. Meski dada gue terasa begitu sakit, tapi saat gue melihat Wajah Mirma, sakit gue seolah nggax terasa membebani gue, dan dengan sedikit rayuan dia tetap tidak memaafkan gue. Setelah lama gue bujuk dan dia tetap nggax mau memaafkan gue, tiba-tiba gue melihat penjual ice cream, gue membelikannya yang dengan cepat membuat senyuman dibibir Mirma kembali mengembang.
Jantung gue seolah terhenti sesaat, lalu kembali berdetak cepat. Senyuman itu benar-benar menenangkan. Mirma, gue minta maaf karena gue nggax bisa jujur sama loe tentang penyakit gue. Gue nggax bermaksud menyakiti elo Mirma. Hanya saja. Sebelum akhir hidup gue, gue mau melihat elo tetap tersenyum sepeti ini, juga memperlakukan gue layaknya orang sehat lainnya. Gue nggax mau loe bersedih, apalagi gara-gara gue. Gue mencintai elo Mirma. Tetaplah bahagia. Kalaupun gue nggax bisa melakukannya buat loe. Gue berharab suatu saat nanti akan ada yang membahagiakan elo, dan membuat elo melupakan kenangan menyakitkan bersama gue. Gue nggax bermaksud membohongi elo Mirma. Hanya saja gue,... gue nggax bisa menjelaskan nya sekarang. Gue butuh waktu.
Gue mencintai elo Mirma, bahkan sangat. Gue menginginkan elo selamanya, tapi gue juga tau. Gue nggax punya cukup umur untuk itu. Mama bilang, ada yang bisa mendonorkan jantung buat gue beberapa bulan lagi tapi nggax disini, gue nggax tau harus gimana ngomong sama loe, karena kalau gue ketemu loe lagi, gue takut malah membuat gue nggax bisa melepaskan gue. Hanya butuh waktu satu tahun untuk kembali normal. Tapi apakah elo mau menunggu gue selama itu? Kalau operasi berhasil, gue janji akan hidup untuk elo, dan akan selamanya bersama elo nantinya. Tapi, gue nggax tau akan loe anggap apa gue setelah ini. Gue minta Maaf Mirma. Gue nggax tau lagi apa yang harus gue lakukan sekarang. Tapi gue juga nggax bisa kalau harus menjelaskannya sama loe, gue nggax mau loe bersedih. Maafin gue Mirma... maafin gue...
Mirma menangis sambil memeluk buku harian itu dengan erat. Sebegitu mendertanya kah Surya selama ini, tapi kenapa dia nggax pernah mau jujur. Kenapa harus berbohong... ini malah membuat Mirma semakin menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak pernah tau apa yang dialami Surya selama ini, kenapa dia selalu mementingkan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak pernah menyadari sikap Surya yang selalu terlihat lemah dan wajahnya yang sering pucat. Kenapa dia selalu percaya saat Surya mengatakan kalau itu hanya karena kecapean kurang tidur. Kenapa dia tidak pernah menyadari alasan Surya yang jelas nggax masuk akal saat dia terlambat. Dan kenapa...
Suara bell rumahnya membuat Mirma tersadar akan semua lamunanya, dengan lemah Mirma berdiri melangkah dengan gontai keruang depan rumahnya. ‘Bahkan Dia tidak diberi waktu untuk bersedih??’, Mirma membuka pintu rumahnya tanpa melihat siapa tamunya itu.
“Astaga Mirma??? Apa yang terjadi sama loe?” teriak Hawa tertahan begitu melihat keadaan Mirma sekarang. Seperti orang yang benar-benar putus asa. Bahkan air matanya tetap dibiarkan mengalir, begitu melihat Hawa didepannya, Mirma langsung memeluknya menumpahkan segala kesedihannya, dan menangis sejadi-jadinya, membuat Hawa yang tidak tau apa-apa hanya menatapnya bingung, lalu mengusap punggunya menenangkan.
“Tenang Mirma, loe boleh menceritakan semua yang terjadi sama gue, sekarang loe tenang dulu” kata Hawa, Mirma melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya “Loe udah makan?” tanya Hawa, Mirma menggeleng lemah. “Ya ampun Mir, ini udah jam berapa? Kenapa loe belum makan jam segini” balas Hawa setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 07 malam.
“Gue masakkan sesuatu buat loe, abis itu loe bisa menceritakan semuanya sama gue” lanjut Hawa sambil melangkah kedapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan Mirma, sudah berapa lama gadis itu menangis. Ckckck, kenapa lagi-lagi wajah frustasi itu yang ia temukan setelah kebahagiaan yang ia lihat baru saja muncul beberapa bulan yang lalu. Kenapa sahabatnya kembali menderita. Bahkan Hawa yakin kalau penderitaan sahabatnya kali ini lebih parah dari pada lima tahun lalu saat Surya meninggalkannya.
“Maafin gue kak, gue menyakitinya” kata Steven pada selembar foto dihadapannya “Gue menyakitinya kak, loe pasti membenci gue sekarang. Gue minta maaf. Gue nggax bermaksud melakukannya, gue hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi, tapi gue juga nggax tau kapan waktu itu tiba, membuat gue yang bahagia melihat senyuman yang selalu ia tunjukkan baru-baru ini melupakan apa yang seharusnya gue lakukan” lanjutnya.
“Seandaainya waktu itu gue nggax terjatuh dari pohon, mungkin sampai sekarang, gue akan tetap memperhatikannya dari kejauhan. Tapi gue udah terlanjur melihatnya. Gue melihat tawanya yang sangat menenangkan, dan gue nggax bisa menghentikan hati gue untuk mendekatinya, membuatnya jatuh cinta sama gue, persis yang kakak lakukan dulu. Gue minta maaf kak, gue juga mencintainya” kata Steven yang tanpa sadar air matanya mengalir
“Padahal gue udah janji sama kakak, tapi apa yang udah gue lakukan sekarang? Gue menyakitinya lagi. Seperti kurang dengan penderitaannya selama ini. Kakak bener, dia sangat istimewa. Bukan karena gue mau merebutnya dari kakak, tapi rasa ini nggax bisa gue hapus, bahkan sejak 5 tahun yang lalu, tapi sekarang dia membenci gue, itu saat paling menyakitkan buat gue. Tapi gue bisa apa? Sekali dia meminta gue untuk pergi, maka mau nggax mau, gue harus pergi dari hidupnya. Itu janji gue, karena gue nggax mau dia menderita sama gue” kata Steven sambil mengusap air matanya.
“Tapi seandainya takdir berkata lain, segenap alam membantu gue dan dia mengatakan menginginkan gue, maka gue bersumpah. Gue akan mengikatnya seumur hidup disisi gue selamanya” kata Steven “Tapi, itu hanya harapan gue, harapan yang gue sendiri nggax tau apakah gue bisa meraihnya... maafin gue kak, gue udah menyakiti orang yang sangat kakak cintai. Adik macam apa gue ini, kakak tau dari dulu adik yang nggax tau diri ini selalu iri sama kakak, bahkan kalau boleh memilih gue lebih memilih sakit seperti yang kakak rasakan kalau itu bisa membuat gue mendapatkan perhatian dari Mama, papa juga kakak gue, dan yang paling terpenting gue mendapat kan cinta dari orang yang sangat istimewa itu. Cukup egoiskan? Gue memang jahat. Kenapa loe bisa sejahat ini Steve, kenapa??” maki hatinya menyesali apa yang dia rasakan saat ini. Kenapa harus ini yang ia rasakan.
Steve mengingat jelas apa yang terjadi dulu, semua perhatian orang tuanya selalu tetang Surya, bahkan Steve sudah mati-matian belajar agar mendapa juara disekolahnya. Tapi meski juara yang ia dapatkan orang tuanya tetap tidak menghiraukannya. Selalu saja tetang Surya, Surya, dan Surya. Tidak pernah sekalipun tetang dirinya, dia tau kalau Surya mengalami penyakit itu, tapi ia juga yakin kalau orang tuanya boleh memilih pasti mereka lebih senang kalau dia yang mengalami penyakit itu.
Dari dulu memang selalu Surya yang paling benar dimata orang tuanya, bahkan saat Surya salah sekalipun, tetap tidak merubah penilaian orang tuanya, Steven ingat banget Saat umurnya 13 tahun dulu, saat itu ia membeli sebuah mainan baru dari uang jajannya sendiri yang ia tabung, tapi akibat kesalahan kakaknya, mainan itu rusak, marah? Tentu saja dia marah, dia tau Surya sudah minta maaf, tapi sifat iri nya membuat dia mendorong Surya hingga terjatuh, dan Surya masuk rumah sakit karena memang penyakitnya yang tiba-tiba kambuh. Dan saat itu orang tuanya marah besar terhadapnya, mendiamkannya selama berminggu-minggu, memotong uang jajannya dan membuang mainan baru miliknya.
Diam-diam Steven menemui Surya untuk minta maaf, tapi Surya sudah memaafkannya. Dia tau tidak seharusnya ia membenci Surya, kakak nya begitu menyayanginya, tapi ntah kenapa orang tuanya sangat membencinya. Steven juga ingat saat kejadian beberapa tahun lalu, saat itu Surya dibelikan mainan baru sama papanya, bahkan mainan yang Surya dapatkan lebih banyak dari pada miliknya, seolah berbanding 5 dari miliknya, tapi dia tetap diam karena itu walau hatinya juga merasakan iri, saat itu Surya memberikan salah satu mainan miliknya, tentu saja dia sangat senang karena itu mainan yang ia impi-impi kan. Tapi begitu papa nya tau, dengan paksa ia merebut mainan itu dari tangan Steven dan memberikan kembali kepada Surya.
Dia tau, tidak seharusnya ia merasa iri terhadap Surya, tapi karena perhatian orang tuanya lah yang membuatnya merasa tersingkir, bahkan saat ia memutuskan untuk tinggal dirumah tantenya, orang tuanya sama sekali tidak perduli, hanya Surya yang memujuknya berkali-kali untuk kembali kerumah, tapi kebaikan itu ia tolak mentah-mentah yang sekarang ia sesali. Seharusnya ia tau, kalau Surya memang pantas mendapatkan semua itu, karena hidupnya yang nggax lama lagi, tapi kalau boleh memilih Steven lebih rela merasakan sakit yang kakaknya rasakan kalau pada akhirnya dia mendapatkan perhatian orang tuanya walau hanya satu jam. Tapi dia tidak pernah bisa merasakannya.
Karena ia ingat saat kejadian yang ia rasakan ketika dia sakit. Bukan perhatian yang ia dapatkan, tapi perlakukan yang sangat tidak ia harapkan. Orang tuanya sama sekali tidak memperhatikannya, bahkan bisa dibilang tidak perduli, dia tau saat itu Surya memberi tau papa nya kalau dia sakit, dan ingin mengantarkan makanan kekamarnya, tapi orang tuanya malah memarahinya karena dikira dia yang telah menyuruh Surya melakukan semua itu, orang tuanya tidak mendengarkan penjelasannya sama sekali membuatnya hanya bisa diam menerima semua perlakukan itu. Dan saat itu ia sadar, seandainya pun dia yang mengalami sakit yang Surya rasakan, ia yakin orang tuanya tidak akan ambil pusing.
Demi Menyenangkan hari orang tuanya Steven yang selalu mengerjakan tugas yang seharusnya Surya lakukan, dia juga yang selalu mendapatkan kemarahan orang tua nya atas kesalahan yang bukan ia lakukan, ia merelakan mainan yang ia beli untuk mengganti mainan yang tidak sengaja ia rusakkan milik Surya, padahal ia tau orang tuanya masih cukup uang untuk membeli mainan yang baru, bahkan demi cinta pertamanya.
Saat itu Steven melihat seorang gadis yang duduk ditaman sambil melukis, dan mulai saat itu ia putuskan kalau gadis yang ia lihat adalah cinta pertamanya dan suatu saat nanti akan menjadi pasangan hidupnya. Mulai saat itu ia selalu memperhatikan sang gadis, tapi satu kanyataan yang benar-benar menyakitkan terjadi. Karena dua minggu setelahnya Surya menunjukkan sebuah foto yang ia ambil diam-diam, Surya menunjukkan kalau itu adalah foto gadis yang ia cintai, dan dia berhadap bisa mendapatkan hati gadis itu. Membuat Steven menangis sendiri dikamarnya, itu adalah foto Mirma, dia yang pertama kali melihatnya, tapi demi kakaknya, ia merelakan dan lebih memilih memperhatikan Mirma dari kejauhan tanpa berani mendekati gadis yang berhasil merebut hatinya.
Semua perhatian orang tuanya, semua mainan yang mewah dan banyak, kasih sayang dari orang-orang yang Steven cintai, serta cinta dari gadis yang sama, membuat Steven hanya mampu diam, menyendiri. Dan jauh dari teman-temannya bahkan keluarganya. Dan dua tahun dia memutuskan untuk tinggal dirumah tantenya. Yang sekarang ia sesali kenapa ia tidak menggunakan waktu yang hanya sedikit untuk bersama kakaknya, membuang jauh-jauh rasa iri nya. Karena semua yang Surya dapatkan memang pantas ia terima. Seharusnya ia sadar itu.
Steven mengusap air matanya mengingat semua kejadian yang telah ia lewati dulu. Tidak seharusnya ia membenci kakaknya, tidak seharusnya ia merasakan ke iri an terhadap kakaknya, serta mengingingkan apa yang seharusnya tidak ia dapatkan. Kenapa perhatian orang tua nya tidak bisa ia rasakan seutuhnya, bahkan untuk sekarang sekalipun. Apa mungkin ia tidak pantas mendapatkan kebahagiaan? Kenapa selalu dia yang harus mengalah?
To Be Continue... Ketemu di part ending aja ya. Oh ya, ngomong ngomong udah baca cerpen terbaru karya ana merya belon. Kalau belum coba baca deh. Ceritanya seru juga tau. Cuma kayaknya sih belum end gitu. Mia aja baru baca sampe part 6.
Salam ~ Mia Cantik ~
Nah, buat yang penasaran sama lanjutannya mending kita simak langsung aja yuk gimana ceritannya. And biar nggak bingung sama jalan ceritanya gimana saran mia sih mendingan baca dulu bagian sebelumnya disini.
Cerpen cinta I Am Falling In Love With You ~ 06 |
“Jadi ini alasan kenapa loe tau semua hal tentang gue Steve? Termasuk apa yang udah gue lakukan sama Surya dulu? Loe mau membuat gue tersakiti lagi kan? Loe mau gue tersiksa terus. Kenapa Steve? Kenapa harus elo yang melakukan ini?” kata Mirma sendiri setelah ia duduk dikasurnya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.
“Kenapa loe tega melakukan ini sama gue, kenapa loe membuat gue merasakan sakit yang harusnya gue lupakan. Kenapa gue bisa begitu bodohnya masuk kedalam perangkap yang sama. Bahkan sampai mencintai Steven sedalam ini. Kenapa gue harus begitu mencintai orang yang sudah menghancurkan semua kenangan indah gue. Kenapa??” Mirma menyesali dirinya sendiri lalu menekuk kedua kakinya, memeluknya, lalu menyambunyukan wajahnya diantara kedua lututnya. Menangis.
Tanpa keinginannya sendiri, kenangan-kenangan yang telah ia lalui dulu kembali terngiang dalam ingatannya. Dia ingat sekarang siapa yang telah ia lupakan. Sesosok makhluk yang telah memberikan sepucuk surat dari Surya 5 tahun lalu. Ia ingat mata itu milik siapa. Dan sekarang ia yakin kalau sang pemilik mata yang ia perhatikan itu milik Steven. Adik kandung Surya sendiri. Kenapa dia dengan bodohnya sempat melupakan wajah itu. Kenapa ia terlambat menyadarinya, kalau ia tau dari awal mungkin dia bisa mencegah rasa cinta ini. Tapi sekarang, perasaannya benar-benar nggax bisa dikompromi. Rasa cinta nya kepada Steven membuat hatinya makin seolah teriris. Sakit, perih dan ngilu.
Cerpen cinta I Am Falling In Love With You
Dengan langkah gontai, Mirma keluar dari kampusnya. Hari ini ia memang datang kekampus, tapi nggax ada satu kata dari Dosen pun yang mampu masuk dalam ingatannya. Fikirannya masih melayang entah kemana, dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja. Tidak mengikuti pelajaran selanjutnya. Tubuhnya benar-benar lemah begitu juga dengan fikirannya sekarang. Bahkan hatinya ikut-ikutan lelah.
“Mirma tunggu” Mirma menolah keasal suara dengan lemas begitu tau siapa yang telah memanggilnya.
“Mau apa lagi loe sekarang?” tanya Mirma lemah tanpa tenaga.
“Gue minta maaf. Gue nggax bermaksud menganggu elo, loe tenang saja. Gue pasti akan pergi, hanya saja sebelum gue pergi, gue mau memberikan ini buat loe” kata Steven sambil menyerahkan dua buku kearah Mirma yang menatapnya bingung.
“Untuk apa?” tanya Mirma.
“Loe bisa baca sendiri” kata Steven sambil menarik tangan Mirma dan meletakkan buku itu ditangan Mirma. “Sekali lagi gue minta Maaf Mir, gue nggax bermaksud Menyakiti elo, dan gue yakin kalau kak Surya juga begitu. Jadi gue mewakili kakak gue untuk minta maaf sama loe. Gue mau loe tetap tegar dan kembali lah tersenyum Mirma...” lanjutnya “Gue mau loe bahagia Mirma... karena gue...” Steven terdiam sesaat “Gue mencintai elo Mirma” lanjutnya.
“Udah kan ngomongnya? Gue pergi” kata Mirma lalu melangkah meninggalkan Steven sendiri.
“Jaga diri loe baik-baik Mirma...” kata Steven begitu Mirma berlalu. Tapi ia yakin kalau Mirma masih mempu mendengarkan nya, Mirma menghentikan langkahnya, lalu berbalik tapi tetap disaat Steven yang telah berbalik melangkah pergi, membuat Mirma lagi-lagi meneteskan air matanya.
Begitu tiba dirumah, Mirma membaringkan tubunya dikasur kamarnya, mengambil buku yang tadi dititipkan Steven kearahnya, lalu dengan hati-hati membuka buku lembaran pertama. Terdapat tulisan tangan ‘My Diarry’ dan terpampang jelas nama Surya disana. Lalu selembar kertas terjatuh dari buku. Mirma memungutnya dan melihat foto nya dan Surya dulu yang tersenyum bersama, air matanya membendung dipelupuk matanya.
Mirma memperhatikan fotonya, dan saat ia membalikkan fotonya terdapat satu kalimat yang membuat air Matanya mengalir. Kata itu bertulisan dengan sangat jelas ‘Aku dan segala hal yang ku inginkan dalam hidup’. Dengan hati-hati Mirma membuka lembar kedua dari buku diarry itu. Membuat air matanya mengalir dengan begitu deras. Membaca satu kata demi kata dari buku diarry Milik kekasihnya dulu. Tanpa sadar membuat sakit dihatinya kembali terasa.
Disana tertulis jelas, semua yang telah ia lalui bersama Surya dulu. Mulai dari pertama kali pertemuan mereaka saat Surya jatuh dari atas pohon, pertemuan kedua mereaka saat Surya membantunya mengumpulkan buku-bukunya yang terjatuh, pertemuan ketiga dikantin sekolah saat mengatakan kalau Surya adalah Secret Admirer nya. Lalu pertemuan-pertemuan selanjutnya yang ntah kenapa seperti apa yang dia lakukan bersama Steven baru-baru ini.
Termasuk apa yang dia lakukan untuk kejutan ulang tahun Mirma. Dan satu kenyataan yang baru Mirma tau sekarang. Ternyata Surya mengidap penyakit kelainan jantung sejak lahir. Membuat Surya tidak bisa bertahan lama untuk hidup. Mirma menyesali apa yang sudah terjadi. Bagaimana bisa ia sebagai pacar yang udah menjalani selama dua tahun tidak mengetahui kenyataan itu. Padahal selama ini ia selalu bersama Surya.
Disana juga tertulis jelas semua hal tentang Mirma, mulai dari hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar sekalipun. Mulai dari Mirma yang sangat menyukai hujan, ice cream, takut ketinggian, suka masakan yang pedes, nggax suka bawang goreng juga timun, serta paling suka melukis saat sore hari. Karena suasana yang menyenangkan juga goresan sinar matahari yang berwarna samar itu membuatnya tidak merasa kepanasan. Ditambah lagi kursi yang selalu ia duduki ditaman tidak pernah berubah lantaran disana suasanya paling adem karean batang pohon rindang disampingnya yang menutupi cahaya matahari.
Perhatian Mirma tertuju pada tanggal 17 bulan Februari setelah beberapa bulan mereka pacaran. Goresan itu terlihat banyak bekas air yang membuat tinta nya sedikit memudar, mungkin karena keringat atau bahkan air mata yang sempat menetes. Kalimat itu membuat tangisan Mirma pecah dan sakit dihati yang ia rasakan makin parah.
17 Februari,
Hari ini gue membuat Mirma menunggu, cowok seperti apa gue ini??? Kenapa gue begitu lemah, kenapa sakit ini harus gue yang menanggung. Tadi sebelum keberangkatan gue, malah gue sempat pingsan dan membuat orang tau gue khawatir dan begitu tersadar gue udah dirumah sakit. Dengan cepat gue keluar diam-diam dan menemuinya, gue terlambat satu jam. Dan Membuat Mirma ngambek karena gue nggax datang-datang. Meski dada gue terasa begitu sakit, tapi saat gue melihat Wajah Mirma, sakit gue seolah nggax terasa membebani gue, dan dengan sedikit rayuan dia tetap tidak memaafkan gue. Setelah lama gue bujuk dan dia tetap nggax mau memaafkan gue, tiba-tiba gue melihat penjual ice cream, gue membelikannya yang dengan cepat membuat senyuman dibibir Mirma kembali mengembang.
Jantung gue seolah terhenti sesaat, lalu kembali berdetak cepat. Senyuman itu benar-benar menenangkan. Mirma, gue minta maaf karena gue nggax bisa jujur sama loe tentang penyakit gue. Gue nggax bermaksud menyakiti elo Mirma. Hanya saja. Sebelum akhir hidup gue, gue mau melihat elo tetap tersenyum sepeti ini, juga memperlakukan gue layaknya orang sehat lainnya. Gue nggax mau loe bersedih, apalagi gara-gara gue. Gue mencintai elo Mirma. Tetaplah bahagia. Kalaupun gue nggax bisa melakukannya buat loe. Gue berharab suatu saat nanti akan ada yang membahagiakan elo, dan membuat elo melupakan kenangan menyakitkan bersama gue. Gue nggax bermaksud membohongi elo Mirma. Hanya saja gue,... gue nggax bisa menjelaskan nya sekarang. Gue butuh waktu.
Gue mencintai elo Mirma, bahkan sangat. Gue menginginkan elo selamanya, tapi gue juga tau. Gue nggax punya cukup umur untuk itu. Mama bilang, ada yang bisa mendonorkan jantung buat gue beberapa bulan lagi tapi nggax disini, gue nggax tau harus gimana ngomong sama loe, karena kalau gue ketemu loe lagi, gue takut malah membuat gue nggax bisa melepaskan gue. Hanya butuh waktu satu tahun untuk kembali normal. Tapi apakah elo mau menunggu gue selama itu? Kalau operasi berhasil, gue janji akan hidup untuk elo, dan akan selamanya bersama elo nantinya. Tapi, gue nggax tau akan loe anggap apa gue setelah ini. Gue minta Maaf Mirma. Gue nggax tau lagi apa yang harus gue lakukan sekarang. Tapi gue juga nggax bisa kalau harus menjelaskannya sama loe, gue nggax mau loe bersedih. Maafin gue Mirma... maafin gue...
Mirma menangis sambil memeluk buku harian itu dengan erat. Sebegitu mendertanya kah Surya selama ini, tapi kenapa dia nggax pernah mau jujur. Kenapa harus berbohong... ini malah membuat Mirma semakin menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak pernah tau apa yang dialami Surya selama ini, kenapa dia selalu mementingkan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak pernah menyadari sikap Surya yang selalu terlihat lemah dan wajahnya yang sering pucat. Kenapa dia selalu percaya saat Surya mengatakan kalau itu hanya karena kecapean kurang tidur. Kenapa dia tidak pernah menyadari alasan Surya yang jelas nggax masuk akal saat dia terlambat. Dan kenapa...
Suara bell rumahnya membuat Mirma tersadar akan semua lamunanya, dengan lemah Mirma berdiri melangkah dengan gontai keruang depan rumahnya. ‘Bahkan Dia tidak diberi waktu untuk bersedih??’, Mirma membuka pintu rumahnya tanpa melihat siapa tamunya itu.
“Astaga Mirma??? Apa yang terjadi sama loe?” teriak Hawa tertahan begitu melihat keadaan Mirma sekarang. Seperti orang yang benar-benar putus asa. Bahkan air matanya tetap dibiarkan mengalir, begitu melihat Hawa didepannya, Mirma langsung memeluknya menumpahkan segala kesedihannya, dan menangis sejadi-jadinya, membuat Hawa yang tidak tau apa-apa hanya menatapnya bingung, lalu mengusap punggunya menenangkan.
“Tenang Mirma, loe boleh menceritakan semua yang terjadi sama gue, sekarang loe tenang dulu” kata Hawa, Mirma melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya “Loe udah makan?” tanya Hawa, Mirma menggeleng lemah. “Ya ampun Mir, ini udah jam berapa? Kenapa loe belum makan jam segini” balas Hawa setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 07 malam.
“Gue masakkan sesuatu buat loe, abis itu loe bisa menceritakan semuanya sama gue” lanjut Hawa sambil melangkah kedapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan Mirma, sudah berapa lama gadis itu menangis. Ckckck, kenapa lagi-lagi wajah frustasi itu yang ia temukan setelah kebahagiaan yang ia lihat baru saja muncul beberapa bulan yang lalu. Kenapa sahabatnya kembali menderita. Bahkan Hawa yakin kalau penderitaan sahabatnya kali ini lebih parah dari pada lima tahun lalu saat Surya meninggalkannya.
Puisi Sedih "Kepergianmu"
“Maafin gue kak, gue menyakitinya” kata Steven pada selembar foto dihadapannya “Gue menyakitinya kak, loe pasti membenci gue sekarang. Gue minta maaf. Gue nggax bermaksud melakukannya, gue hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi, tapi gue juga nggax tau kapan waktu itu tiba, membuat gue yang bahagia melihat senyuman yang selalu ia tunjukkan baru-baru ini melupakan apa yang seharusnya gue lakukan” lanjutnya.
“Seandaainya waktu itu gue nggax terjatuh dari pohon, mungkin sampai sekarang, gue akan tetap memperhatikannya dari kejauhan. Tapi gue udah terlanjur melihatnya. Gue melihat tawanya yang sangat menenangkan, dan gue nggax bisa menghentikan hati gue untuk mendekatinya, membuatnya jatuh cinta sama gue, persis yang kakak lakukan dulu. Gue minta maaf kak, gue juga mencintainya” kata Steven yang tanpa sadar air matanya mengalir
“Padahal gue udah janji sama kakak, tapi apa yang udah gue lakukan sekarang? Gue menyakitinya lagi. Seperti kurang dengan penderitaannya selama ini. Kakak bener, dia sangat istimewa. Bukan karena gue mau merebutnya dari kakak, tapi rasa ini nggax bisa gue hapus, bahkan sejak 5 tahun yang lalu, tapi sekarang dia membenci gue, itu saat paling menyakitkan buat gue. Tapi gue bisa apa? Sekali dia meminta gue untuk pergi, maka mau nggax mau, gue harus pergi dari hidupnya. Itu janji gue, karena gue nggax mau dia menderita sama gue” kata Steven sambil mengusap air matanya.
“Tapi seandainya takdir berkata lain, segenap alam membantu gue dan dia mengatakan menginginkan gue, maka gue bersumpah. Gue akan mengikatnya seumur hidup disisi gue selamanya” kata Steven “Tapi, itu hanya harapan gue, harapan yang gue sendiri nggax tau apakah gue bisa meraihnya... maafin gue kak, gue udah menyakiti orang yang sangat kakak cintai. Adik macam apa gue ini, kakak tau dari dulu adik yang nggax tau diri ini selalu iri sama kakak, bahkan kalau boleh memilih gue lebih memilih sakit seperti yang kakak rasakan kalau itu bisa membuat gue mendapatkan perhatian dari Mama, papa juga kakak gue, dan yang paling terpenting gue mendapat kan cinta dari orang yang sangat istimewa itu. Cukup egoiskan? Gue memang jahat. Kenapa loe bisa sejahat ini Steve, kenapa??” maki hatinya menyesali apa yang dia rasakan saat ini. Kenapa harus ini yang ia rasakan.
Steve mengingat jelas apa yang terjadi dulu, semua perhatian orang tuanya selalu tetang Surya, bahkan Steve sudah mati-matian belajar agar mendapa juara disekolahnya. Tapi meski juara yang ia dapatkan orang tuanya tetap tidak menghiraukannya. Selalu saja tetang Surya, Surya, dan Surya. Tidak pernah sekalipun tetang dirinya, dia tau kalau Surya mengalami penyakit itu, tapi ia juga yakin kalau orang tuanya boleh memilih pasti mereka lebih senang kalau dia yang mengalami penyakit itu.
Dari dulu memang selalu Surya yang paling benar dimata orang tuanya, bahkan saat Surya salah sekalipun, tetap tidak merubah penilaian orang tuanya, Steven ingat banget Saat umurnya 13 tahun dulu, saat itu ia membeli sebuah mainan baru dari uang jajannya sendiri yang ia tabung, tapi akibat kesalahan kakaknya, mainan itu rusak, marah? Tentu saja dia marah, dia tau Surya sudah minta maaf, tapi sifat iri nya membuat dia mendorong Surya hingga terjatuh, dan Surya masuk rumah sakit karena memang penyakitnya yang tiba-tiba kambuh. Dan saat itu orang tuanya marah besar terhadapnya, mendiamkannya selama berminggu-minggu, memotong uang jajannya dan membuang mainan baru miliknya.
Diam-diam Steven menemui Surya untuk minta maaf, tapi Surya sudah memaafkannya. Dia tau tidak seharusnya ia membenci Surya, kakak nya begitu menyayanginya, tapi ntah kenapa orang tuanya sangat membencinya. Steven juga ingat saat kejadian beberapa tahun lalu, saat itu Surya dibelikan mainan baru sama papanya, bahkan mainan yang Surya dapatkan lebih banyak dari pada miliknya, seolah berbanding 5 dari miliknya, tapi dia tetap diam karena itu walau hatinya juga merasakan iri, saat itu Surya memberikan salah satu mainan miliknya, tentu saja dia sangat senang karena itu mainan yang ia impi-impi kan. Tapi begitu papa nya tau, dengan paksa ia merebut mainan itu dari tangan Steven dan memberikan kembali kepada Surya.
Dia tau, tidak seharusnya ia merasa iri terhadap Surya, tapi karena perhatian orang tuanya lah yang membuatnya merasa tersingkir, bahkan saat ia memutuskan untuk tinggal dirumah tantenya, orang tuanya sama sekali tidak perduli, hanya Surya yang memujuknya berkali-kali untuk kembali kerumah, tapi kebaikan itu ia tolak mentah-mentah yang sekarang ia sesali. Seharusnya ia tau, kalau Surya memang pantas mendapatkan semua itu, karena hidupnya yang nggax lama lagi, tapi kalau boleh memilih Steven lebih rela merasakan sakit yang kakaknya rasakan kalau pada akhirnya dia mendapatkan perhatian orang tuanya walau hanya satu jam. Tapi dia tidak pernah bisa merasakannya.
Karena ia ingat saat kejadian yang ia rasakan ketika dia sakit. Bukan perhatian yang ia dapatkan, tapi perlakukan yang sangat tidak ia harapkan. Orang tuanya sama sekali tidak memperhatikannya, bahkan bisa dibilang tidak perduli, dia tau saat itu Surya memberi tau papa nya kalau dia sakit, dan ingin mengantarkan makanan kekamarnya, tapi orang tuanya malah memarahinya karena dikira dia yang telah menyuruh Surya melakukan semua itu, orang tuanya tidak mendengarkan penjelasannya sama sekali membuatnya hanya bisa diam menerima semua perlakukan itu. Dan saat itu ia sadar, seandainya pun dia yang mengalami sakit yang Surya rasakan, ia yakin orang tuanya tidak akan ambil pusing.
Demi Menyenangkan hari orang tuanya Steven yang selalu mengerjakan tugas yang seharusnya Surya lakukan, dia juga yang selalu mendapatkan kemarahan orang tua nya atas kesalahan yang bukan ia lakukan, ia merelakan mainan yang ia beli untuk mengganti mainan yang tidak sengaja ia rusakkan milik Surya, padahal ia tau orang tuanya masih cukup uang untuk membeli mainan yang baru, bahkan demi cinta pertamanya.
Saat itu Steven melihat seorang gadis yang duduk ditaman sambil melukis, dan mulai saat itu ia putuskan kalau gadis yang ia lihat adalah cinta pertamanya dan suatu saat nanti akan menjadi pasangan hidupnya. Mulai saat itu ia selalu memperhatikan sang gadis, tapi satu kanyataan yang benar-benar menyakitkan terjadi. Karena dua minggu setelahnya Surya menunjukkan sebuah foto yang ia ambil diam-diam, Surya menunjukkan kalau itu adalah foto gadis yang ia cintai, dan dia berhadap bisa mendapatkan hati gadis itu. Membuat Steven menangis sendiri dikamarnya, itu adalah foto Mirma, dia yang pertama kali melihatnya, tapi demi kakaknya, ia merelakan dan lebih memilih memperhatikan Mirma dari kejauhan tanpa berani mendekati gadis yang berhasil merebut hatinya.
Semua perhatian orang tuanya, semua mainan yang mewah dan banyak, kasih sayang dari orang-orang yang Steven cintai, serta cinta dari gadis yang sama, membuat Steven hanya mampu diam, menyendiri. Dan jauh dari teman-temannya bahkan keluarganya. Dan dua tahun dia memutuskan untuk tinggal dirumah tantenya. Yang sekarang ia sesali kenapa ia tidak menggunakan waktu yang hanya sedikit untuk bersama kakaknya, membuang jauh-jauh rasa iri nya. Karena semua yang Surya dapatkan memang pantas ia terima. Seharusnya ia sadar itu.
Steven mengusap air matanya mengingat semua kejadian yang telah ia lewati dulu. Tidak seharusnya ia membenci kakaknya, tidak seharusnya ia merasakan ke iri an terhadap kakaknya, serta mengingingkan apa yang seharusnya tidak ia dapatkan. Kenapa perhatian orang tua nya tidak bisa ia rasakan seutuhnya, bahkan untuk sekarang sekalipun. Apa mungkin ia tidak pantas mendapatkan kebahagiaan? Kenapa selalu dia yang harus mengalah?
To Be Continue... Ketemu di part ending aja ya. Oh ya, ngomong ngomong udah baca cerpen terbaru karya ana merya belon. Kalau belum coba baca deh. Ceritanya seru juga tau. Cuma kayaknya sih belum end gitu. Mia aja baru baca sampe part 6.
Salam ~ Mia Cantik ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar