Haiii... #Jingkrak_jingkrak_sok_akra. Hehe, I am falling in love muncul lagi nih. Dan kali ini melanjutkan ke I am falling in love with you~5. Udah kelamaan yak? udah tau kan lau admin nya sebel kalo jaringan itu putus-putus. Jadi berhubung jaringan nya lelet, jadi males sekalian deh. Whehehe #sok_curcol.
Baiklah, dari pada kebanyakan curcol nggax jelas. Mending langsung aja ke ceritanya deh. Oh ya, untuk cerita sebelumnya bisa dilihat di I am falling in lo with you~4 ini. Over all, Happy reading aja yaaa...
Hari berlalu. Dan semakin hari kedekatan Mirma dan kekasih nya seolah tiada lagi jarah yang bisa menentang, mereka berdua sepertinya sangat bahagia dengan hubungan ini. Mencintai apa lagi yang bisa memiliki benar-benar membuat sepasang makhluk akan begitu bahagia. Bahkan sekarang Mirma sudah tidak lagi memikirkan akan cintanya sama Surya, walau terkadang setiap apa yan lg telah Steven lakukan sama seperti yang Surya lakukan dulu terhadapnya.
Setiap sentuhan, perlakuan bahkan perkataan yang Steven lakukan selalu membuat Mirma mau tidak mau kembali mengingat apa yang telah ia lakukan bersama Surya dulu. Mirma tidak tau apakah ini hanya kebetulan atau memang direncana tapi sepertinya kenapa kebetulan ini sering berlanjut??
Bahkan minggu lalu, saat ulang tahun Mirma yang ke 20 tahun. Mirma mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang ia dapatkan dulu saat bersama Surya. Surya membawanya jalan-jalan seharian, bersenang-senang dan menghiburnya, malamnya selesai makan malam mereka nonton di bioskop, pulangnya berhenti ditaman sambil melihat bintang dan Surya yang memainkan gitar sambil menyanyi lagu Happy Birthday, tak lupa juga cake beserta lilin plus hadian sebuah jam tangan yang sangat cantik. Ntah kenapa itu juga yang dilakukan Steven terhadapnya Minggu lalu. Hanya saja hadiah yang ia terima berbeda.
Mirma menepis jauh-jauh kenyataan yang ada itu. Dan dia hanya berharap semua itu hanyalah kebetulan semata tanpa ada unsur ketersengajaan. Memangnya apa motif nya? Mana mungkin Surya dan Steven orang yang sama, karena Hawa yang selalu menyakinkannya disaat Mirma kembali mengatakan apa yang ia rasakan. Hawa tetap tidak mepercayai kenyataan itu, dan tetap menyakinkan Mirma kalau semua itu hanya kebetulan semata.
Jujur saja Mirma sangat bahagia dengan semua perlakukan Steven terhadapnya yang begitu perhatian bahkan melebihi Surya, tapi semua itu membuatnya makin mengingat semua kejadian yang telah terjadi dulu, hanya saja dalam konteks yang berbeda. Ntahlah, Mirma belum bisa menjelakan apa yang sebenarnya yang telah ia rasakan. Hanya saja ia mulai merasakan kejanggalan yang selalu Steven lakukan.
“Hei, bengong aja loe kerjaannya” tegur Steven yang langsung menyadarkan lamunan Mirma, dengan cepat ia menoleh.
“Steve? Nggax kok, siapa juga yang bengong” kilah Mirma sambil menggeser tempat duduknya untuk diduduki Steven.
“Yaaa abisnya, masa gue sodorin bunga ini dari tadi masih nggax tau menatap apaan padahal pandanganya tertuju kedepan begitu” Steven cemberut dan mendudukkan tubuhnya disamping Mirma dengan kesal sementara mawar putih itu masih berada ditanganya.
“Waaahh bunganya cantiik” komentar Mirma sambil mengambil bunga ditangan Steven dengan niat mengalihkan pembicaraan. Steven tetap terdiam sebel “Ini buat gue kan?”
“Tau” balas Steven sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. Ngambek. Membuat Mirma tersenyum geli melihat tingkahnya yang lucu.
“Ngambeeekkk... gitu saja udah nggax mau dengerin gue lagi”
“Abis elo nyebelin” balas Steven.
“Masa pacarnya sendiri dibilang nyebelin sih” Mirma nggax terima.
“Biarin” balas Steven masih cemberut. Mirma memutar matanya menceri ide lalu tersenyum begitu mendapat kan apa yang dia inginkan.
“Baiklah kalau begitu” kata Mirma sambil berdiri “Awas nabrak pohon tuh bibir kalau cemberut terus hahaha” lanjutnya dan dengan cepat mencium pipi Steve lalu melangkah pergi melarikan diri sambil tertawa penuh kemenangan dengan tangan yang masih menggenggam bunga mawar putihnya.
“Hei, mencuri itu dilarang tau” kata Steven sambil berdiri.
“Biariiinn...” ledek Mirma yang sudah jauh melarikan diri.
“Awas loe ya, gue bales nih” ancam Steven.
“Coba saja kalau bisa. Wueekk, loe kan lelet. Mana mungkin bisa ngejar gue” balas Mirma.
“Berani ya loe nantangin gue, sini nggax loe. Gue bales pokoknya” kata Steven sambil melangkahkan kakinya mengejar Mirma yang terus berlari melarikan diri. Akhirnya mereka kejar-kejaran diselingi dengan canda dan tawa.
Janjian Kencan lagi, Steven mengajak Mirma untuk jalan hari ini, setelah beberapa bulan yang lalu mereka memadu kasih, kini Saatnya mereka jalan kerumah Steven. Itu juga sebenarnya karena sedikit paksaan dari Mirma. Karean Mirma mau lebih mengenal Steven. Kalau Steven sih seprtinya nggax masalah dengan semua itu. Maka disinilah mereka sekarang, berada tepat didepan sebuah rumah yang tergolong gedongan. Rumahnya orang-orang yang jelas tajirnya. Mirma melangkah mengagumi bangunan mewah dihadapannya.
“Kok bengong saja. Masuk yuk” ajak Steven kearah Mirma.
“Rumah loe gede banget” puji Mirma.
“Bukan. Ini rumah bokap gue, gue Cuma numpang disini. Jadi pujian yang akan loe berikan itu nggax cocok buat gue” balas Steven sambil tersenyum sekilas. Mirma membalasnya dengan anggukan persetujuan. Lalu melangkahkan kaki nya memasuki rumah Steven.
“Loe duduk saja dulu, gue ambilin minum bentar ya” kata Steven, Mirma hanya mengangguk menanggapinya. Setelah kepergian Steven kedapur, Mirma memperhatikan rumah sang pemilik hatinya. Decakan kekaguman terdengar jelas dari bibirnya.
Ruang tengah yang besar ini menandakan kalau pemiliknya benar-benar tergolong orang yang berada. Dipojok ruangan terdapat dua pintu sebuah ruangan, lalu tangga besar yang menuju kearah ruang kamar yang Mirma yakini milik sang pemilik rumah, beberapa meter didepannya terdapat sebuah lemari yang banyak berisi buku-buku yang tertata rapi. Lalu beberapa Meja disamping dinding terdapat beberapa guci dan vas bunga yang berukuran besar.
“Ruangan ini, tataannya sama seperti ruangan dimana ya? Sepertinya gue pernah melihat ruangan seperti ini sebelumnya” fikir Mirma sambil terus memperhatikan sekelilingnya.
Disampingnya terdapat tumpukan majalah dan beberapa koran-koran yang masih tertata rapi tak lupa juga sebuah Piano yang tepat berada dua meter disampingnya. Juga beberapa foto pemilik rumah yang bertengger didinding. Tatapan Mirma terhenti disalah satu lemari yang banyak sekali menyimpan foto-foto dari ukuran yang paing kecil hingga yang paling besar. Dari wajah yang masih bisa tergolong bayi hingga berusia lanjut.
“Nih minum dulu” tawar Steven sambil menyodorkan segelas air dimeja tepat didepan Mirma lalu meletakkan nampan berisi sepiring puding coklat disamping gelas Miliknya.
“Makasih. Jadi ngerepotin elo deh” Mirma basa-basi.
“Tidak. Tentu saja tidak.” Balas Steven.
“Emmm itu foto-foto siapa? banyak banget.” Tanya Mirma penasaran.
“Keluarga besar gue. Terhitung tujuh keturunan setelah sampai pada gue” jawab Steven.
“Foto loe mana?” tanya Mirma.
“Itu” Tunjuk Steven kearah salah satu anak kecil yang sedang berdiri memamerkan mainan mobil barunya.
“Lucu juga loe dulu waktu kecil. Manis” puji Mirma “Lalu, disamping foto loe itu ada dua orang anak kecil yang sepertinya seumuran. Loe sama siapa tuh. Mirib banget” tanyanya.
“Teman” jawab Steven singkat.
“Oh, mirib yaaa...” balas Mirma. Yang hanya dibalas angkatan bahu sama Steven sambil tersenyum.
“Oh ya, besok malem loe nggax ada acara kan?” tanya Steven mengalihkan pembicaraan.
“Emm, mungkin enggak. Kenapa?” tanya Mirma.
“Gue mau ngajak loe makan malam, itu juga kalau loe nggax keberatan” jawab Steven.
“Oh, tentu saja tidak. Baiklah, gue setuju” balas Mirma yang membuat Steven tersenyum senang. Ntah kenapa senyuman itu terlihat begitu manis dimata Mirma membuatnya ikut tersenyum karena senyuman Steven yang sepertinya menular.
Malam acara makan pun tiba, Steven membawa Mirma kesebuah restaurant yang telah dijanjikan untuk acara Dinner Mereka. Membuat Mirma tiba-tiba merasa berdebar jantungnya. Nggax tau kenapa ia merasa hari ini benar-benar hari yang tidak menyenangkan. Mirma berusaha mati-matian menepis semua perasaan itu.
“Steve, loe duluan saja. Gue mau ke toilet bentar” kata Mirma.
“Ya udah loe pergi saja. Ntar loe nyusul saja kemeja nomor 13 ya, gue tunggu disana” balas Steven, Mirma membalasnya dengan anggukan. Lalu melangkahkan kakinya menuju toilet wanita. Menenangkan dirinya yang nggax tau kenapa terasa berdebar-debar nggax karuan.
Mirma mengusap wajahnya dengan tissue setelah mencucinya dengan air lalu menatap bayangannya didepan cermin. Menenangkan debaran jantungnya yang makin menggila. Mirma mengambil peralatan Make-up dari dalam tasnya. Memoleskan beberapa bedak kewajahnya, untuk menyamarkan wajahnya yang sedikit memerah karean gugup.
“Mirma... tenang donk.” kata Mirma sendiri “Oke Mirma, loe pasti bisa!” lanjutnya dan melangkah keluar sambil memasukkan make up nya kedalam tas kembali. Tapi karena ia berjalan nggax melihat kedepan. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang ingin masuk ke toilet. Dengan cepat Mirma langsung menunduk meminta Maaf.
“Lho, Mirma ya?” pertanyaan itu membuat Mirma mendongak menatap siapa yang sudah ditabraknya tampa sengaja.
“Tante Anita?” tunjuk Mirma. Yang ditunjuk hanya membalas dengan senyuman dan anggukan “Lama nggax ketemu tante...” lanjut Mirma sambil menyalami tante Anita yang merangkap sebagai Mamanya Surya dulu.
“Udah lima tahun ya, wah nggax nyangka kamu bisa Secantik ini. Kalau Surya melihatnya pasti dia akan sangat senang dan mencintai kamu lebih dari pada dulu” balas Anita sambil tersenyum menerawang memperhatikan penampilan Mirma.
“Emm, Tante... boleh Mirma tau Surya dimana sekarang?” tanya Mirma. Yang membuat kening diwajah Anita mengerut. Bingung.
“Kamu menanyakan keberadaan Surya?” tanya Anita bingung. Membuat Mirma mengangkat sebelah alisnya nggax ngerti. Dan sebelum kata tanya meluncur dari mulut Mirma, ada yang mengintrupsinya terlebih dahulu.
“Mama, kok disini?” pertanyaan itu membuat Mirma kaget, tunggu suara itu... Mirma menoleh kearah suara pertanyaan itu berasal. Begitu juga yang dilakukan Anita. Dan membuat Mirma membulatkan matanya kaget. Dia bilang siapa? Mama?? Jadi Anita itu mamanya?? Mamanya... berarti selama ini...
“Mir... Mirma?” suara kaget Steven seolah menyadarkan Mirma dari tanda tanya dihatinya. Tanpa sadar air matanya mengalir tanpa komando.
“Steven, jadi Tante Anita Mama loe?” pertanyaan Mirma seolah sebuah sambaran petir bagi Steven. Nggax menyangka semua ini akan berakhir disini “Jawab Steven. Loe jangan diem aja” lanjutnya kearah Steven, membuat Anita yang nggax tau apa-apa memilih untuk diam.
“Mirma ini...”
“Gue bilang jawab pertanyaan gue. Jadi dia mama loe?” pertanyaan Mirma sedikit bergetar karena air mata yang udah mengalir membasahi pipinya.
“Mirma gue bisa jelasin” kata Steven sambil berjalan kearah Mirma dan menyentuh kedua belah bahu Mirma yang dengan cepat menepisnya.
“Gue benci sama loe Steven” kata Mirma dengan penuh penekanan”Jangan pernah muncul dihadapan gue lagi” lanjutnya Lalu berlari meninggalkan Steven dan Anita. Perasaanya benar-benar nggax menentu sekarang. Dia juga nggax menghiraukan orang-orang yang menatapnya karena ia menangis sambil berlari. Tepat setelah keluar dari restaurant hujan turun dengan derasnya seolah merasakan apa yang dirasakan Mirma sekarang. Perasaan sakit yang tiba-tiba muncul dihatinya. Begitu jelas ia rasakan.
“Mirma gue bisa jelasin” kata Steven sambil menarik tangan Mirma menghentikan langkahnya.
“Apa lagi yang mau loe jelasin? Ha? Apa? Semuanya udah jelas tau nggax. loe ber exting layaknya loe nggax mengenal Surya sama
sekali. Yang ternyata kalian memiliki Mama yang sama. Siapa sebenernya elo Steve, apa tujuan loe melakukan ini semua?” tanya Mirma yang sudah tidak bisa membendung emosinya lagi.
“Maafin gue Mirma... gue nggax bermaksud menyakiti elo. Gue melakukan ini agar loe bisa bahagia” Steven membela diri.
“Bahagia?? Loe yakin gue bahagia sekarang? Apa ini yang loe maksud dengan kebahagiaan?” tanya Mirma dengan nada sinis. Sementara kini tubuhnya sudah basah kuyub tersiram hujan.
“Gue melakukan ini karena gue udah nggax tau lagi gimana cara gue Minta maaf agar loe bisa memaafkan kak Surya” kata Steven dengan wajah tertunduk.
“Kakak?”
“Iya. Kak Surya. Dia kakak kandung gue. Maaf in gue Mirma. Gue...”
“Waw, miris sekali hidup gue. Dipermainkan sama orang yang gue cintai dua kali bahkan oleh orang yang gue nggax tau ternyata memiliki darah yang sama. Gue benarkan kalau kalian memiliki mata yang sama, tapi gue nggax menyangka kalau kalian juga memiliki hati yang sama. Sama-sama ingin menghancurkan dan menyakiti gue” sindir Mirma yang membuat Steven terdiam tanpa bisa membantah ucapannya.
“Gue mohon Maafin gue Mirma” kata Steven.
“Simpen Maaf loe yang nggax ada artinya Itu. gue muak dengan semua tingkah laku kalian berdua. Memainkan prasaan gue sesuka kalian. Apa loe fikir perlakuan kakak loe itu belum cukup untuk menyakiti gue 5 tahun ini? Masih harus loe tambahin dengan kisah cinta semu loe itu? Iya?” bentak Mirma.
“Gue mencintai elo tulus Mirma” kata Steven sambil menatap Mirma.
“Oh ya, kayak pernah denger tuh kata” balas Mirma sinis.
“Maaf” Steve kembali tertunduk.
“Gue nggax butuh maaf dari loe. Dan yang harus loe tau sekarang. Gue bener-bener menyesali pertemuan pertama kita. Gue membenci elo Steven. Bahkan Sangat!!” kata Mirma lalu berlari meninggalkan Steven sendiri yang tanpa sadar air matanya mengalir walau tersamarkan oleh air hujan yang membasahi tubuh serta wajahnya.
“Maafin gue Mirma... gue bener-bener Minta maaf. Gue nggax bermaksud membuat loe seperti ini. Gue tau gue salah. Tapi apa sebegitu buruknya gue dimata loe sampai-samapi loe nggax mau mendengarkan penjelasan gue sedikit pun? Haruskah gue kehilangan orang yang gue cintai sekali lagi? Tuhaannn... apa yang harus gue lakukan sekarang??” kata Steven sendiri setelah kepergian Mirma, dalam hati ia meyesali perbuatannya. Lalu mengusap air matanya, yang terus mengalir. Dan tanpa sepengetahuannya sang Mama menatap nya dengan pandangan prihatin.
Bersambung ke falling in love with you part 06
Bersambung dulu yah... berhubung ceritanya udah kepanjangan, jadi yaaa nanti disambung lagi. Kalo lagi mau. #ditabok. Hehe, lain kali deh ketemu lagi.
salam~Mia Cantik~
Baiklah, dari pada kebanyakan curcol nggax jelas. Mending langsung aja ke ceritanya deh. Oh ya, untuk cerita sebelumnya bisa dilihat di I am falling in lo with you~4 ini. Over all, Happy reading aja yaaa...
Hari berlalu. Dan semakin hari kedekatan Mirma dan kekasih nya seolah tiada lagi jarah yang bisa menentang, mereka berdua sepertinya sangat bahagia dengan hubungan ini. Mencintai apa lagi yang bisa memiliki benar-benar membuat sepasang makhluk akan begitu bahagia. Bahkan sekarang Mirma sudah tidak lagi memikirkan akan cintanya sama Surya, walau terkadang setiap apa yan lg telah Steven lakukan sama seperti yang Surya lakukan dulu terhadapnya.
Setiap sentuhan, perlakuan bahkan perkataan yang Steven lakukan selalu membuat Mirma mau tidak mau kembali mengingat apa yang telah ia lakukan bersama Surya dulu. Mirma tidak tau apakah ini hanya kebetulan atau memang direncana tapi sepertinya kenapa kebetulan ini sering berlanjut??
Bahkan minggu lalu, saat ulang tahun Mirma yang ke 20 tahun. Mirma mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang ia dapatkan dulu saat bersama Surya. Surya membawanya jalan-jalan seharian, bersenang-senang dan menghiburnya, malamnya selesai makan malam mereka nonton di bioskop, pulangnya berhenti ditaman sambil melihat bintang dan Surya yang memainkan gitar sambil menyanyi lagu Happy Birthday, tak lupa juga cake beserta lilin plus hadian sebuah jam tangan yang sangat cantik. Ntah kenapa itu juga yang dilakukan Steven terhadapnya Minggu lalu. Hanya saja hadiah yang ia terima berbeda.
Mirma menepis jauh-jauh kenyataan yang ada itu. Dan dia hanya berharap semua itu hanyalah kebetulan semata tanpa ada unsur ketersengajaan. Memangnya apa motif nya? Mana mungkin Surya dan Steven orang yang sama, karena Hawa yang selalu menyakinkannya disaat Mirma kembali mengatakan apa yang ia rasakan. Hawa tetap tidak mepercayai kenyataan itu, dan tetap menyakinkan Mirma kalau semua itu hanya kebetulan semata.
Jujur saja Mirma sangat bahagia dengan semua perlakukan Steven terhadapnya yang begitu perhatian bahkan melebihi Surya, tapi semua itu membuatnya makin mengingat semua kejadian yang telah terjadi dulu, hanya saja dalam konteks yang berbeda. Ntahlah, Mirma belum bisa menjelakan apa yang sebenarnya yang telah ia rasakan. Hanya saja ia mulai merasakan kejanggalan yang selalu Steven lakukan.
“Hei, bengong aja loe kerjaannya” tegur Steven yang langsung menyadarkan lamunan Mirma, dengan cepat ia menoleh.
“Steve? Nggax kok, siapa juga yang bengong” kilah Mirma sambil menggeser tempat duduknya untuk diduduki Steven.
“Yaaa abisnya, masa gue sodorin bunga ini dari tadi masih nggax tau menatap apaan padahal pandanganya tertuju kedepan begitu” Steven cemberut dan mendudukkan tubuhnya disamping Mirma dengan kesal sementara mawar putih itu masih berada ditanganya.
“Waaahh bunganya cantiik” komentar Mirma sambil mengambil bunga ditangan Steven dengan niat mengalihkan pembicaraan. Steven tetap terdiam sebel “Ini buat gue kan?”
“Tau” balas Steven sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. Ngambek. Membuat Mirma tersenyum geli melihat tingkahnya yang lucu.
“Ngambeeekkk... gitu saja udah nggax mau dengerin gue lagi”
“Abis elo nyebelin” balas Steven.
“Masa pacarnya sendiri dibilang nyebelin sih” Mirma nggax terima.
“Biarin” balas Steven masih cemberut. Mirma memutar matanya menceri ide lalu tersenyum begitu mendapat kan apa yang dia inginkan.
“Baiklah kalau begitu” kata Mirma sambil berdiri “Awas nabrak pohon tuh bibir kalau cemberut terus hahaha” lanjutnya dan dengan cepat mencium pipi Steve lalu melangkah pergi melarikan diri sambil tertawa penuh kemenangan dengan tangan yang masih menggenggam bunga mawar putihnya.
“Hei, mencuri itu dilarang tau” kata Steven sambil berdiri.
“Biariiinn...” ledek Mirma yang sudah jauh melarikan diri.
“Awas loe ya, gue bales nih” ancam Steven.
“Coba saja kalau bisa. Wueekk, loe kan lelet. Mana mungkin bisa ngejar gue” balas Mirma.
“Berani ya loe nantangin gue, sini nggax loe. Gue bales pokoknya” kata Steven sambil melangkahkan kakinya mengejar Mirma yang terus berlari melarikan diri. Akhirnya mereka kejar-kejaran diselingi dengan canda dan tawa.
Cerpen Cinta I'm Falling in Love With You
Janjian Kencan lagi, Steven mengajak Mirma untuk jalan hari ini, setelah beberapa bulan yang lalu mereka memadu kasih, kini Saatnya mereka jalan kerumah Steven. Itu juga sebenarnya karena sedikit paksaan dari Mirma. Karean Mirma mau lebih mengenal Steven. Kalau Steven sih seprtinya nggax masalah dengan semua itu. Maka disinilah mereka sekarang, berada tepat didepan sebuah rumah yang tergolong gedongan. Rumahnya orang-orang yang jelas tajirnya. Mirma melangkah mengagumi bangunan mewah dihadapannya.
“Kok bengong saja. Masuk yuk” ajak Steven kearah Mirma.
“Rumah loe gede banget” puji Mirma.
“Bukan. Ini rumah bokap gue, gue Cuma numpang disini. Jadi pujian yang akan loe berikan itu nggax cocok buat gue” balas Steven sambil tersenyum sekilas. Mirma membalasnya dengan anggukan persetujuan. Lalu melangkahkan kaki nya memasuki rumah Steven.
“Loe duduk saja dulu, gue ambilin minum bentar ya” kata Steven, Mirma hanya mengangguk menanggapinya. Setelah kepergian Steven kedapur, Mirma memperhatikan rumah sang pemilik hatinya. Decakan kekaguman terdengar jelas dari bibirnya.
Ruang tengah yang besar ini menandakan kalau pemiliknya benar-benar tergolong orang yang berada. Dipojok ruangan terdapat dua pintu sebuah ruangan, lalu tangga besar yang menuju kearah ruang kamar yang Mirma yakini milik sang pemilik rumah, beberapa meter didepannya terdapat sebuah lemari yang banyak berisi buku-buku yang tertata rapi. Lalu beberapa Meja disamping dinding terdapat beberapa guci dan vas bunga yang berukuran besar.
“Ruangan ini, tataannya sama seperti ruangan dimana ya? Sepertinya gue pernah melihat ruangan seperti ini sebelumnya” fikir Mirma sambil terus memperhatikan sekelilingnya.
Disampingnya terdapat tumpukan majalah dan beberapa koran-koran yang masih tertata rapi tak lupa juga sebuah Piano yang tepat berada dua meter disampingnya. Juga beberapa foto pemilik rumah yang bertengger didinding. Tatapan Mirma terhenti disalah satu lemari yang banyak sekali menyimpan foto-foto dari ukuran yang paing kecil hingga yang paling besar. Dari wajah yang masih bisa tergolong bayi hingga berusia lanjut.
“Nih minum dulu” tawar Steven sambil menyodorkan segelas air dimeja tepat didepan Mirma lalu meletakkan nampan berisi sepiring puding coklat disamping gelas Miliknya.
“Makasih. Jadi ngerepotin elo deh” Mirma basa-basi.
“Tidak. Tentu saja tidak.” Balas Steven.
“Emmm itu foto-foto siapa? banyak banget.” Tanya Mirma penasaran.
“Keluarga besar gue. Terhitung tujuh keturunan setelah sampai pada gue” jawab Steven.
“Foto loe mana?” tanya Mirma.
“Itu” Tunjuk Steven kearah salah satu anak kecil yang sedang berdiri memamerkan mainan mobil barunya.
“Lucu juga loe dulu waktu kecil. Manis” puji Mirma “Lalu, disamping foto loe itu ada dua orang anak kecil yang sepertinya seumuran. Loe sama siapa tuh. Mirib banget” tanyanya.
“Teman” jawab Steven singkat.
“Oh, mirib yaaa...” balas Mirma. Yang hanya dibalas angkatan bahu sama Steven sambil tersenyum.
“Oh ya, besok malem loe nggax ada acara kan?” tanya Steven mengalihkan pembicaraan.
“Emm, mungkin enggak. Kenapa?” tanya Mirma.
“Gue mau ngajak loe makan malam, itu juga kalau loe nggax keberatan” jawab Steven.
“Oh, tentu saja tidak. Baiklah, gue setuju” balas Mirma yang membuat Steven tersenyum senang. Ntah kenapa senyuman itu terlihat begitu manis dimata Mirma membuatnya ikut tersenyum karena senyuman Steven yang sepertinya menular.
Cerpen Cinta I'm Falling in Love With You
Malam acara makan pun tiba, Steven membawa Mirma kesebuah restaurant yang telah dijanjikan untuk acara Dinner Mereka. Membuat Mirma tiba-tiba merasa berdebar jantungnya. Nggax tau kenapa ia merasa hari ini benar-benar hari yang tidak menyenangkan. Mirma berusaha mati-matian menepis semua perasaan itu.
“Steve, loe duluan saja. Gue mau ke toilet bentar” kata Mirma.
“Ya udah loe pergi saja. Ntar loe nyusul saja kemeja nomor 13 ya, gue tunggu disana” balas Steven, Mirma membalasnya dengan anggukan. Lalu melangkahkan kakinya menuju toilet wanita. Menenangkan dirinya yang nggax tau kenapa terasa berdebar-debar nggax karuan.
Mirma mengusap wajahnya dengan tissue setelah mencucinya dengan air lalu menatap bayangannya didepan cermin. Menenangkan debaran jantungnya yang makin menggila. Mirma mengambil peralatan Make-up dari dalam tasnya. Memoleskan beberapa bedak kewajahnya, untuk menyamarkan wajahnya yang sedikit memerah karean gugup.
“Mirma... tenang donk.” kata Mirma sendiri “Oke Mirma, loe pasti bisa!” lanjutnya dan melangkah keluar sambil memasukkan make up nya kedalam tas kembali. Tapi karena ia berjalan nggax melihat kedepan. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang ingin masuk ke toilet. Dengan cepat Mirma langsung menunduk meminta Maaf.
“Lho, Mirma ya?” pertanyaan itu membuat Mirma mendongak menatap siapa yang sudah ditabraknya tampa sengaja.
“Tante Anita?” tunjuk Mirma. Yang ditunjuk hanya membalas dengan senyuman dan anggukan “Lama nggax ketemu tante...” lanjut Mirma sambil menyalami tante Anita yang merangkap sebagai Mamanya Surya dulu.
“Udah lima tahun ya, wah nggax nyangka kamu bisa Secantik ini. Kalau Surya melihatnya pasti dia akan sangat senang dan mencintai kamu lebih dari pada dulu” balas Anita sambil tersenyum menerawang memperhatikan penampilan Mirma.
“Emm, Tante... boleh Mirma tau Surya dimana sekarang?” tanya Mirma. Yang membuat kening diwajah Anita mengerut. Bingung.
“Kamu menanyakan keberadaan Surya?” tanya Anita bingung. Membuat Mirma mengangkat sebelah alisnya nggax ngerti. Dan sebelum kata tanya meluncur dari mulut Mirma, ada yang mengintrupsinya terlebih dahulu.
“Mama, kok disini?” pertanyaan itu membuat Mirma kaget, tunggu suara itu... Mirma menoleh kearah suara pertanyaan itu berasal. Begitu juga yang dilakukan Anita. Dan membuat Mirma membulatkan matanya kaget. Dia bilang siapa? Mama?? Jadi Anita itu mamanya?? Mamanya... berarti selama ini...
“Mir... Mirma?” suara kaget Steven seolah menyadarkan Mirma dari tanda tanya dihatinya. Tanpa sadar air matanya mengalir tanpa komando.
“Steven, jadi Tante Anita Mama loe?” pertanyaan Mirma seolah sebuah sambaran petir bagi Steven. Nggax menyangka semua ini akan berakhir disini “Jawab Steven. Loe jangan diem aja” lanjutnya kearah Steven, membuat Anita yang nggax tau apa-apa memilih untuk diam.
“Mirma ini...”
“Gue bilang jawab pertanyaan gue. Jadi dia mama loe?” pertanyaan Mirma sedikit bergetar karena air mata yang udah mengalir membasahi pipinya.
“Mirma gue bisa jelasin” kata Steven sambil berjalan kearah Mirma dan menyentuh kedua belah bahu Mirma yang dengan cepat menepisnya.
“Gue benci sama loe Steven” kata Mirma dengan penuh penekanan”Jangan pernah muncul dihadapan gue lagi” lanjutnya Lalu berlari meninggalkan Steven dan Anita. Perasaanya benar-benar nggax menentu sekarang. Dia juga nggax menghiraukan orang-orang yang menatapnya karena ia menangis sambil berlari. Tepat setelah keluar dari restaurant hujan turun dengan derasnya seolah merasakan apa yang dirasakan Mirma sekarang. Perasaan sakit yang tiba-tiba muncul dihatinya. Begitu jelas ia rasakan.
“Mirma gue bisa jelasin” kata Steven sambil menarik tangan Mirma menghentikan langkahnya.
“Apa lagi yang mau loe jelasin? Ha? Apa? Semuanya udah jelas tau nggax. loe ber exting layaknya loe nggax mengenal Surya sama
sekali. Yang ternyata kalian memiliki Mama yang sama. Siapa sebenernya elo Steve, apa tujuan loe melakukan ini semua?” tanya Mirma yang sudah tidak bisa membendung emosinya lagi.
“Maafin gue Mirma... gue nggax bermaksud menyakiti elo. Gue melakukan ini agar loe bisa bahagia” Steven membela diri.
“Bahagia?? Loe yakin gue bahagia sekarang? Apa ini yang loe maksud dengan kebahagiaan?” tanya Mirma dengan nada sinis. Sementara kini tubuhnya sudah basah kuyub tersiram hujan.
“Gue melakukan ini karena gue udah nggax tau lagi gimana cara gue Minta maaf agar loe bisa memaafkan kak Surya” kata Steven dengan wajah tertunduk.
“Kakak?”
“Iya. Kak Surya. Dia kakak kandung gue. Maaf in gue Mirma. Gue...”
“Waw, miris sekali hidup gue. Dipermainkan sama orang yang gue cintai dua kali bahkan oleh orang yang gue nggax tau ternyata memiliki darah yang sama. Gue benarkan kalau kalian memiliki mata yang sama, tapi gue nggax menyangka kalau kalian juga memiliki hati yang sama. Sama-sama ingin menghancurkan dan menyakiti gue” sindir Mirma yang membuat Steven terdiam tanpa bisa membantah ucapannya.
“Gue mohon Maafin gue Mirma” kata Steven.
“Simpen Maaf loe yang nggax ada artinya Itu. gue muak dengan semua tingkah laku kalian berdua. Memainkan prasaan gue sesuka kalian. Apa loe fikir perlakuan kakak loe itu belum cukup untuk menyakiti gue 5 tahun ini? Masih harus loe tambahin dengan kisah cinta semu loe itu? Iya?” bentak Mirma.
“Gue mencintai elo tulus Mirma” kata Steven sambil menatap Mirma.
“Oh ya, kayak pernah denger tuh kata” balas Mirma sinis.
“Maaf” Steve kembali tertunduk.
“Gue nggax butuh maaf dari loe. Dan yang harus loe tau sekarang. Gue bener-bener menyesali pertemuan pertama kita. Gue membenci elo Steven. Bahkan Sangat!!” kata Mirma lalu berlari meninggalkan Steven sendiri yang tanpa sadar air matanya mengalir walau tersamarkan oleh air hujan yang membasahi tubuh serta wajahnya.
“Maafin gue Mirma... gue bener-bener Minta maaf. Gue nggax bermaksud membuat loe seperti ini. Gue tau gue salah. Tapi apa sebegitu buruknya gue dimata loe sampai-samapi loe nggax mau mendengarkan penjelasan gue sedikit pun? Haruskah gue kehilangan orang yang gue cintai sekali lagi? Tuhaannn... apa yang harus gue lakukan sekarang??” kata Steven sendiri setelah kepergian Mirma, dalam hati ia meyesali perbuatannya. Lalu mengusap air matanya, yang terus mengalir. Dan tanpa sepengetahuannya sang Mama menatap nya dengan pandangan prihatin.
Bersambung ke falling in love with you part 06
Bersambung dulu yah... berhubung ceritanya udah kepanjangan, jadi yaaa nanti disambung lagi. Kalo lagi mau. #ditabok. Hehe, lain kali deh ketemu lagi.
salam~Mia Cantik~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar